Volume
2 Chapter 1 – Part 3
Mereka berdua memperbaiki postur
mereka setelah beberapa saat dan mematerialisasikan kartu. Kemudian mereka
dengan teliti memastikannya kalau itu adalah surat yang asli.
“Jadi kau ini memang benar-benar
pemegang surat pengantar.”
“Aku rasa kita berdua begitu.”
Wilhelm menunjukkan sedikit ekspresi
lelah sementara Shin membalasnya dengan senyuman kecut.
Meskipun dengan perantara Millie,
dia masih waspada terhadap Shin… Wilhelm masih penasaran dengan kemampuan Shin
meskipun dengan asumsi kalau ‘Kekuatan Millie takkan diusiknya’. Meskipun
penampilan luar Wilhelm tidak memiliki masalah sama sekali, masih terdapat
sedikit rasa tidak percaya yang tersisa di sudut pikirannya. Kemudian surat
pengantar di tangan mereka menghilang.
“Tak ada yang lebih bisa diandalkan
selain ini. Itu menjelaskan mengapa kau bisa tahu soal Schnee Raizar.”
“Kalau aku, aku mendapatkannya dari
Tiera. Apa kau mendapatkannya dari Schnee?”
“Aku mendapatkannya setelah menerima
latihan neraka darinya. Tapi aku dihancurkan secara sepihak meskipun itu hanya
latihan.”
“Ah… dia masih seserius itu, ya?”
Meskipun Shin lah yang mengatur
karakternya, dia hanya memutuskan aspek kepribadiannya secara kasar di
saat-saat terakhir. Ketika dia mendengar cerita dari Wilhelm, dia rasa kalau
Schnee tidak berubah sama sekali. Meskipun dia sudah mempersiapkan diri, tidak
akan aneh jika Schnee berbeda ketika waktu masih berada di game era dalam
berbagai hal. Dia pada dasarnya memiliki karakter tetap, seperti semua AI
(Artificial Inteligence), tapi itu tidak berarti kalau dia tidak akan
mempelajari sesuatu, jadi kepribadiannya tidak lebih dari kesan terhadap Schnee
pada tingkat ini.
“Baiklah kalau begitu, berhenti
bermalas-malasan dan segera berangkat untuk bertemu Rashia. Kita bisa
melanjutkan ini sambil berjalan.”
“Apa sudah waktunya?”
Wilhelm melihat ke arah jam yang ada
di dinding, dan berdiri. Dia tidak bermaksud untuk tinggal lebih lama, tapi tak
disangka malah memakan waktu yang lebih banyak dari yang diperkirakannya karena
adanya situasi yang tak terduga dimana Shin juga memiliki surat pengantar. Tapi
itu waktu yang sepadan karena dia puas dengan hasil yang diperolehnya.
“Meskipun aku tahu kalau kita bisa
saling mempercayai, dari apa yang aku dengar, Wilhelm adalah seorang Chosen One
juga, ‘kan?”
“Aku tidak punya maksud untuk
menyembunyikannya pada saat seperti ini, tapi mengapa kau berfikir seperti itu?
Tidak semua petualang dengan Rank A adalah seorang Chosen One, kau tahu?”
“Tidak, itu berasal dari senjata
yang kau pegang, karena orang biasa takkan bisa meng-equipt senjata itu. Oleh
karena itu, ketika aku melihat kau memegang Venom dengan santai, aku pikir
‘Ahh, jadi dia bukan orang biasa’.”
“Hah? Jadi itu alasannya. Pantas
saja kau menanyakan mati-matian soal level skill appraiser. Brengsek kau,
bertingkah seolah kau tidak tahu apa-apa sejak awal.”
Itu adalah senjata Grade 《Legend》 Wilhelm, Devil Spear 『Venom』.
Itu adalah sebuah item yang takkan
bisa di equip jika STR player tersebut tidak melampaui 500. Ketika Shin bertemu
dengan Wilhelm pertama kali, dia memiliki alasan mengapa dia melihat langsung
ke arah senjata itu juga.
Pada dasarnya, untuk setiap
equipment 《Legend》 grade membutuhkan stat yang
spesifik yang melampaui sekitar 350 agar bisa di equip. Jika dia memikirkan
itu, stat yang diperlukan untuk 『Venom』 anehnya sangat tinggi. Tapi itu bukanlah sebuah Bug yang
tidak di sengaja, karena ada alasan di baliknya.
“Aku tidak bisa membicarakan ini
begitu saja di tempat yang sangat ramai. Dan beberapa saat yang lalu, ketika
kau mengambil sebuah kartu dari ruang kosong, apa kau menggunakan sebuah Item
Box? Aku dengar hanya beberapa orang saja yang memilikinya.”
“Oh, jadi kau sebenarnya melihat
trik kecilku, ya? Aku menggunakan sebuah item yang disebut, 『Expansion Kit』, item ini memiliki kapasitas seperti tiruan dari Item Box…
jadi aku terlihat seperti menggunakan Item Box yang aslinya. Tapi itu bukan
berarti semua chosen One memilikinya.”
“Heh, begitu ya?”
Shin pikir kalau semua fungsi tetap
sama, sembari dia merespon dengan kata-kata setuju. Item tersebut memiliki
fungsi untuk bisa memberikan support karakter ataupun monster partner kemampuan
untuk menyimpan item dengan jumlah besar, dan para player biasanya
meng-upgradenya sampai hampir memiliki kapasitas yang sama dengan Item Box.
Banyak beberapa Player yang menggunakan satu atau dua 『Expansion Kit』 agar memastikan support karakter mereka bisa membawa item,
dengan itu para support karakter bisa menggunakan recovery item sendiri dalam
keadaan darurat.
Dalam kasus Shin, semua support
karakter miliknya telah di upgrade sampai pada batas maksimalnya. Tak ada
alasan khusus untuk hal ini. Itu hanya obsesinya saja.
“Kesampingkan hal itu dulu,
nampaknya kau juga menggunakan Item Box.”
“Kalau aku, aku bisa menggunakannya
sejak awal.”
“Lagi pula kau ‘kan memang seorang Chosen
One.”
“Hmm…. Untuk saat ini, itu cukup aku
rasa.”
Karena Wilhelm nampaknya sudah yakin
kalau Shin adalah seorang Chosen One tanpa perlu meminta penjelasan detail, dan
kontradiksi mungkin akan muncul kapan saja, dia memutuskan untuk meloloskannya
sebagai seorang Chosen One kali ini.
Sembari melanjutkan perbincangan,
mereka kembali ke tempat pertemuan. Ketika mereka berdua kembali ke gerbang
timur, Rashia sedang mencari dengan gelisah.
“Hei! Hei Will. Aku dipaksa untuk
pergi berbelanja, dari mana saja kau!?”
“Maaf, maaf. Aku ada sedikit
urusan.”
“Ketika kau mengatakan hal seperti
itu, aku harap kau tidak pergi ke toko tidak senonoh itu lagi.”
“Pergi ke toko itu!? Apa kau masih
setengah tertidur?”
“Shin-san. Tolong jangan mengikuti
Wilhelm meskipun dia mengajakmu. Buruknya…. Kau akan mendapatkan pengalaman
yang menyakitkan.”
“Aku bisa mendengar percakapan
kalian! Mengatakan hal seperti itu bisa membuat kesalahpahaman!!”
“Tenanglah kalian berdua.”
Shin menenangkan kedua pasangan itu
yang mulai melakukan pertengkaran suami istri, dan langsung berangkat.
Diam-diam, dia sedikit iri dengan hubungan mereka berdua, dimana mereka bisa
dengan bebas saling bercekcokan tanpa ada beban.
Kendaraan transportasi kali ini
adalah dengan menggunakan kuda. Wilhelm nampaknya meminjamnya dari guild. Dua
kuda dengan badan yang bagus dan warna kastanye yang mencolok, jadi bahkan
untuk Shin, yang amatir soal kuda, bisa mengerti.
Di saat kuda-kuda itu melihat
Yuzuha, yang sedang berbaring di atas kepala Shin, gerakan kuda-kuda itu terhenti.
Yuzuha mengeluarkan raungan kecil “Kuu”, dan kuda-kuda itu menjawabnya dengan
ringkikan kecil “Hururu”, dan kemudian menjadi tenang. Entah mengapa, Shin
tidak mengerti percakapan mereka.
Wilhelm dan Rashia sedang berada di
salah satu kuda tersebut, sementara Shin dan Yuzuha mengendarai kuda yang
satunya. Meskipun ini pertama kalinya Shin mengendarai kuda sungguhan, entah
bagaimana 【Riding】 skill memiliki pengaruh terhadap
kemampuan menunggang milik Shin, jadi dia tidak memiliki masalah dalam menungganginya.
Karena dia memiliki keinginan untuk menunggangi tidak hanya kuda saja, tetapi
berbagai macam monster, termasuk Griffin dan Naga, di dalam game, level skill
miliknya meningkat secara signifikan.
Akan membutuhkan waktu 5 sampai 6
hari jika menggunakan kereta kuda dengan kecepatan lambat, tapi nampaknya
mereka akan tiba lebih cepat dengan kecepatan saat ini, pikir Shin. Tentu saja,
Shin bisa berlari lebih cepat dari ini, tetapi dia tidak mengatakannya karena
dia juga harus membawa Rashia, yang merupakan orang biasa.
Mereka melaju tanpa ada masalah,
sembari mengistirahatkan kuda-kuda sesekali sepanjang perjalanan. Ada dua orang
pengguna Item Box, jadi hampir tak ada tas atau barang bawaan sama sekali, dan
mereka bisa memperoleh jarak yang lebih karena hal tersebut. Sebagai tambahan,
karena mereka bisa mebawa berbagai macam peralatan, mereka tidak harus memakan
makanan yang tidak segar selama berkemah. Karena dia bisa menikmati makanannya
yang merupakan salah satu hal yang sangat sulit di dapatkan ketika sedang
berada di dalam perjalanan, Rashia yang tidak berpengalaman dalam perjalanan
jauh nampaknya tidak terpengaruh sama sekali.
Sembari melakukan perjalanan
menggunakan kuda selama 4 hari, mereka memperdalam pertemanan mereka sampai
pada tingkat dimana mereka bisa mengobrol dengan santai. Shin dan kelompoknya
tiba di daerah yang di sebut Dataran Hantu sebelum siang.
Namun, daerah dataran tersebut
sangat suram meskipun matahari menggantung tinggi di langit. Seolah disana
terdapat semacam dinding tak terlihat di antara hutan dan padang rumput
tersebut karena cahaya matahari terhalang. Ketika mereka melihatnya dengan
lebih dekat, terdapat kabut tebal berwarna ungu yang perlahan muncul dari
permukaan tanah, seolah meluap. Kabut itu membungkus daerah padang rumput itu
seperti halnya sebuah garis pembatas.
Karena tak ada apapun yang
ditampilkan dengan 【Analyze】 ketika dia menggunakannya, di sana
nampaknya tak ada efek apapun yang bisa menyebabkan keadaan tak normal.
“Tak ada respon apapun ketika aku menyentuhnya,
ya? Ini nampaknya bukanlah sebuah kesalahan karena garis batas berada di sini.”
“Ya, itu benar. Ada yang mengatakan
kalau para monster takkan mengejarmu jika kau keluar dari dalam tempat ini.
Mereka tak bisa keluar, seolah mereka terperangkap di dalam sana.”
“Benarkah?”
“Itu pernah sekali terjadi. Tidak
salah lagi, equipment mereka hancur dalam sekejap, meskipun di siang hari.”
“Tinggal langsung keluar saja jika
dalam keadaan darurat, ya?”
Karena Rashia ada di sana, jalan
keluar telah diamankan untuk berjaga-jaga dalam kondisi yang tak terduga. Akan
berbeda jika itu hanya Shin dan Wilhelm, tapi mereka harus menjaga monster
berbahaya agar menjauh dari Rashia mulai saat ini.
“Untuk saat ini, ayo kita persiapkan
perkemahan kita jadi kita bisa membuat tempat berlindung jika berhasil
lolos. Dan ini adalah 【Prayer
of Saint Sphere】.
Akan sia-sia jika kau tidak memiliki ini. Dan kemudian, ini sebagai tambahan.
Ini akan mementalkan bahkan semburan naga.”
“A-Aku mengerti! Terima ka…. Hyai…”
Seperti yang di duga, Rashia
terlihat gugup dan merasakan dingin yang menyembur keluar dari Dataran Hantu.
Meskipun dia selalu di bentak oleh Wilhelm selama perjalanan, itu mungkin
adalah salah satu cara Rashia sendiri agar bisa tenang.
Apa yang Shin berikan bersama dengan
【Prayer
of Saint Sphere】
adalah sebuah item Magic yang merupakan tipe Bracelet. Itu memiliki efek untuk
menetralkan damage dibawah tingkat tertentu dan mengurangi damage yang berada
di atas batasan nilai yang ditentukan, tak ada cara lain selain memberikannya
pada Rashia, yang tak terbiasa dengan pertempuran.
Ngomong-ngomong, cara bicara santai
Rashia kepada Wilhelm karena mereka adalah teman masa kecil, jadi tak perlu
bagi mereka untuk bertingkah canggung.
“(Aku mempercayakan dia padamu,
Yuzuha.)”
“Kuu.”
Dia berbicara kepada Yuzuha, yang
sedang berada di atas kepalanya, via telepati. Sebelumnya mereka bisa
menggunakan telepati segera setelah mereka memasuki kota. Telah diketahui kalau
kata-kata Shin yang ada di dalam pikirannya akan di transmisikan kepada Yuzuha.
Beberapa emosi yang sederhana, disamping pikiran biasa seperti izin, penolakan
dan sebagainya, akan di transmisikan dari Yuzuha sebagai balasannya.
Yuzuha yang menerima pesan telepati
itu, turun dari kepala Shin, dan kemudian menggosokkan wajahnya ke pipi Rashia
setelah dia melompat naik ke bahu Rashia.
“He-Hentikan Yuu-chan! Itu geli.”
“Kuu~”
“Kau sangat bersemangat, ya.”
“Ah… Yuu-chan, terima kasih.”
“Kuu!”
Entah apakah dia sudah sedikit
terhibur atau tidak, senyuman yang agak sedikit canggung tapi bisa dimengerti
terlihat di wajah Rashia. Sembari Shin mentransmisikan perasaan terima kasih
kepada Yuzuha, yang bergerak sesuai dengan harapannya, Wilhelm muncul dari
semak belukar.
“Wilhelm, bagaimana tempat
kemahnya?”
“Aku telah mendirikan tenda di
sekitar sana seperti yang dikatakan, tapi itu, apa itu?”
Wilhelm menunjuk ke arah hutan yang
berada di depan. Meskipun itu tidak terlihat dari tempat dimana Shin berada,
terdapat sebuah permata yang berdiameter sekitar 10 cemel yang mengelilingi
semua sudut tenda. Meskipun para monster tidak bisa keluar, tendanya di dirikan
sedikit jauh dari padang rumput untuk jaga-jaga.
“Itu hanya item pencegahan biasa.
Ketika seekor monster mendekat, benda itu akan menyerang dengan sihir. Karena
memungkinkan untuk memasang barrier dimana para monster tidak masuk, itu
membuatnya menjadi tempat yang menguntukngkan untuk tempat
berkemah sederhana.”
“Aku belum pernah mendengar item
seperti itu!”
Shin biasanya hanya akan memasang 【Barrier】, tapi dia berfikir kalau itu akan membuatnya jadi ragu, tak
peduli seberapa Chosen One nya dirinya itu. Oleh karena itu, dia memutuskan
untuk menggunakan item pencegahan. Meskipun dia tahu kalau seorang Chosen One
itu berada di luar akal sehat, tapi tetap saja masih ada batasan untuk hal itu,
jadi akan buruk kalau dia menunjukkan kekuatan yang melampaui hal tersebut. Dia
khawatir kalau dia tidak sengaja melampaui batasan itu.
Ketika dia sedang mengerjakannya,
dia tidak lupa memasang 【Wall】,
karena bahaya tidak hanya datang dari monster saja.
“Kau adalah seorang Chosen One juga
Wilhelm, jadi kau tidak punya pilihan lain selain setuju.”
“Jangan gunakan nama itu untuk
keuntunganmu kawan.”
“Apa? Shin-san adalah seorang Chosen
One juga!?”
Nampaknya, Rashia sepertinya juga
menegtahui tentang Chosen One. Dia kemungkinan mendengarnya dari Wilhelm.
“Eh? Kau belum mengatakan itu
padanya?”
“Aku tidak sempat mengatakannya.”
Wilhelm tersenyum masam.
“Apa kalian berdua memastikan hal
itu sehari sebelum keberangkatan?”
“Yah seperti itu lah.”
“Kalau begitu kalian harusnya
mengatakannya lebih awal!”
Rashia cemberut ketika dia berfikir
kalau dia di kecualikan.
“Aku kira kau akan bisa menebaknya
meskipun aku tidak memberitahumu. Jika Shin tidak cukup kuat, dia tidak mungkin
mengajukan syarat kejam seperti ini, paham?”
“Tapi Will, kau bilang kau ingin
melakukannya juga, jadi aku pikir itu adalah hal yang normal.”
“Tentu saja tidak!”
Wilhelm sedikit terkejut karena
Rashia, yang mengatakan hal itu sembari terlihat tidak percaya.
“Ta-Tapi meksipun kau mengatakan
Chosen One, satu-satunya yang ku ketahui hanyalah Will saja. Aku tahu kalau
Will itu kuat, tapi aku tidak tahu seberapa kuat dirimu.”
Bahkan meskipun dia mengetahui
tentang keberadaan dari Chosen One, jika dia tidak benar-benar menyaksikan
kekuatan mereka, dia tidak akan tahu kemampuan mereka yang sebenarnya. Sejak
awal, takkan ada seorangpun yang bisa membawa Rashia ketempat ini, bahkan jika
itu Wilhelm yang berusaha keras, karena hal ini terlalu sulit. Bisa dikatakan
kalau hal ini tidak bisa diapa-apakan lagi.
“Oi~, aku tahu bukan hal yang baik
mengganggu kalian teman-teman, tapi sebaiknya kita segera memulainya. Kita
sudah tidak punya waktu untuk bersantai-santai lagi.”
Shin yang sedang melihat kedua orang
itu, dengan pelan memanggil mereka.
“Itu ide yang bagus. Ayo berangkat
kalau begitu. Aku sudah merasa lebih baik sekarang.”
“Apa? Eh! Tunggu sebentar!”
Karena dia mengerti kalau Wilhelm
mencoba untuk mengurangi ketegangan Rashia, Shin menggunakan waktu yang tepat.
Disamping itu, mereka bisa melanjutkannya dengan senang.
“Nah sekarang, aku tidak tahu yang
mana dari makhluk-makhluk itu yang akan muncul pertama kali.”
“Karena ini masih siang hari,
kemungkinannya adalah Skull Face, seekor Bio Hound atau Mad Zombie.
Monster-monster ini lebih banyak ketika matahari sedang tinggi.”
“Ketika kau berfikir tentang jarak
level, waktu yang tepat adalah di malam hari, ‘kan? Yah, saat ini adalah saat
yang tepat untuk memberikannya beberapa pengalaman sebelum menghadapi
pertempuran yang sebenarnya di malam hari.”
“Sisanya akan bergantung pada
Rashia… baiklah kalau begitu, mereka sudah muncul.”
Mereka muncul di hadapan Rashia yang
gemetaran sembari memgang tongkat miliknya. Shin dan Wilhelm mengarahkan
pandangan mereka ke arah bayangan yang mendekati mereka. Jarak pandang mereka terbatas
sampai pada tingkat tertentu karena pengaruh dari kabut, tapi itu bukanlah
masalah untuk kemampuan persepsi kedua orang ini.
Apa yang muncul dari dalam kabut
adalah 2 Jack Class Skull Face dan 3 Bio Hound. Setelah melihat setengah bagian
dari tubuh Bio Hound itu yang membusuk, Rashia menutup mulutnya dengan
tangannya. Sangat sulit untuk melihat langsung ke arahnya, bahkan untuk Shin,
karena telah menjadi sangat realistis.
“Ini masih pertarungan pemanasan.”
“Bau Bio Hound itu sangat tidak
enak.”
Shin menarik katana miliknya dari
pinggagnya dan Wilhelm bersiap dengan 『Venom』. Sementara keputusan Rashia akan di tentukan di sini, dia
memegang tongkat miliknya sembari terlihat sedikit pucat dan mulai merapal.
Bio Hound itu bergerak terlebih
dahulu, pada tingkat kecepatan dimana terlihat pelan bagi Shin.
Shin melangkah kedepan sebelum
ketiga Bio Hound itu melompatinya langsung, yang kemungkinan merupakan karena
kurangnya intelligence mereka. Dengan satu tangan diarahkan kedepan mereka, dia
mengaktifkan Skill Magic 【Ichiyou no Misogi】* (Upacara Pemurnian Satu Daun)
Disaat yang bersamaan, barrier yang
setengah transparan muncul di hadapannya. Para Bio Hound yang menerjang
menabrak barrier tersebut dan suara hantaman tercipta ketika mereka jatuh
ketanah.
Dalam Skill Magic Sistem, banyak
skill yang sangat efektif untuk melawan Undead monster, dan salah satu yang
digunakannya adalah skill pertahanan. HP dari Bio Hound, yang pada dasarnya
merupakan tindakan bunuh diri, dalam sekejap terkuras habis sampai pada zona
merah sebagai hasil dari skill anti Undead. Dan kemudian, tanpa dilewatkan oleh
Shin, barrier tersebut di lepaskan dan di saat yang bersamaan, dia memberikan
instruksi kepada Rashia.
“Serang Bio Hound nya!”
“Baik!”
Rashia langsung bereaksi pada
intruksi yang diberikan oleh Shin dan menyelesaikan perapalan sihirnya.
Cahaya putih memancar dari tongkat
yang dipegangnya dan menyinari para Bio Hound itu. Itu adalah Art Magic Sistem 【Heal】. Meskipun itu tidak sekuat Skill Magic Sistem, sihir
penyembuhan sangat efektif dalam memberikan damage pada undead monster. HP yang
tersisa pun menghilang, dan tubuh para Bio Hound pun menghilang.
Melihat itu, Shin memastikan kalau
para monster takkan meninggalkan mayat di dalam dungeon masih berlaku sampai
sekarang. Nampaknya, seluruh area dari Dataran Hantu telah dihitung sebagai
dungeon.
“Serangan selanjutnya datang!”
Mendengar perkataan Wilhelm, mereka
bersiap untuk serangan selanjutnya. Mirip dengan Bio Hound, kedua Skull Face
berlari maju sembari suara armor saling bergesekan satu sama lain bisa
terdengar. Akan tetapi, mereka bersiap dengan tameng di depan mereka.
“【Shield Bash】 , ya?”
Kemudian Wilhelm memanggil Shin yang
sedang bergumam.
“Oi, bisakah barrier milikmu
menghentikan serangan mereka?”
“Serahkan padaku. Dan potong lengan
dan kaki mereka agar mereka tidak bisa melakukan conter-attack ketika kau punya
kesempatan! Atau aku rasa kau tak bisa melakukannya?”
“Ha! Who the hell do you think I
am!?”
Wilhelm said confidently, and again
Shin invoked 【Ichiyou
no Misogi】.
The Skull Faces crashed into the barrier which was deployed, but there was no
damage because they used a shield unlike the Bio Hounds. However the Skull
Faces, who probably didn’t think the 【Shield Bash】 would be defended against, greatly broke their posture.
Shin removed the barrier right after he confirmed that the Skull Faces’ charge
was stopped, and Wilhelm with the devil spear, instantaneously stepped forward
between the two Skull Faces and jumped.
“SoRyAa!”
While drawing a big arc in the air,
he used the spearmanship system martial arts skill, 【Spark Blossom】.
A single blow that hit both legs of
the two Skull Faces and shattered them into pieces and the attack didn’t end
there.
“Ha! Siapa kau pikir aku ini!?”
Wilhelm mengatakan itu dengan penuh
percaya diri, dan sekali lagi Shin mengaktifkan 【Ichiyou no Misogi】 . Para Skull Face pun menabrak barrier yang dilepaskannya,
tetapi taka da damage sama sekali karena mereka menggunakan tameng, tidak
seperti para Bio Hound. Akan tetapi, para Skull Face, yang tidak menyangka
kalau 【Shield
Bash】
bisa ditahan, terkejut dan merusak postur mereka. Shin menghilangkan barrier
miliknya segerra setelah dia memastikan kalau terjangan para Skull Face telah
berhenti, dan Wilhelm dengan Devil Spear, dengan sekejap melangkah maju
diantara kedua Skull Face itu dan melompat.
“SoRyAa!”
Sembari menggambar lengkungan besar
di udara, dia menggunakan Skill Sistem Martial Art, 【Spark Blossom】.
Satu serangan yang disarangkan di
kedua kaki Skull Face itu dan menghancurkannya menjadi serpihan kecil dan
serangannya tidak berakhir disana saja.
Tanpa mengubah momentumnya, Wilhelm
berputar sekali dengan tombaknya. Skull face yang berada di sebelah kanan,
pedang dan tameng miliknya terhempas oleh gaya sentrifugal. Skull Face yang
telah kehilangan kedua kaki dan senjatanya jatuh ke tanah.
“Selesai!”
Shin, yang mengeluarkan barrier,
sudah menghancurkan kedua lengan dari Skull Face di sebelah kiri dengan Skill
Sistem Sword Martial Art 【Blade Breaker】, sembari melihat pergerakan Wilhelm. Dia memegang katana
yang baru di tangannya.
Itu adalah katana dengan bilah
berwarna merah crimson bernama 『Red Chidori』. Kemampuan memotong katana itu memiliki atribut petir, itu
adalah katana dengan grade 《Legend》 yang dapat dengan mudahnya melampaui durability dari 『Several Stroke』 yang digunakannya sebelumnya.
Para Skull Face yang kini hanya
memiliki kepala dan badan saja yang tersisa, dan tak ada damage signifikan yang
di berikan pada core mereka. Tapi HP mereka telah terpangkas habis setiap kali
listrik merah mengalir dari bilah katana. Damage tambahan dari atribut petir
muncul karena listrik kejut kecil mengalir ke tubuh para monster, dan HP mereka
bisa di pangkas tanpa harus menyerang secara langsung Core nya. Itu sangat
efektif untuk melawan monster yang tidak bisa diberikan damage selain menyerang
core nya, seperti Skull Face. Itu juga merupakan salah satu alasan mengapa Shin
menggunakan 『Red
Chidori』.
Ketika Wilhelm terlihat, dia
menginstruksikan Rashia untuk menyelesaikan perapalannya.
Sembari menahan Skull Face yang
mencoba bergerak meskipun hanya tersisa kepala dan badan atasnya saja, Wilhelm
memperluas penglihatannya melampaui jarak pandangnya sendiri. Dia tidak bisa
memastikannya secara visual karena kabut, tetapi dia merasakan beberapa sosok
yang menuju ke arah mereka dengan 【Sign Perception】, yang kemungkinan tergambarkan dengan suara pertempuran.
“Lebih banyak lagi yang datang.
Tolong lebih cepat lagi.”
“Mustahil untuk bisa lebih cepat
lagi!!”
Seperti yang di duga, nampaknya
butuh waktu bagi Art Rashia untuk mengurangi HP Skull Face karena mereka
memiliki perbedaan level sampai 100.
“Art 【Heal】
milikmu tidak terlalu efektif, ya? Oi, Shin! Apakah kita bisa menyerang dari
dalam barrier sekarang?”
“Itu tidak bisa. Meskipun bisa, aku
tidak tahu bagaimana caranya.”
Akan lebih mudah jika mereka bisa
menyerang dari dalam barrier seperti yang dikatakan oleh Wilhelm, tetapi Skill
Barrier benar-benar tertutup dari luar dan dalam dari barrier yang terpasang.
Oleh karena itu, cara menyerang dari satu sisi tak bisa dilakukan. Akan tetapi,
ada kemungkinan bisa melakukannya di dunia ini yang entah bagaimana bisa di
terapkan, tidak seperti ketika di dalam game. Dan dalam hal ini, mutahil bagi
Shin untuk memahami skill barrier dalam waktu sesingkat ini.
“Sial, mau bagaimana lagi. Akan
lebih cepat jika mengalahkan mereka semua, ‘kan?”
“Itu bukan tujuan kita untuk
mengalahkan mereka, tapi kita tidak punya pilihan lain.”
“Tunggu sebentar! Meskipun kita
berada dalam situasi yang gawat sekarang, kenapa kalian berdua tetap tenang
seperti itu!?”
Masalah yang tak terduga mengacaukan
rencana untuk menahan musuh, meskipun itu bisa dimengerti. Meskipun takkan bisa
tenang ketika seorang petualang biasa melakukan hal seperti itu, percakapan
yang keluar dari kedua mulut orang itu adalah “Sangat merepotkan melakukan hal
itu.”, meskipun tidak terdengar. Untuk hal semacam ini, mereka menjaga suasana
tetap tenang sembari mempersiapkan senjata mereka, meskipun ada komplain dari
Rashia kepada kedua orang itu.
“Level para monster tidak terlalu
tinggi disini karena kita masih berada di daerah pinggir dari Dataran Hantu.”
“Kita tidak tahu apakah perlu untuk
maju lebih jauh atau tidak, ‘kan? Mari kita tunggu beberapa saat sampai Rashia
menjadi sedikit lebih kuat.”
“Sejak awal, peningkatan 10 level
itu sangat cepat. Saat ini saja sudah 24, karena level Bio Hound adalah 60.
Setelah itu, levelnya menjadi 40 dalam sekali jalan. Sangat mudah untuk
meningkatkan level ketika terdapat perbedaan level sekitar 100 atau lebih.”
Meskipun terdapat komplain seperti
“Hei, apa kau bercanda!!” dari Wilhelm, Shin mengabaikan itu seolah dia tidak
bisa menghabiskan waktu selama berbulan-bulan.
Dengan suara yang keras, Rashia
melanjutkan merapalkan 【Heal】 meskipun dia gemetaran, yang bisa
dikatakan sangat kejam. Karena itu hal yang alami bagi orang biasa yang akan
lari ketakutan ataupun terpaku membatu karena berada dalam situasi seperti ini.
Meskipun dia dilindungi, satu serangan dari monster seperti itu dari celah yang
terbuka lebar akan membunuhnya. Berdasarkan Rashia sendiri, dia tidak langsung
menampakkan rasa takut akan kematian sama sekali. Untuk seseorang yang tidak
bertahan hidup dengan bertarung, mereka pasti akan merasakan rasa takut jauh
diatas apa yang dirasakan seorang petualang. Jika tekanan mental diukur dalam
jumlah angka, itu mungkin akan mencapai jumlah yang tidak normal.
“Tapi Wilhelm, sepertinya mentalnya
sudah mencapai batasnya. MP miliknya –– Magic Power nya sudah habis, ya? Lagi
pula, para Bio Hound memang sangat sulit dikalahkan langsung begitu saja.”
Shin tiba-tiba mengungkapkan kata MP
dalam kata yang berbeda dari Magic Power. Dia pernah mendengar kalimat Magic
Power tanpa sengaja, tapi tidak pernah mendengar kata MP yang disadarinya
disaat terakhir.
“Mereka ini sangat tidak masuk akal
jauh dari perkiraanku. Syukurlah dia tidak pingsan.”
Beruntung (atau tidak beruntung),
Wilhelm nampaknya sudah tidak mengetahuinya lagi.
“Jika Rashia tumbang di sini,
kedatangan kita disini akan sia-sia. Sebaiknya kita istirahat sekarang
sementara aku akan mengalihkan perhatian mereka.”
“Baiklah! Meskipun levelnya
meningkat tanpa jeda, tetapi magic powernya sama sekali tidak kembali terisi.”
Tetap saja, karena serangan pertama
pada pertarungan awal gagal, mereka memutuskan mundur untuk sementara ke kemah
mereka.
Di dalam game, ketika level naik,
semua stat akan ter restart, tapi entah mengapa sepertinya berbeda di dunia
ini. Dia berencana untuk menggunakan restoration dari kenaikan level, tapi
ekpektasinya salah.
(Restorasi di sini masih belum
sempurna, dia tidak bisa melakukan apapun selain melanjutkannya dengan retorasi
alami. Shin berfikir untuk meninjau kembali rencana kedepan mereka sembari
menebas para monster, karena ini nampaknya sedikit memakan waktu dari yang
dipikirkannya.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar