Chapter 12 – Seorang Budak Dengan Sebutan Guling
Ksatria itu berkata akan
menghancurkan inti dungeon.
Sebuah pernyataan yang mencengangkan.
Tubuhku gemetar seolah peredaran darahku mengalir terbalik.
Tampak pada monitor ksatria itu mengangkat pedangnya… dan kemudian, mengayunkannya.
Sebuah pernyataan yang mencengangkan.
Tubuhku gemetar seolah peredaran darahku mengalir terbalik.
Tampak pada monitor ksatria itu mengangkat pedangnya… dan kemudian, mengayunkannya.
“Gob!”
“Gobsuke!?”
“Gobsuke!?”
Gobsuke bergegas masuk ke dalam
ruangan master. Aku dan Rokuko tidak mampu menghentikannya. Yang dia lakukan
itu, sepertinya merupakan naluri dari seekor monster dungeon untuk mencegah
inti dungeon dihancurkan.
[Uwah-!? Kuh, itu-!]
[Gob-… ah…]
[Gob-… ah…]
Pada layar monitor, kami dapat
melihat Gobsuke melompat ke arah inti dungeon dan tertebas sabetan pedang.
Gobsuke pun terbelah menjadi dua dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Gobsuke pun terbelah menjadi dua dan menghembuskan nafas terakhirnya.
[Sialan, goblin itu menghalangiku..
akan ku lakukan lagi..]
[Oi, apa yang kau lakukan!? Ini bukan yurisdiksi kita!]
[Oi, apa yang kau lakukan!? Ini bukan yurisdiksi kita!]
Pemimipin kesatria menghentikan
ksatria yang tengah mengangkat pedang di atas kepalanya
[Dungeon kelas rendah seperti ini
dikendalikan oleh guild penjelajah. Hanya goblin yang muncul di sini, aku
dengar tempat ini adalah dungeon tingkat dasar.]
[Oops, benar juga… maafkan aku.]
[Oops, benar juga… maafkan aku.]
Setelah dihentikan oleh sang kapten,
ksatria itu pun segera menurunkan pedangnya.
[… Sial, jika saja aku bisa
menghancurkan inti dungeon itu, aku bisa menjadi Ksatria Sage…]
[Meski aku memahami tujuanmu untuk
menghancurkan inti dungeon itu, akan tetapi kekuatannya sudah ditekan. Ditambah
lagi, bila kau bisa menjadi Ksatria Sage hanya dengan mengalahkan gerombolan
bandit di dalam dungeon yang tidak ada Bos Dungeonnya, Ibu Kota Kerajaan pasti
sudah ramai dipenuhi Ksatria Sage saat ini.]
[Cih… hanya seekor goblin yang
muncul saat aku mengatakan akan menghancurkannya, mungkin inti dungeon ini
masih belum mendapatkan cukup tenaga…]
[Bodoh, aku potong bayaranmu saat
kita kembali.]
[Eeh-! Itu-!]
[Eeh-! Itu-!]
[Tapi, daripada menjadi seorang
Ksatria Sage dengan cara menghancurkan dungeon yang tidak ada Bos Dungeonnya
seperti yang kau harapkan, bukan kah yang akan terjadi malah sebaliknya?]
[… Terlebih lagi, bukan kah Muntahan
Melon itu bisa dibilang sebagai Bos Dungeon ini? Nantinya, saat kau menerima
julukan Ksatria Sage mu, memangnya kau mau dipanggil dengan [Penjelajah Goa
Sederhana, sang Ksatria Sage yang berhasil mengalahkan Muntahan Melon]? Dan
setelah itu kau akan dikenal dengan julukan [Ksatria Sage Muntahan Melon] atau
[Ksatria Sage dari Goa Sederhana].]
[Benar, kedengarannya jelek sekali…
Haah, Ryui, Eijin, Thomas… Aku tak mengira kita akan kehilangan tiga orang
hanya untuk mengalahkan gerombolan bandit.]
[Muntahan Melon itu benar-benar lawan yang tangguh..]
[Muntahan Melon itu benar-benar lawan yang tangguh..]
Tanpa menghiraukan kerugian yang
dialami, keberhasilan menyelesaikan tugas memenuhi suasana hati mereka.
Mengingat aku lupa untuk bernafas
sejak beberapa saat lalu, aku pun menghirup nafas dalam-dalam.
… Ku kira nyawaku akan tamat.
… Ku kira nyawaku akan tamat.
Sejak awal tiba di dunia ini, ini
adalah pertama kalinya aku menemui tanda-tanda kematian.
Rasanya aku hampir saja kencing di
celana.. seriusan, tahu? kencing di celana.
Namun, di dalam benaknya dia terus
memikirkan apa yang baru saja ia dengar mengenai Ksatria Sage yang
menghancurkan inti dungeon.
“U-uu.. G-Gobsuke..”
Rokuko terkulai lesu, dan menangis.
Meski begitu, goblin itu adalah
rekan satu perjuangan yang telah menghabiskan waktu bersama-sama selama
setengah bulan ini.
Semua kenangan yang kumiliki… yah,
hanya ada kenangan makan roti bersama sih.
Aku penasaran hubungan seperti apa yang dimiliki Rokuko dengannya saat aku sedang tidur?
Aku penasaran hubungan seperti apa yang dimiliki Rokuko dengannya saat aku sedang tidur?
“Pergi setelah mengembalikan porsi
roti [Roti Pasta Kacang] yang kuberikan..”
Sepertinya Rokuko melakukan hal yang
sama denganku.
‘Gobsuke.. telah membalas budi
dengan cara yang luar biasa. Jika dia tidak menghentikan mereka, kita pasti
sudah mati.”
“Uu, [Roti Pasta Kacang] ku..”
Tidak, sepertinya dia ingin
mengatakan [Jangan mati meninggalkan aku.. idiot..].
Aku memilih enam rasa roti manis, dan memberikannya ke Rokuko.
Aku memilih enam rasa roti manis, dan memberikannya ke Rokuko.
“Nih, [Rol Pasta Kacang] untuk
menghiburmu.”
“Eh-seriusan!? Aku terhibur,
terhibur sekali! Super terhibur!”
Rokuko terlihat sangan bersemangat
sampai-sampai aku hampir bisa melihat aura disekitarnya.
Ah, kalau kupikir-pikir, anak ini
memang kejam yang suka sekali mengirim goblin-goblin untuk melawan para
penjelajah.
“Roti apa ini!? Walaupun isinya
hitam tapi entah mengapa rasanya enak! Ah, tapi yang ini juga enak sekali-“
… Pada akhirnya, aku masih harus
mengajarinya mengenai [Roti Selai]…
*****
Mayat para bandit itu dikumpulkan di
ruang depan. Sepertinya mereka akan membawa jasad para ksatria itu kembali ke
kota.
Walaupun sejujurnya aku tidak ingin
melihat kengerian dari mayat-mayat itu, aku tidak bisa memalingkan perhatianku
agar aku dapat menangkap saat yang tepat untuk merubahnya menjadi DP yang
lezat.
… Mereka menyiram mayat-mayat itu
dengan minyak, dan membakarnya… di dalam goa?
Aku rasa mereka sejak awal tidak
mengetahui ada kadar karbon dioksida terkumpul di udara dalam goa. Bahkan
gerombolan bandit itu biasanya menggunakan obor untuk penerangan…
[Pemakaman di dalam dungeon pun aku
rasa terlalu mewah untuk orang-orang ini]
[Apakah kau sudah benar menyiram
minyaknya? Akan merepotkan jika mereka berubah menjadi ghouls nantinya.]
[Sip, bakar semuanya kecuali senjata
mereka kan?]
[Benar. Jika ada kemungkinan mereka
selamat. Akan lebih merepotkan lagi jika mereka memiliki barang-barang.]
Meskipun mereka berkata begitu,
tidak ada barang yang benar-benar berharga.
Yang ada hanya mayat-mayat bandit
yang terbaring
Dengan maksud membakar semua yang
ada, mereka pergi keluar ke arah pintu masuk goa sebelum menyalakan apinya. Aku
bersyukur mereka melakukan itu, karena setelah mayat-mayat itu terbakar aku
dapat dengan gagah mulai menyerapnya.
[Baiklah, aku akan mulai menyalakan
apinya.. Api, menari—[Pembakaran].]
Pembakaran terlihat seperti sebuah
magic yang menimbulkan api seperti sebuah korek api yang muncul dari jemari.
Sumbu minyak mulai terbakar, dan api pun menjalar menyerupai ular. Tumpukan
mayat yang menggunung di dalam goa pun tiba-tiba langsung dilahap oleh api.
“Ah, Hei, apakah gadis budak
bertelinga anjing itu baik-baik saja?”
Saat Rokuko mengingatkanku akan hal
itu, rambatan api mulai membakar melewati pintu kayu, semakin mendekat ke arah
tempat tidur dimana gadis bertelinga anjing itu bersembunyi.
Tatapan kosong layaknya ikan mati
itu mengingatkanku akan keputusasaan.
Mungkin, meskipun aku tak
mempermasalahkan kematian gerombolan bandit itu, tapi sepertinya aku tidak akan
bisa tidur nyenyak jika aku tidak menyelamatkan gadis itu saat ini. Mungkin kah
karena dia masih seorang anak kecil?
Merepotkan jika aku jadi bermimpi
buruk karenanya.. Aku akan kekurangan waktu tidur.
“… Aku penasaran jika dia menjadi DP
gak ya?”
“Diam kau. Kita akan menyelamatkan
dia. Bisa kah kau memungutnya?”
“Hah memungutnya? Kau berniat untuk
pergi dan menyelamatkannya sekarang? Ruang depan sudah jadi lautan api tahu?
Pada saat kau sampai disana tempat itu pasti api sudah melahap semuanya.”
Seperti yang Rokuko bilang. Ada
penyusup ataupun tidak, kita hanya bisa masuk dan keluar dari inti dungeon di
dalam ruang master. Dan meskipun aku melakukannya, tempat itu sudah menjadi
lautan api. Sia-sia jika aku pergi kesana.
“Ditambah lagi, bukankah kau sudah
tahu aku tidak bisa memungut penyusup? Dia bukan barang.”
Mendengar kata-kata Rokuko, aku
mendapatkan ide.
“Itu dia.. barang. Apa yang barusan
kau bilang, Rokuko?”
“Eh-?”
“Eh-?”
Aku berbicara dengan Rokuko layaknya
mencoba untuk membujuknya.
“Budak dapat disebut sebagai alat.
Barang. Bahkan, aku tidak pernah melihat mereka bergerak tanpa perintah. Meski
pemilik mereka, gerombolan bandit, sudah mati semua. Dengan kata lain, budak…
sama saja dengan barang, hanya saja saat ini dia belum punya pemilik.
Barang-barang milik penjelajah yang telah gugur menjadi milik dungeon. Karena
itu, dia sudah menjadi milik dungeon. Benar begitu kan, Rokuko?”
“U-umm… meskipun mereka dianggap barang,
tapi mereka juga makhluk hidup yang memiliki kekuatan sihir…”
“Meski kau menganggapnya makhluk
hidup, kau pun juga bisa mengeluarkan monster langsung dari inti dungeon selama
tidak ada penyusup kan. Dengan kata lain, mengirim dan memungut makhluk hidup
bukan hal yang tak mungkin. Lagian, bukan kah kau juga bisa memungut roti
berjamur? Jamur kan juga makhluk hidup? Jika memang begitu adanya, contoh lain
misalnya kau juga bisa memungut sebuah kotak yang terdapat tikus di dalamnya.
Kau tidak bisa melakukannya karena kekuatan sihir? Peralatan sihir kan juga
mengandung kekuatan sihir. Bukannya kau pernah memungut peralatan magic ringan
juga? Karena itu lah, tidak ada alasan bagimu untuk tidak bisa memungut DIA-!!”
Aku melihat ke arah monitor dan
peta. Api telah menjalar ke tempat tidur, dan mulai membakar spreinya.
Gadis itu ditandai sebagai titik
merah di dalam peta, menandakan dia adalah seorang penyusup.
Sial, masih belum cukup, aku masih belum cukup meyakinkan diriku!
Sial, masih belum cukup, aku masih belum cukup meyakinkan diriku!
“S-seorang budak bukanlah barang!”
“Kalau begitu dia bukan budak! Dia
adalah guling! Sebuah guling! Tipe guling yang berbentuk seperti gadis
bertelinga anjing! Sebuah barang yang diperuntukkan bagi laki-laki untuk
disembunyikan di bawah kasur!!”
Dia adalah sebuah guling, guling, guling,
guling, guling, guling, guling…
Bayangkan. Dia adalah sebuah guling.
Sebuah guling yang terasa sangat nyaman saat kau memeluknya. Memainkan telinga
anjingnya pun sepertinya menyenangkan, dan juga mendapat variasi pakaian
seperti menambahkan kaos kaki selutut yang membuatmu semakin ingin membelai dan
mengaguminya.. ah, seharusnya aku melakukan hal seperti itu.
Ya, sebuah guling yang sangat
penting tak seharusnya dibakar.
Ah, aku ingin tidur menggunakan
guling itu.
Mungkin tidak menggunakan kaos kaki
selutut di kakinya juga merupakan variasi pilihan.
Terkadang sepertinya baik juga untuk
merasakan kaki yang dingin, daripada seperti botol termos.
Ngomong-ngomong soal botol termos,
bos bandit itu menggunakan inti Rokuko sebagai botol termos hah? Ha ha ha.
Tunggu, aku sedikit melantur.
Kalau dipikir-pikir lagi, walaupun
ada barang yang namanya bantal surgawi, aku penasaran apakah mungkin saja
guling rasanya lebih baik dari itu?
… Ah, Aku teringat hal tidak
menyenangkan. Muntahan Melon itu menggunakannya untuk begituan…
Meskipun barang bekas ada
kekurangannya, rasanya tak masalah jika aku membersihkannya pelan-pelan.
Pembersihan sangat lah memudahkan.
Bisakah digunakan untuk guling juga?
Tapi yah, kalau gak bisa sih aku akan menyucinya dengan hati-hati.
Tapi yah, kalau gak bisa sih aku akan menyucinya dengan hati-hati.
Aku sudah terlanjur hanya bisa
melihat gadis bertelinga anjing itu sebagai guling.
Saat aku melihat ke arah peta, titik merah yang menandakan penyusup telah berganti menjadi titik hijau yang menunjukkan barang.
Saat aku melihat ke arah peta, titik merah yang menandakan penyusup telah berganti menjadi titik hijau yang menunjukkan barang.
“Bagus, ada guling. Ambil guling itu.”
Pada akhirnya, dia dapat
memungutnya.
*****
“Eeeeeh.. B-bagaimana kau bisa
memungutnya!? Dia adalah penyusup, ruang masternya—“
“Hah? Aku cuman memungut sebuah
guling saja. Tapi, Rokuko, mayat-mayat itu jangan kau serap sebelum apinya
berhenti. Tunggu sejenak setelah semuanya selesai, ksatria itu mungkin kembali
untuk memastikan ulang.
Ah, ada bagian rambutnya yang
sedikit terbakar. Menyia-nyiakan rambut hitam yang berharga saja. Untungnya,
guling ini memiliki fungsi pemulihan otomatis, jadinya tidak masalah untuk
mengguntingnya sedikit saja. Mungkin rambut pendek bagus juga…
Woah, ada bekas cairan putih masih menempel. Muntahan Melon itu bener-bener deh, kalau udah selesai bersihin kenapa sih.
Woah, ada bekas cairan putih masih menempel. Muntahan Melon itu bener-bener deh, kalau udah selesai bersihin kenapa sih.
“Eh-, b-benar kah…Tidak, tidak
tidak. Tunggu sebentar. Jika penyusup tidak bisa dibawa masuk melalui inti
dungeon, tidak lucu dia bisa dipungut begitu saja!”
“Apa yang kau katakan? Bukan kah
normal-normal saja kalau guling, yang merupakan sebuah barang, bisa dibawa
masuk?”
“I-iya.. sepertinya bisa..”
Dan akhirnya, aku menggunakan
Pembersihan ke guling itu.
Saat busa yang ditimbulkan sihir
Pembersihan menyisir dari bagian atas sampai bawah, guling itu pun akhirnya
dibersihkan-
“Uoh-!?”
-dan guling itu pun mengeluarkan
suara yang imut.
…Oh, Aku ingat. Iya benar, Aku
memungut gadis bertelinga anjing .
Fiuh, Aku hampir saja tidak bisa
kembali dari sugesti diri tadi…
“B-bagus, Aku kembali. Oke, entah
bagaimana, aku berhasil mengambilnya..”
“Ah, kau kembali? Sekarang aku minta
penjelasan!”
“Ah, itu gampang.. alasannya hanya
karena aku bisa melakukannya.”
Aku kira aku takkan bisa
melakukannya, jadi aku pun meyakinkan diriku sendiri. Sihir itu adalah suatu
hal yang bebas dan kurang bertanggung jawab… walaupun sekarang aku lelah.
“Kau lihat kan? Kau bisa menarik
budak.”
“Betul.. Aku bisa mengambil budak…”
Memang lebih baik membiarkan Rokuko
berpikir begitu.
… Lalu, apa yang harus ku lakukan
pada gadis bertelinga anjing ini? Untuk saat ini, mungkin kah aku untuk
memperlakukannya seperti guling..?
“Ngomong-ngomong, siapa nama anak
ini? Akan sulit untuk memanggilnya jika dia tak punya nama.”
“Ah, benar juga.. Siapa? Namamu?
Atau mungkin nama panggilanmu?
“Eh…. Ah… … Meat.. begitulah aku
dipanggil, Goshujin-sama.”
Meski tanggapannya sedikit lamban, tapi
dia dapat menjawab dengan baik.
Untuk saat ini, aku berbaring di
sisa hari itu, aku juga mengeluarkan roti rol manis dan futon serta kombo
bantal dengan DP, memintanya untuk berisitirahat.
Meskipun pada awalnya dia tidak bergerak, tapi saat diperintah dia dengan patuh memakan roti rol manis dan berbaring, tidur dengan futon yang kuberikan.
Meskipun pada awalnya dia tidak bergerak, tapi saat diperintah dia dengan patuh memakan roti rol manis dan berbaring, tidur dengan futon yang kuberikan.
Untuk informasi bagaimana caranya
mengobati Meat, mungkin akan lebih baik jika pasukan ksatria itu kembali.
Selain hal itu, ada baiknya para ksatria itu tidak ikut campur.
Selain hal itu, ada baiknya para ksatria itu tidak ikut campur.
*****
Pada akhirnya, pasukan ksatria itu
kembali untuk memastikan mayat para bandit itu telah benar-benar terbakar.
Seperti biasa, Aku sedang tidur saat
semua itu terjadi.
Setelah itu, mereka kembali ke kamp
mereka tanpa melakukan hal lain. Aku terbayang, mungkin akan makin seru jika
mereka membantai para bandit itu dan kemudian memakan daging bakar mereka.
Sungguh.
Mengubah mayat-mayat itu menjadi DP
bukan suatu masalah, aliran masuknya pun menjadi lebih berarti. Dengan ini,
total DP yang kami miliki sebesar –14504 DP.
“Luar biasa… ini pertama kalinya aku
melihat DP sebanyak ini.”
Sekarang, jika dibandingkan dengan
jumlah DP yang kami miliki selama ini, jumlah ini adalah sebuah kemakmuran
kecil.
Akan tetapi, karena gerombolan
bandit itu sudah tidak ada disini lagi, pemasukan kami jadi berkurang.
Gobsuke pun sudah tidak ada disini
lagi… tapi sebagai gantinya aku memiliki budak bertelinga anjing dan harus
merawatnya.
Dengan makan tiga kali sehari, dan
dengan asumsi aku memberinya roti rol manis aneka rasa dan minuman..
konsumsinya sebesar 15 DP per hari.
Sedangkan pemasukan dari inti
dungeon hanya sebesar 10 DP. Sepertinya budak bertelinga anjing itu
menghasilkan 0 DP meski dibiarkan saja karena dianggap sebagai barang. Atau
mungkin juga dari awal dia memang belum cukup kuat untuk mengumpulkan DP…
Yah, kalau memang begitu adanya, Aku
akan memotong jatah makannya menjadi dua kali sehari untuk menstabilkannya…
tidak, agar para penjelajah tidak menduga apa-apa pada saat mereka datang, aku
perlu mengeluarkan goblin. Aku akan defisit saat melakukan itu. Bisa kah aku
tidur dengan nyenyak dalam situasi seperti ini? Tidak, aku tidak bisa tidur.
Aku seorang pengecut, jadi aku tidak bisa menahan rasanya tabunganku berkurang
sedikit demi sedikit.
Jadi Aku, seseorang yang tidak bisa
hidup dalam gaya manajemen defisit, perlu melakukan perubahan mendasar pada
cara kerja [Goa Sederhana] ini.
…. Haah, Aku tidak ingin bekerja.
…. Haah, Aku tidak ingin bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar