The New Gate Volume 2 Chapter 1 Part 3 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Jumat, 04 Agustus 2017

The New Gate Volume 2 Chapter 1 Part 3




Volume 2 Chapter 1 – Part 3

Mereka berdua memperbaiki postur mereka setelah beberapa saat dan mematerialisasikan kartu. Kemudian mereka dengan teliti memastikannya kalau itu adalah surat yang asli.


“Jadi kau ini memang benar-benar pemegang surat pengantar.”

“Aku rasa kita berdua begitu.”

Wilhelm menunjukkan sedikit ekspresi lelah sementara Shin membalasnya dengan senyuman kecut.

Meskipun dengan perantara Millie, dia masih waspada terhadap Shin… Wilhelm masih penasaran dengan kemampuan Shin meskipun dengan asumsi kalau ‘Kekuatan Millie takkan diusiknya’. Meskipun penampilan luar Wilhelm tidak memiliki masalah sama sekali, masih terdapat sedikit rasa tidak percaya yang tersisa di sudut pikirannya. Kemudian surat pengantar di tangan mereka menghilang.

“Tak ada yang lebih bisa diandalkan selain ini. Itu menjelaskan mengapa kau bisa tahu soal Schnee Raizar.”

“Kalau aku, aku mendapatkannya dari Tiera. Apa kau mendapatkannya dari Schnee?”

“Aku mendapatkannya setelah menerima latihan neraka darinya. Tapi aku dihancurkan secara sepihak meskipun itu hanya latihan.”

“Ah… dia masih seserius itu, ya?”

Meskipun Shin lah yang mengatur karakternya, dia hanya memutuskan aspek kepribadiannya secara kasar di saat-saat terakhir. Ketika dia mendengar cerita dari Wilhelm, dia rasa kalau Schnee tidak berubah sama sekali. Meskipun dia sudah mempersiapkan diri, tidak akan aneh jika Schnee berbeda ketika waktu masih berada di game era dalam berbagai hal. Dia pada dasarnya memiliki karakter tetap, seperti semua AI (Artificial Inteligence), tapi itu tidak berarti kalau dia tidak akan mempelajari sesuatu, jadi kepribadiannya tidak lebih dari kesan terhadap Schnee pada tingkat ini.

“Baiklah kalau begitu, berhenti bermalas-malasan dan segera berangkat untuk bertemu Rashia. Kita bisa melanjutkan ini sambil berjalan.”

“Apa sudah waktunya?”

Wilhelm melihat ke arah jam yang ada di dinding, dan berdiri. Dia tidak bermaksud untuk tinggal lebih lama, tapi tak disangka malah memakan waktu yang lebih banyak dari yang diperkirakannya karena adanya situasi yang tak terduga dimana Shin juga memiliki surat pengantar. Tapi itu waktu yang sepadan karena dia puas dengan hasil yang diperolehnya.

“Meskipun aku tahu kalau kita bisa saling mempercayai, dari apa yang aku dengar, Wilhelm adalah seorang Chosen One juga, ‘kan?”

“Aku tidak punya maksud untuk menyembunyikannya pada saat seperti ini, tapi mengapa kau berfikir seperti itu? Tidak semua petualang dengan Rank A adalah seorang Chosen One, kau tahu?”

“Tidak, itu berasal dari senjata yang kau pegang, karena orang biasa takkan bisa meng-equipt senjata itu. Oleh karena itu, ketika aku melihat kau memegang Venom dengan santai, aku pikir ‘Ahh, jadi dia bukan orang biasa’.”

“Hah? Jadi itu alasannya. Pantas saja kau menanyakan mati-matian soal level skill appraiser. Brengsek kau, bertingkah seolah kau tidak tahu apa-apa sejak awal.”

Itu adalah senjata Grade Legend Wilhelm, Devil Spear Venom.

Itu adalah sebuah item yang takkan bisa di equip jika STR player tersebut tidak melampaui 500. Ketika Shin bertemu dengan Wilhelm pertama kali, dia memiliki alasan mengapa dia melihat langsung ke arah senjata itu juga.

Pada dasarnya, untuk setiap equipment Legend grade membutuhkan stat yang spesifik yang melampaui sekitar 350 agar bisa di equip. Jika dia memikirkan itu, stat yang diperlukan untuk Venom anehnya sangat tinggi. Tapi itu bukanlah sebuah Bug yang tidak di sengaja, karena ada alasan di baliknya.

“Aku tidak bisa membicarakan ini begitu saja di tempat yang sangat ramai. Dan beberapa saat yang lalu, ketika kau mengambil sebuah kartu dari ruang kosong, apa kau menggunakan sebuah Item Box? Aku dengar hanya beberapa orang saja yang memilikinya.”

“Oh, jadi kau sebenarnya melihat trik kecilku, ya? Aku menggunakan sebuah item yang disebut, Expansion Kit, item ini memiliki kapasitas seperti tiruan dari Item Box… jadi aku terlihat seperti menggunakan Item Box yang aslinya. Tapi itu bukan berarti semua chosen One memilikinya.”

“Heh, begitu ya?”

Shin pikir kalau semua fungsi tetap sama, sembari dia merespon dengan kata-kata setuju. Item tersebut memiliki fungsi untuk bisa memberikan support karakter ataupun monster partner kemampuan untuk menyimpan item dengan jumlah besar, dan para player biasanya meng-upgradenya sampai hampir memiliki kapasitas yang sama dengan Item Box. Banyak beberapa Player yang menggunakan satu atau dua Expansion Kit agar memastikan support karakter mereka bisa membawa item, dengan itu para support karakter bisa menggunakan recovery item sendiri dalam keadaan darurat.

Dalam kasus Shin, semua support karakter miliknya telah di upgrade sampai pada batas maksimalnya. Tak ada alasan khusus untuk hal ini. Itu hanya obsesinya saja.

“Kesampingkan hal itu dulu, nampaknya kau juga menggunakan Item Box.”

“Kalau aku, aku bisa menggunakannya sejak awal.”

“Lagi pula kau ‘kan memang seorang Chosen One.”

“Hmm…. Untuk saat ini, itu cukup aku rasa.”

Karena Wilhelm nampaknya sudah yakin kalau Shin adalah seorang Chosen One tanpa perlu meminta penjelasan detail, dan kontradiksi mungkin akan muncul kapan saja, dia memutuskan untuk meloloskannya sebagai seorang Chosen One kali ini.

Sembari melanjutkan perbincangan, mereka kembali ke tempat pertemuan. Ketika mereka berdua kembali ke gerbang timur, Rashia sedang mencari dengan gelisah.

“Hei! Hei Will. Aku dipaksa untuk pergi berbelanja, dari mana saja kau!?”

“Maaf, maaf. Aku ada sedikit urusan.”

“Ketika kau mengatakan hal seperti itu, aku harap kau tidak pergi ke toko tidak senonoh itu lagi.”

“Pergi ke toko itu!? Apa kau masih setengah tertidur?”

“Shin-san. Tolong jangan mengikuti Wilhelm meskipun dia mengajakmu. Buruknya…. Kau akan mendapatkan pengalaman yang menyakitkan.”

“Aku bisa mendengar percakapan kalian! Mengatakan hal seperti itu bisa membuat kesalahpahaman!!”

“Tenanglah kalian berdua.”

Shin menenangkan kedua pasangan itu yang mulai melakukan pertengkaran suami istri, dan langsung berangkat. Diam-diam, dia sedikit iri dengan hubungan mereka berdua, dimana mereka bisa dengan bebas saling bercekcokan tanpa ada beban.

Kendaraan transportasi kali ini adalah dengan menggunakan kuda. Wilhelm nampaknya meminjamnya dari guild. Dua kuda dengan badan yang bagus dan warna kastanye yang mencolok, jadi bahkan untuk Shin, yang amatir soal kuda, bisa mengerti.

Di saat kuda-kuda itu melihat Yuzuha, yang sedang berbaring di atas kepala Shin, gerakan kuda-kuda itu terhenti. Yuzuha mengeluarkan raungan kecil “Kuu”, dan kuda-kuda itu menjawabnya dengan ringkikan kecil “Hururu”, dan kemudian menjadi tenang. Entah mengapa, Shin tidak mengerti percakapan mereka.

Wilhelm dan Rashia sedang berada di salah satu kuda tersebut, sementara Shin dan Yuzuha mengendarai kuda yang satunya. Meskipun ini pertama kalinya Shin mengendarai kuda sungguhan, entah bagaimana Riding skill memiliki pengaruh terhadap kemampuan menunggang milik Shin, jadi dia tidak memiliki masalah dalam menungganginya. Karena dia memiliki keinginan untuk menunggangi tidak hanya kuda saja, tetapi berbagai macam monster, termasuk Griffin dan Naga, di dalam game, level skill miliknya meningkat secara signifikan.

Akan membutuhkan waktu 5 sampai 6 hari jika menggunakan kereta kuda dengan kecepatan lambat, tapi nampaknya mereka akan tiba lebih cepat dengan kecepatan saat ini, pikir Shin. Tentu saja, Shin bisa berlari lebih cepat dari ini, tetapi dia tidak mengatakannya karena dia juga harus membawa Rashia, yang merupakan orang biasa.

Mereka melaju tanpa ada masalah, sembari mengistirahatkan kuda-kuda sesekali sepanjang perjalanan. Ada dua orang pengguna Item Box, jadi hampir tak ada tas atau barang bawaan sama sekali, dan mereka bisa memperoleh jarak yang lebih karena hal tersebut. Sebagai tambahan, karena mereka bisa mebawa berbagai macam peralatan, mereka tidak harus memakan makanan yang tidak segar selama berkemah. Karena dia bisa menikmati makanannya yang merupakan salah satu hal yang sangat sulit di dapatkan ketika sedang berada di dalam perjalanan, Rashia yang tidak berpengalaman dalam perjalanan jauh nampaknya tidak terpengaruh sama sekali.

Sembari melakukan perjalanan menggunakan kuda selama 4 hari, mereka memperdalam pertemanan mereka sampai pada tingkat dimana mereka bisa mengobrol dengan santai. Shin dan kelompoknya tiba di daerah yang di sebut Dataran Hantu sebelum siang.

Namun, daerah dataran tersebut sangat suram meskipun matahari menggantung tinggi di langit. Seolah disana terdapat semacam dinding tak terlihat di antara hutan dan padang rumput tersebut karena cahaya matahari terhalang. Ketika mereka melihatnya dengan lebih dekat, terdapat kabut tebal berwarna ungu yang perlahan muncul dari permukaan tanah, seolah meluap. Kabut itu membungkus daerah padang rumput itu seperti halnya sebuah garis pembatas.

Karena tak ada apapun yang ditampilkan dengan Analyze ketika dia menggunakannya, di sana nampaknya tak ada efek apapun yang bisa menyebabkan keadaan tak normal.

“Tak ada respon apapun ketika aku menyentuhnya, ya? Ini nampaknya bukanlah sebuah kesalahan karena garis batas berada di sini.”

“Ya, itu benar. Ada yang mengatakan kalau para monster takkan mengejarmu jika kau keluar dari dalam tempat ini. Mereka tak bisa keluar, seolah mereka terperangkap di dalam sana.”

“Benarkah?”

“Itu pernah sekali terjadi. Tidak salah lagi, equipment mereka hancur dalam sekejap, meskipun di siang hari.”

“Tinggal langsung keluar saja jika dalam keadaan darurat, ya?”

Karena Rashia ada di sana, jalan keluar telah diamankan untuk berjaga-jaga dalam kondisi yang tak terduga. Akan berbeda jika itu hanya Shin dan Wilhelm, tapi mereka harus menjaga monster berbahaya agar menjauh dari Rashia mulai saat ini.

“Untuk saat ini, ayo kita persiapkan perkemahan kita jadi kita bisa membuat tempat berlindung jika berhasil lolos. Dan ini adalah Prayer of Saint Sphere. Akan sia-sia jika kau tidak memiliki ini. Dan kemudian, ini sebagai tambahan. Ini akan mementalkan bahkan semburan naga.”

“A-Aku mengerti! Terima ka…. Hyai…”

Seperti yang di duga, Rashia terlihat gugup dan merasakan dingin yang menyembur keluar dari Dataran Hantu. Meskipun dia selalu di bentak oleh Wilhelm selama perjalanan, itu mungkin adalah salah satu cara Rashia sendiri agar bisa tenang.

Apa yang Shin berikan bersama dengan Prayer of Saint Sphere adalah sebuah item Magic yang merupakan tipe Bracelet. Itu memiliki efek untuk menetralkan damage dibawah tingkat tertentu dan mengurangi damage yang berada di atas batasan nilai yang ditentukan, tak ada cara lain selain memberikannya pada Rashia, yang tak terbiasa dengan pertempuran.

Ngomong-ngomong, cara bicara santai Rashia kepada Wilhelm karena mereka adalah teman masa kecil, jadi tak perlu bagi mereka untuk bertingkah canggung.

“(Aku mempercayakan dia padamu, Yuzuha.)”

“Kuu.”

Dia berbicara kepada Yuzuha, yang sedang berada di atas kepalanya, via telepati. Sebelumnya mereka bisa menggunakan telepati segera setelah mereka memasuki kota. Telah diketahui kalau kata-kata Shin yang ada di dalam pikirannya akan di transmisikan kepada Yuzuha. Beberapa emosi yang sederhana, disamping pikiran biasa seperti izin, penolakan dan sebagainya, akan di transmisikan dari Yuzuha sebagai balasannya.

Yuzuha yang menerima pesan telepati itu, turun dari kepala Shin, dan kemudian menggosokkan wajahnya ke pipi Rashia setelah dia melompat naik ke bahu Rashia.

“He-Hentikan Yuu-chan! Itu geli.”

“Kuu~”

“Kau sangat bersemangat, ya.”

“Ah… Yuu-chan, terima kasih.”

“Kuu!”

Entah apakah dia sudah sedikit terhibur atau tidak, senyuman yang agak sedikit canggung tapi bisa dimengerti terlihat di wajah Rashia. Sembari Shin mentransmisikan perasaan terima kasih kepada Yuzuha, yang bergerak sesuai dengan harapannya, Wilhelm muncul dari semak belukar.

“Wilhelm, bagaimana tempat kemahnya?”

“Aku telah mendirikan tenda di sekitar sana seperti yang dikatakan, tapi itu, apa itu?”

Wilhelm menunjuk ke arah hutan yang berada di depan. Meskipun itu tidak terlihat dari tempat dimana Shin berada, terdapat sebuah permata yang berdiameter sekitar 10 cemel yang mengelilingi semua sudut tenda. Meskipun para monster tidak bisa keluar, tendanya di dirikan sedikit jauh dari padang rumput untuk jaga-jaga.

“Itu hanya item pencegahan biasa. Ketika seekor monster mendekat, benda itu akan menyerang dengan sihir. Karena memungkinkan untuk memasang barrier dimana para monster tidak masuk, itu membuatnya menjadi tempat yang menguntukngkan untuk tempat berkemah sederhana.”

“Aku belum pernah mendengar item seperti itu!”

Shin biasanya hanya akan memasang Barrier, tapi dia berfikir kalau itu akan membuatnya jadi ragu, tak peduli seberapa Chosen One nya dirinya itu. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menggunakan item pencegahan. Meskipun dia tahu kalau seorang Chosen One itu berada di luar akal sehat, tapi tetap saja masih ada batasan untuk hal itu, jadi akan buruk kalau dia menunjukkan kekuatan yang melampaui hal tersebut. Dia khawatir kalau dia tidak sengaja melampaui batasan itu.

Ketika dia sedang mengerjakannya, dia tidak lupa memasang Wall, karena bahaya tidak hanya datang dari monster saja.

“Kau adalah seorang Chosen One juga Wilhelm, jadi kau tidak punya pilihan lain selain setuju.”

“Jangan gunakan nama itu untuk keuntunganmu kawan.”

“Apa? Shin-san adalah seorang Chosen One juga!?”

Nampaknya, Rashia sepertinya juga menegtahui tentang Chosen One. Dia kemungkinan mendengarnya dari Wilhelm.

“Eh? Kau belum mengatakan itu padanya?”

“Aku tidak sempat mengatakannya.”

Wilhelm tersenyum masam.

“Apa kalian berdua memastikan hal itu sehari sebelum keberangkatan?”

“Yah seperti itu lah.”

“Kalau begitu kalian harusnya mengatakannya lebih awal!”

Rashia cemberut ketika dia berfikir kalau dia di kecualikan.

“Aku kira kau akan bisa menebaknya meskipun aku tidak memberitahumu. Jika Shin tidak cukup kuat, dia tidak mungkin mengajukan syarat kejam seperti ini, paham?”

“Tapi Will, kau bilang kau ingin melakukannya juga, jadi aku pikir itu adalah hal yang normal.”

“Tentu saja tidak!”

Wilhelm sedikit terkejut karena Rashia, yang mengatakan hal itu sembari terlihat tidak percaya.

“Ta-Tapi meksipun kau mengatakan Chosen One, satu-satunya yang ku ketahui hanyalah Will saja. Aku tahu kalau Will itu kuat, tapi aku tidak tahu seberapa kuat dirimu.”

Bahkan meskipun dia mengetahui tentang keberadaan dari Chosen One, jika dia tidak benar-benar menyaksikan kekuatan mereka, dia tidak akan tahu kemampuan mereka yang sebenarnya. Sejak awal, takkan ada seorangpun yang bisa membawa Rashia ketempat ini, bahkan jika itu Wilhelm yang berusaha keras, karena hal ini terlalu sulit. Bisa dikatakan kalau hal ini tidak bisa diapa-apakan lagi.

“Oi~, aku tahu bukan hal yang baik mengganggu kalian teman-teman, tapi sebaiknya kita segera memulainya. Kita sudah tidak punya waktu untuk bersantai-santai lagi.”

Shin yang sedang melihat kedua orang itu, dengan pelan memanggil mereka.

“Itu ide yang bagus. Ayo berangkat kalau begitu. Aku sudah merasa lebih baik sekarang.”

“Apa? Eh! Tunggu sebentar!”

Karena dia mengerti kalau Wilhelm mencoba untuk mengurangi ketegangan Rashia, Shin menggunakan waktu yang tepat. Disamping itu, mereka bisa melanjutkannya dengan senang.

“Nah sekarang, aku tidak tahu yang mana dari makhluk-makhluk itu yang akan muncul pertama kali.”

“Karena ini masih siang hari, kemungkinannya adalah Skull Face, seekor Bio Hound atau Mad Zombie. Monster-monster ini lebih banyak ketika matahari sedang tinggi.”

“Ketika kau berfikir tentang jarak level, waktu yang tepat adalah di malam hari, ‘kan? Yah, saat ini adalah saat yang tepat untuk memberikannya beberapa pengalaman sebelum menghadapi pertempuran yang sebenarnya di malam hari.”

“Sisanya akan bergantung pada Rashia… baiklah kalau begitu, mereka sudah muncul.”

Mereka muncul di hadapan Rashia yang gemetaran sembari memgang tongkat miliknya. Shin dan Wilhelm mengarahkan pandangan mereka ke arah bayangan yang mendekati mereka. Jarak pandang mereka terbatas sampai pada tingkat tertentu karena pengaruh dari kabut, tapi itu bukanlah masalah untuk kemampuan persepsi kedua orang ini.

Apa yang muncul dari dalam kabut adalah 2 Jack Class Skull Face dan 3 Bio Hound. Setelah melihat setengah bagian dari tubuh Bio Hound itu yang membusuk, Rashia menutup mulutnya dengan tangannya. Sangat sulit untuk melihat langsung ke arahnya, bahkan untuk Shin, karena telah menjadi sangat realistis.

“Ini masih pertarungan pemanasan.”

“Bau Bio Hound itu sangat tidak enak.”

Shin menarik katana miliknya dari pinggagnya dan Wilhelm bersiap dengan Venom. Sementara keputusan Rashia akan di tentukan di sini, dia memegang tongkat miliknya sembari terlihat sedikit pucat dan mulai merapal.

Bio Hound itu bergerak terlebih dahulu, pada tingkat kecepatan dimana terlihat pelan bagi Shin.

Shin melangkah kedepan sebelum ketiga Bio Hound itu melompatinya langsung, yang kemungkinan merupakan karena kurangnya intelligence mereka. Dengan satu tangan diarahkan kedepan mereka, dia mengaktifkan Skill Magic Ichiyou no Misogi* (Upacara Pemurnian Satu Daun)

Disaat yang bersamaan, barrier yang setengah transparan muncul di hadapannya. Para Bio Hound yang menerjang menabrak barrier tersebut dan suara hantaman tercipta ketika mereka jatuh ketanah.

Dalam Skill Magic Sistem, banyak skill yang sangat efektif untuk melawan Undead monster, dan salah satu yang digunakannya adalah skill pertahanan. HP dari Bio Hound, yang pada dasarnya merupakan tindakan bunuh diri, dalam sekejap terkuras habis sampai pada zona merah sebagai hasil dari skill anti Undead. Dan kemudian, tanpa dilewatkan oleh Shin, barrier tersebut di lepaskan dan di saat yang bersamaan, dia memberikan instruksi kepada Rashia.

“Serang Bio Hound nya!”

“Baik!”

Rashia langsung bereaksi pada intruksi yang diberikan oleh Shin dan menyelesaikan perapalan sihirnya.

Cahaya putih memancar dari tongkat yang dipegangnya dan menyinari para Bio Hound itu. Itu adalah Art Magic Sistem Heal. Meskipun itu tidak sekuat Skill Magic Sistem, sihir penyembuhan sangat efektif dalam memberikan damage pada undead monster. HP yang tersisa pun menghilang, dan tubuh para Bio Hound pun menghilang.

Melihat itu, Shin memastikan kalau para monster takkan meninggalkan mayat di dalam dungeon masih berlaku sampai sekarang. Nampaknya, seluruh area dari Dataran Hantu telah dihitung sebagai dungeon.

“Serangan selanjutnya datang!”

Mendengar perkataan Wilhelm, mereka bersiap untuk serangan selanjutnya. Mirip dengan Bio Hound, kedua Skull Face berlari maju sembari suara armor saling bergesekan satu sama lain bisa terdengar. Akan tetapi, mereka bersiap dengan tameng di depan mereka.

Shield Bash , ya?”

Kemudian Wilhelm memanggil Shin yang sedang bergumam.

“Oi, bisakah barrier milikmu menghentikan serangan mereka?”

“Serahkan padaku. Dan potong lengan dan kaki mereka agar mereka tidak bisa melakukan conter-attack ketika kau punya kesempatan! Atau aku rasa kau tak bisa melakukannya?”

“Ha! Who the hell do you think I am!?”

Wilhelm said confidently, and again Shin invoked Ichiyou no Misogi. The Skull Faces crashed into the barrier which was deployed, but there was no damage because they used a shield unlike the Bio Hounds. However the Skull Faces, who probably didn’t think the Shield Bash would be defended against, greatly broke their posture. Shin removed the barrier right after he confirmed that the Skull Faces’ charge was stopped, and Wilhelm with the devil spear, instantaneously stepped forward between the two Skull Faces and jumped.

“SoRyAa!”

While drawing a big arc in the air, he used the spearmanship system martial arts skill, Spark Blossom.

A single blow that hit both legs of the two Skull Faces and shattered them into pieces and the attack didn’t end there.

“Ha! Siapa kau pikir aku ini!?”

Wilhelm mengatakan itu dengan penuh percaya diri, dan sekali lagi Shin mengaktifkan Ichiyou no Misogi . Para Skull Face pun menabrak barrier yang dilepaskannya, tetapi taka da damage sama sekali karena mereka menggunakan tameng, tidak seperti para Bio Hound. Akan tetapi, para Skull Face, yang tidak menyangka kalau Shield Bash bisa ditahan, terkejut dan merusak postur mereka. Shin menghilangkan barrier miliknya segerra setelah dia memastikan kalau terjangan para Skull Face telah berhenti, dan Wilhelm dengan Devil Spear, dengan sekejap melangkah maju diantara kedua Skull Face itu dan melompat.

“SoRyAa!”

Sembari menggambar lengkungan besar di udara, dia menggunakan Skill Sistem Martial Art, Spark Blossom.

Satu serangan yang disarangkan di kedua kaki Skull Face itu dan menghancurkannya menjadi serpihan kecil dan serangannya tidak berakhir disana saja.

Tanpa mengubah momentumnya, Wilhelm berputar sekali dengan tombaknya. Skull face yang berada di sebelah kanan, pedang dan tameng miliknya terhempas oleh gaya sentrifugal. Skull Face yang telah kehilangan kedua kaki dan senjatanya jatuh ke tanah.

“Selesai!”

Shin, yang mengeluarkan barrier, sudah menghancurkan kedua lengan dari Skull Face di sebelah kiri dengan Skill Sistem Sword Martial Art Blade Breaker, sembari melihat pergerakan Wilhelm. Dia memegang katana yang baru di tangannya.

Itu adalah katana dengan bilah berwarna merah crimson bernama Red Chidori. Kemampuan memotong katana itu memiliki atribut petir, itu adalah katana dengan grade Legend yang dapat dengan mudahnya melampaui durability dari Several Stroke yang digunakannya sebelumnya.

Para Skull Face yang kini hanya memiliki kepala dan badan saja yang tersisa, dan tak ada damage signifikan yang di berikan pada core mereka. Tapi HP mereka telah terpangkas habis setiap kali listrik merah mengalir dari bilah katana. Damage tambahan dari atribut petir muncul karena listrik kejut kecil mengalir ke tubuh para monster, dan HP mereka bisa di pangkas tanpa harus menyerang secara langsung Core nya. Itu sangat efektif untuk melawan monster yang tidak bisa diberikan damage selain menyerang core nya, seperti Skull Face. Itu juga merupakan salah satu alasan mengapa Shin menggunakan Red Chidori.

Ketika Wilhelm terlihat, dia menginstruksikan Rashia untuk menyelesaikan perapalannya.

Sembari menahan Skull Face yang mencoba bergerak meskipun hanya tersisa kepala dan badan atasnya saja, Wilhelm memperluas penglihatannya melampaui jarak pandangnya sendiri. Dia tidak bisa memastikannya secara visual karena kabut, tetapi dia merasakan beberapa sosok yang menuju ke arah mereka dengan Sign Perception, yang kemungkinan tergambarkan dengan suara pertempuran.

“Lebih banyak lagi yang datang. Tolong lebih cepat lagi.”

“Mustahil untuk bisa lebih cepat lagi!!”

Seperti yang di duga, nampaknya butuh waktu bagi Art Rashia untuk mengurangi HP Skull Face karena mereka memiliki perbedaan level sampai 100.

“Art Heal milikmu tidak terlalu efektif, ya? Oi, Shin! Apakah kita bisa menyerang dari dalam barrier sekarang?”

“Itu tidak bisa. Meskipun bisa, aku tidak tahu bagaimana caranya.”

Akan lebih mudah jika mereka bisa menyerang dari dalam barrier seperti yang dikatakan oleh Wilhelm, tetapi Skill Barrier benar-benar tertutup dari luar dan dalam dari barrier yang terpasang. Oleh karena itu, cara menyerang dari satu sisi tak bisa dilakukan. Akan tetapi, ada kemungkinan bisa melakukannya di dunia ini yang entah bagaimana bisa di terapkan, tidak seperti ketika di dalam game. Dan dalam hal ini, mutahil bagi Shin untuk memahami skill barrier dalam waktu sesingkat ini.



“Sial, mau bagaimana lagi. Akan lebih cepat jika mengalahkan mereka semua, ‘kan?”

“Itu bukan tujuan kita untuk mengalahkan mereka, tapi kita tidak punya pilihan lain.”

“Tunggu sebentar! Meskipun kita berada dalam situasi yang gawat sekarang, kenapa kalian berdua tetap tenang seperti itu!?”

Masalah yang tak terduga mengacaukan rencana untuk menahan musuh, meskipun itu bisa dimengerti. Meskipun takkan bisa tenang ketika seorang petualang biasa melakukan hal seperti itu, percakapan yang keluar dari kedua mulut orang itu adalah “Sangat merepotkan melakukan hal itu.”, meskipun tidak terdengar. Untuk hal semacam ini, mereka menjaga suasana tetap tenang sembari mempersiapkan senjata mereka, meskipun ada komplain dari Rashia kepada kedua orang itu.

“Level para monster tidak terlalu tinggi disini karena kita masih berada di daerah pinggir dari Dataran Hantu.”

“Kita tidak tahu apakah perlu untuk maju lebih jauh atau tidak, ‘kan? Mari kita tunggu beberapa saat sampai Rashia menjadi sedikit lebih kuat.”

“Sejak awal, peningkatan 10 level itu sangat cepat. Saat ini saja sudah 24, karena level Bio Hound adalah 60. Setelah itu, levelnya menjadi 40 dalam sekali jalan. Sangat mudah untuk meningkatkan level ketika terdapat perbedaan level sekitar 100 atau lebih.”

Meskipun terdapat komplain seperti “Hei, apa kau bercanda!!” dari Wilhelm, Shin mengabaikan itu seolah dia tidak bisa menghabiskan waktu selama berbulan-bulan.

Dengan suara yang keras, Rashia melanjutkan merapalkan Heal meskipun dia gemetaran, yang bisa dikatakan sangat kejam. Karena itu hal yang alami bagi orang biasa yang akan lari ketakutan ataupun terpaku membatu karena berada dalam situasi seperti ini. Meskipun dia dilindungi, satu serangan dari monster seperti itu dari celah yang terbuka lebar akan membunuhnya. Berdasarkan Rashia sendiri, dia tidak langsung menampakkan rasa takut akan kematian sama sekali. Untuk seseorang yang tidak bertahan hidup dengan bertarung, mereka pasti akan merasakan rasa takut jauh diatas apa yang dirasakan seorang petualang. Jika tekanan mental diukur dalam jumlah angka, itu mungkin akan mencapai jumlah yang tidak normal.

“Tapi Wilhelm, sepertinya mentalnya sudah mencapai batasnya. MP miliknya –– Magic Power nya sudah habis, ya? Lagi pula, para Bio Hound memang sangat sulit dikalahkan langsung begitu saja.”

Shin tiba-tiba mengungkapkan kata MP dalam kata yang berbeda dari Magic Power. Dia pernah mendengar kalimat Magic Power tanpa sengaja, tapi tidak pernah mendengar kata MP yang disadarinya disaat terakhir.

“Mereka ini sangat tidak masuk akal jauh dari perkiraanku. Syukurlah dia tidak pingsan.”

Beruntung (atau tidak beruntung), Wilhelm nampaknya sudah tidak mengetahuinya lagi.

“Jika Rashia tumbang di sini, kedatangan kita disini akan sia-sia. Sebaiknya kita istirahat sekarang sementara aku akan mengalihkan perhatian mereka.”

“Baiklah! Meskipun levelnya meningkat tanpa jeda, tetapi magic powernya sama sekali tidak kembali terisi.”

Tetap saja, karena serangan pertama pada pertarungan awal gagal, mereka memutuskan mundur untuk sementara ke kemah mereka.

Di dalam game, ketika level naik, semua stat akan ter restart, tapi entah mengapa sepertinya berbeda di dunia ini. Dia berencana untuk menggunakan restoration dari kenaikan level, tapi ekpektasinya salah.

(Restorasi di sini masih belum sempurna, dia tidak bisa melakukan apapun selain melanjutkannya dengan retorasi alami. Shin berfikir untuk meninjau kembali rencana kedepan mereka sembari menebas para monster, karena ini nampaknya sedikit memakan waktu dari yang dipikirkannya.)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar