Volume
2 Chapter 2 – Part 1
Setelah mengalahkan sekelompok
monster yang mendekat, mereka untuk sementara keluar dari zona padang rumput
itu dan beristirahat.
Meskipun Rashia telah lelah secara
mental karena hasil dari leveling, bisa dikatakan kalau vitalitas dan kekuatan
sihirnya masih berada dalam keadaan terbaik.
“Uu, aku pikir aku akan mati.”
“Meskipun kita berhasil bertahan.”
“Bukan itu, aku rasa Bio Hound
adalah lawan yang sangat berat untuk seorang pemula. Terutama penampilannya.”
Shin juga bergabung dengan Wilhelm
dalam menjahilinya.
“Tolong jangan membuatku
mengingatnya~”
“Itu mengingatkanku, apa ini pertama
kalinya kau melawan monster?”
“Ini bukan masalah pengalaman,
meskipun aku terkejut! Lebih dri itu, kenaikan level tanpa henti itu sebenarnya
yang membuatku takut!”
“Itu sudah diperkirakan karena
perbedaan levelnya sangat besar dengan para monster. Kemungkinan kau akan naik
sekitar level 150 ketika kau mendapatkan 【Purification】”
Rashia adalah manusia yang belum
bereinkarnasi jadi kenaikan levelnya cukup menarik. Levelnya kemungkinan akan
mendekati Wilhelm. Meskipun kemampuan tempurnya sangat berbeda seperti langit
dan bumi, sejak awal role mereka memang berbeda, jadi hal itu tidak bisa di
jadikan perbandingan.
“Meskipun hal itu benar, tubuhku
terasa ringan dan dipenuhi dengan energi sihir. Meskipun aku sedikit khawatir
karena tubuhku menjadi sangat berbeda.”
“Normalnya level naik sedikit demi
sedikit. Kau bahkan tidak akan merasakannya sedikit pun ketika hal itu
terjadi.”
“Tak ada cara lain selain
membiasakan diri. Yah, meskipun itu hal yang kurang baik bagimu untuk menyerang
lawan yang telah dilemahkan, ini sangat dibutuhkan untukmu, Rashia.”
Shin mengatakan itu sembari
mengeluarkan secret book 【Heal】
dan 【Cure】. Dia paham dari hasil pertarungan
sebelumnya, 【Heal】 art sangat mirip dengan skill 【Heal】, tetapi efeknya sangat lemah. Berdasarkan perkataan Tiera,
art memiliki 1/3 dari efek skill, tapi Shin merasa kalau itu akan lebih rendah
lagi berdasarkan dari penggunanya. Damage yang diberikannya sangat lemah,
meskipun itu mungkin disebabkan karena perbedaan levelnya. Pada dasarnya,
Rashia menaikkan levelnya tanpa berhenti, jadi saat ini levelnya sekitar lvl
40. Akan tetapi, dia masih belum bisa mengalahkan beberapa Bio Hound, jadi itu
sangat tidak efisien.
Karena keadaan tersebut, Shin merasa
kalau akan lebih baik jika dia mengajarkannya Skill-skill ini. Karena skill ini
bukanlah skill system pertempuran, dia tidak perlu khawatir jika skill ini akan
disalah gunakan.
“Apa itu?”
“Ini adalah secret book. Sebuah
skill, berdasarkan isinya, ini akan menjadi milikmu ketika kau menggunakannya.
Di dalamnya terdapat 【Heal】 dan 【Cure】.”
“Eh! Skill-skill ini akan menjadi
milikku?! …Aku tidak bisa menerima sesuatu yang mahal seperti ini!? Berapa
banyak kau pikir uang yang kumiliki!?”
Rashia mengguncangkan kedua
tangannya di depan wajahnya. Skill macam apa untuk seorang pemula? Reaksinya
sangat bisa dimengerti.
“Aku tidak butuh imbalan jika kau
bisa merahasiakannya. Aku sebenarnya memang akan mengajarkanmu. Jika kau
menggunakan skill-skill ini, kau bisa menolong orang-orang yang membutuhkannya
juga.”
“Lalu? Apa-apaan dengan perkataan
yang menjijikan itu, katakan maksudmu yang sebenarnya!”
Shin mencoba mengatakan kalimat yang
sangat keluar dari karakternya, tetapi karena nampaknya itu entah mengapa
terasa sangat mencurigakan. Mata Wilhelm seolah berkata “Jangan coba berbohong
kepadaku!”
“Art takkan memberikanmu kemajuan
sama sekali. Dengan ini, kita bisa mempercepatnya.”
“Kau benar-benar menyusahkan!!”
“Sungguh bantahan yang sangat luar
biasa. Tapi kau seharusnya lebih tahu dariku seberapa lemahnya art, ‘kan?
Bahkan dengan perbedaan level sekalipun, itu akan memakan terlalu banyak waktu
karena kau harus mengalahkan 200 monster. Kita tidak bisa meninggalkan panti
asuhan hanya kepada Thoria saja sampai berhari-hari, dan pria babi itu mungkin
akan memulai sesuatu sementara kita berada di sini.”
Membantah Shin menjadi sangat sulit
ketika dia menyinggung soal panti asuhan. Tak ada kerugian sama sekali karena
dia tahu ketidak efisiensian adalah masalah. Dan dia sangat yakin kalau kedua
skill itu 【Heal】 dan 【Cure】
sangat beguna di gereja.
Dan untuk Shin, skill-skill itu
adalah untuk para pemula yang baru saja bermain game, sampai pada tingkat
dimana dia hanya merasakan itu sebagai bantuan kecil saja. Sejujurnya, itu
mungkin diluar hal yang normal di dunia ini, tetapi dia berfikir untuk
menyebarluaskannya hanya jika sumbernya di rahasiakan.
Tak perlu dikatakan lagi, alasan
utama dia ingin cepat adalah karena ada kemungkinan hal yang buruk akan terjadi
sementara mereka tidak ditempat. Ketidak hadiran Wilhelm, yang merupakan
kemampuan tempur terbesar, adalah keadaan yang bagus untuk musuh.
“Aku mengerti. Aku akan menerima
tawaranmu.”
“Bagus.”
Rashia membuka secret book dengan
sedikit ketakutan. Ketika dia mulai melakukan scan, seperti halnya Tiera ketika
dia mempelajari 【Analyze】, sebuah cahaya hijau menyelimuti
Rashia dan menghilang setelah beberapa saat.
“Bagaimana?”
“Ah ya. Saat ini aku sudah paham
bagaimana cara menggunakannya.”
“Bukannya dia perlu membacanya
sebelum mempelajarinya?”
“Aku dengar kalau metode belajarnya
itu dengan memasuki pikiranmu.”
Shin menjawab pertanyaan Wilhelm
yang memanjangkan lehernya dari kiri ke kanan untuk melihat.
“Itu benar, tetapi sangat sulit
untuk menjelaskannya dengan kata-kata.”
Rashia bergumam dengan emosi
mendalam sembari menatap pada secret book yang dipegangnya.
“Baiklah kalau begitu, bisakah kita
pergi lagi?”
“Ya.”
Shin bangkit dari duduknya, dan
diikuti oleh Wilhelm.
“Ba-Baiklah.”
Rashia, yang sebenarnya tidak lelah,
mulai langsung bergerak juga. Satu Pawn Class Skull Face dan seekor Bio Hound
langsung muncul ketika mereka memasuki area tersebut, dan sebagian karena
levelnya telah naik, efek dari 【Heal】
di demonstrasikan dengan cara yang menarik.
Aura kegelapan dari Bio Hound
perlahan menghilang dengan Art, tetapi langsung menghilang dengan menggunakan
Skill, seperti halnya asap yang ditiup oleh angin. Shin tidak perlu
melemahkannya, karena dia melihat Bio Hound itu langsung menghilang dengan
beberapa heal. Dari sana, Shin mengerti mengapa para Skill Successor akan
mendapatkan perlakuan khusus.
“Aku rasa terdapat perbedaan
kekuatan yang sangat besar.”
“hmm? Yah jujur saja, itu tadi
adalah Art, kau tahu.”
Wilhelm meresponnya sembari melihat
kedepan.
“Ah tidak, aku hanya terkejut saja
pertama kali melihat Art di tingkatkan.”
“…Aku sedikit terkejut mengapa
sangat sedikit yang kau pahami.”
Kedua orang itu tidak berhenti
bergerak sembari berbicara. Sementara Wilhelm menghancurkan lengan dan kaki
salah satu Jack Class Skull Face dengan Venom, Shin mengalahkan salah satu
humanoid monster, gray orc, dengan begian belakang pedangnya.
Gray orc memiliki nama lain, Zombie
Orc. Penampilannya benar-benar sama seperti orc tetapi dengan versi zombie
monster.
“Tolong sembuhkan mereka yang
terluka, 【Heal】!!”
Kemampuan healing Rashia terfokus
pada monster yang telah dilemahkan. Perbedaan level masih sangat besar, tetapi
Heal milikya, yang telah berubah menjadi Skill, menunjukkan efek yang lebih
kuat dibandingkan dengan versi art. Kedua undead tersebut berubah menjadi
butiran cahaya tanpa perlawanan sedikitpun.
Rashia sendirilah yang terkejut pada
kenaikan levelnya yang berturut-turut dan efek dari skill miliknya.
“Nampaknya kita bisa sedikit lebih
cepat dengan ini.”
“Akan tetapi, utnuk memenuhi
syaratnya – tak ada satupun dari monster-monster ini yang memiliki level lebih
dari 150. Meskipun saat ini masih siang, aku rasa itu mungkin karena kita
berada di luar zona yang tersegel, merepotkan sekali.”
“…Tunggu sebentar. Apa-apaan
pembicaraan soal segel ini? Aku belum pernah mendengarnya.”
“Oioi, apa kau datang kesini tanpa
mengetahui hal itu? Agar monster-monster berbahaya tidak keluar dari sini,
terdapat sebuah barrier pelindung monster yang dipasang di dataran ini. Entah
mangapa, para monster undead berlevel tinggi muncul di dekat titik pusat
dataran ini. Guild menangani ini dengan ketat.”
“Begitu ya, efek dari segelnya di
konsentrasikan pada monster-monster kuat, dan membiarkan yang lemah saja ya?”
“Item segel juga memiliki batasan.
Itu tidak bisa digunakan di sini, aku rasa.”
Normalnya untuk sebuah dungeon,
semakin dalam lapisannya, semakin kuat monsternya. Nampaknya di dataran ini,
kedalaman lapisannya telah berubah menjadi jarak dari titik pusat dungeon.
“Apa yang harus kulakukan untuk bisa
masuk ke dalam segel?”
“Seorang petualang yang memiliki
rank A ataupun guild card yang tinggi takkan memiliki masalah apapun. Karena
segel itu ditangani oleh guild.”
“Kalau begitu berarti tak ada
masalah. Kita akan bertempur di dalam segel malam ini.”
Shin mengatakan itu sembari melihat
Rashia mengalahkan salah satu gray orc. Para monster level rendah sudah tidak
mendekat lagi, kemungkinan karena peningkatan levelnya. Itu artinya mereka
harus mengubah tempat berburu. Meskipun beberapa monster masih menyerang,
seperti Jack class Skull Face, yang telah melampaui level 150 seperti yang
diharapkan, hanya terdapat beberapa yang mereka temui termasuk 2 yang
menghadang mereka. Yang baru saja mereka kalahkan beberapa saat yang lalu.
Jumlah yang mereka kalahkan bisa dihitung
dengan jari dengan kedua tangan dan masih jauh dari jumlah target. Mereka
bertiga melanjutkan pertempuran untuk beberap saat, dan kemudian memutuskan
untuk mundur ketika level Rashia telah mencapai diatas lvl 80.
Setelah kembali ke markas, mereka beristirahat
dan tidur sampai matahari terbenam. Sekeliling mereka sangat sepi, tetapi Shin
dan Wilhelm saling bergantian berjaga untuk jaga-jaga. Entah Rashia lelah
secara mental atau tidak, dia tertidur tanpa memakan banyak waktu.
Shin memutuskan utnuk melakukan
beberapa skill investigation sembari berdiri mengawasi karena dia memiliki
beberapa waktu luang. Karena dia telah menggunakan skill system pertempuran
semenjak hari pertama dia di kirim ke dunia ini, dia menggunakan skill
detection system kali ini. Terdapat batasan seberapa banyak skill yang bisa dia
gunakan secara bersamaan selama di dalam game, dan dia telah mengaktifkannya
satu persatu.
“Ini…”
Dia tanpa sengaja mengeluarkan
suara.
Ketika dia berusaha untuk menggunkan
skill lebih dari batasan jumlah, tak ada masalah yang muncul. Sebagai tambahan,
skill yang tidak bisa digunakan secara bersamaan sebelumnya kini bisa di
gunakan. Sebagai contoh, ketika 【Sign Perception】 dan 【Search】 digunakan bersamaan. Terlebih lagi, setiap kelebihan skill
bisa digunakan bersamaan, dan titik lemahnya hampir menghilang. Jarak dari
efeknya meluas, dan perbedaan dari individual memungkinkan disaat yang
bersamaan.
“Efek dari penggabungan skill saja
sudah luar biasa. Apa ada perubahan dengan efek dari skill yang mirip ketika
digunakan secara bersamaan?”
Yang satu ini butuh penyelidikan
lebih lanjut… dia mencatat itu dalam pikirannya. Nampaknya terdapat sebuah pola
keuntungan untuk sesaat, tetapi dia meragukan entah itu akan sepraktis yang
diharapkannya.
Disamping itu, bermacam-macam
pikiran memenuhi pikirannya, seperti apakah itu akan memiliki semacam efek
bahkan pada skill yang aktif secara otomatis? Apakah tak bisa dengan skill yang
menggunakan aktifasi manual?
Waktu untuk berjaganya berlalu dalam
sekejap sembari dia melakukan inspeksi.
Matahari telah terbenam, dan waktu
menunjukkan pukul 8:00 malam. Shin dan Wilhelm memutuskan kalau ini adalah
waktu yang tepat, dan bergerak menuju ke bagian dalam dari dataran hantu
bersama dengan Rashia. Shin berfikir kalau ini akan sedikit memakan waktu, tapi
mereka berhasil melaju tanpa ada masalah sama sekali karena kabut yang menutupi
dataran di siang hari telah menghilang dalam cahaya terang dari rembulan.
“Ada apa dengan kabutnya? Aku
sebenarnya mengira kalau kabutnya akan muncul di malam hari.”
“Yah, siapa yang tahu, tetapi dari
cerita dari magician kenalanku, kekuatan sihir yang berada di dalam dungeon
telah mulai keluar, meskipun itu hanya cerita saja sih.”
“Kekuatan sihir?”
“Mereka mengatakan kalau dungeon itu
sendiri merupakan undead monster. Karena dungeonnya membentang dari bawah ke
atas dataran ini setengahnya, dia akan menerima damage dari sinar matahari
ketika dia terkena sinarnya. Aku rasa itu memberikan efek pada dungeon, yang
dipenuhi dengan energi sihir yang sangat banyak di bawah tanah.”
“Benarkah? Pastinya aku hanya
mengerti itu sebagai teori semata.”
Itu adalah pengetahuan umum kalau
undead lemah ketika siang hari. Faktanya, para undead mengeluarkan aura gelap
ketika mereka dibawah sinar matahari. Itu seperti semacam HP, yang bisa
dilihat. Oleh sebab itu, aura tersebut dilepaskan ke udara dari waktu ke waktu.
Kemungkinan itu adalah wujud asli dari kabut tersebut, versi besar dari aura
yang keluar ketika siang hari.
“Hmm, aku penasaran apakah energi
sihir yang hilang itu sedang diisi ulang sekarang?”
“Aku rasa begitu. Yah, itu tak ada
hubungannya dengan kita sekarang.”
Setelah Wilhelm mengatakan itu,
mereka kembali berjalan untuk beberap saat. Sebuah dinding berwarna biru yang
terpampang di hadapan mereka mulai terlihat. Nampaknya mereka entah bagaimana
telah tiba di tempat segel terebut.
“Apa ini?”
“Benar, ini adalah segel yang aku
katakan tadi siang. Dinding birunya mudah dimengerti karena bisa dilihat,
tetapi itu juga menutupi daerah udara yang tidak terlihat.”
“Begitu ya.”
Tingginya sekitar 4 mel, meskipun
itu disebut sebagai dinding. Shin merasa kalau ada kemungkinan para monster
masih bisa melompat keluar, tapi nampaknya kekhawatirannya tidak berarti.
Wilhelm menoleh ke belakang dengan cepat.
“Baiklah kalau begitu, apa semua
sudah siap?”
“Kapanpun.”
“A-Aku juga siap.”
“Kuu!”
Shin, Rashia dan Yuzuha menjawab
kata-kata Wilhelm. Wilhelm yang telah mendengarnya, menaruh guild card miliknya
di dinding, dan sebuah pintu masuk dengan tinggi sekitar 2 mel dan lebar 1 mel
muncul.
Wilhelm masuk pertama kali karena
dia yang memiliki pengalaman bertempur di dalam area segel. Rashia dan Yuzuha
masuk setelahnya, dan Shin yang terakhir. Itu untuk memastikan keamanan mereka,
untuk jaga-jaga jika ada monster yang menyerang dari belakang.
Di dalam segel, nampaknya tak ada
yang berbeda dari yang diluar.
Akan tetapi, kemampuan persepsi Shin
yang telah di tingkatkan, dengan menggunakan skill secara bersamaan, sudah
menangkap beberapa kehadiran musuh. Karena dia masih memiliki waktu sebelum
melakukan kontak dengan musuh, dia berfokus untuk mendapatkan detail informasi
tiap individu.
―― 3 Rupt Raptors dari depan.
―― 2 Jump Kins dari samping kiri.
Penampilan dari Rupt Raptor adalah
seekor Wyfern yang telah kehilangan sayapnya. Tidak memiliki lengan, dan
memiliki kaki kuat dengan tendangan berbahaya. Terlebih lagi, terdapat tambahan
efek paralysis pada cakarnya. Level rata-ratanya adalah sekitar 170.
Tampaknya, Jump Kin adalah sebuah
labu terbang. Tunggu, dia tidak terbang, ‘kan? Shin ingin menyelanya.
Ngomong-ngomong labunya itu sudah membusuk. Ekspresi emosi ditunjukkan oleh
labu busuk itu dan dia menggunakan skill sihir api ketika dia senang, dan skill
sihir tanah ketika dia sedih. Level rata-ratanya adalah sekitar 200.
“Mereka datang ya.”
Wilhelm bergumam sembari Shin
menganalisa musuh. Nampaknya para musuh mereka telah masuk dalam jarak persepsi
Wilhelm.
“Rupt Raptor dari depan, Jump Kin
dari kiri.”
“Kau tahu?”
“Ah, Wilhelm, tolong tangani Rupt
Raptor. Aku akan mengalihkan para Jump Kin.”
“Jika kau bilang begitu.”
Mereka mengangguk ke satu sama lain
dan mulai bergerak.
Perlindungan Rashia diberikan pada
Yuzuha, sementara Shin dan Wilhelm menerjang ke arah target mereka.
Shin mendekat ke arah musuh dengan
kecepatan yang berbeda dari yang sebelumnya. Dia menarik katana miliknya dan
menendang tanah untuk melompat ke arah para Jump Kin.
Para Jump Kin itu melayang skitar 2,
3 mel dari atas tanah.
“Sish!”
Dua jalur cahaya pedang menggambar
lingkaran di udara, dan Jump Kin menghentikan gerakan mereka beberapa detik
kemudian. Shin mendarat sebelum suara dari 2 makanan mentah jatuh ke tanah
terdengar di dataran yang sunyi.
Kemudian, dengan serangan dari sisi
belakang dengan 『Red
Chidori』,
kedua monster menderita dobel status abnormality yaitu tidak sadarkan diri dan
paralysis. Shin mengeluarkan kain penutup yang besar dari Item Box, dan dengan
cepat menutupi Jump Kin. Dia kembali ke Rashia agar dia bisa memberikan
serangan terakhir.
Kemudian, sekitar beberapa menit
setelah itu, Wilhelm juga telah selesai berhadapan dengan Rupt Raptor.
Tanpa lengan, bisa dikatakan kalau
mereka memang begitu, tanpa perlu diragukan lagi, dinosaurus berkaki dua.
Tubuhnya dengan besar sekitar 2 mel dan setengah membusuk, mirip dengan Bio
Hound, meskipun kecepatan dan kekuatannya tak bisa dibandingkan. Makhluk itu
sangat ceroboh, tetapi mereka bisa menjadi monster yang merepotkan ketika
mereka bekerja sama.
“Fyun!”
Wilhelm saling memberikan serangan
dengan Rupt Raptor yang berada di depan, sementara dua Rupt Raptor yang lainnya
melompat ke jebakan yang sudah disiapkannya dan ditumbangkan oleh Venom. Tubuh
Rupt raptor sangatlah rapuh. Oleh karena itu, ketika tulangnya hancur, suara
jelas dari organ dalam yang meledak bisa terdengar.
Sembari memastikan dengan lirikan
kalau monster itu tidak menghilang dari damage yang diberikannya, Wilhelm
berdiri melawan Rupt Raptor yang tersisa. Entah karena tidak memiliki pilihan
lain untuk kabur, Rupt raptor yang terakhir menatap Wilhelm.
“Menahan diri pada mereka ini
benar-benar sangat merepotkan.”
Bersamaan dengan perkataannya itu,
penglihatan dari Rupt Raptor itu beribah menjadi hitam.
Rupt Raptor mendapati kepalanya
ambruk ke tanah, dengan kaki yang telah hancur, dan bagian tubuhnya juga
tumbang sembari diikat menggunakan tali. Wilhelm juga, kemudian kembali ke
tempat dimana Rashia berada.
“Ii~ya~~~!!”
Semuanya berlanjut tanpa berkomentar
pada teriakan Rashia yang terdengar, dari tempat dimana ketiga orang itu
berkumpul.
◆◆◆◆
Sementara party Shin bekerja keras
berburu undead di tengah-tengah Dataran Hantu, ratusan mel dari sana, suara
dari pertempuran terdengar dari beberapa sosok di dalam hutan.
“Kepung dia! Incar core nya!”
“Berikan yang terluka potion untuk
penyembuhan! Priest dan Mage gunakan art light system!!”
“Tarik perhatian Jack itu! Jangan
biarkan dia bekerja sama dengan para Pawn!!”
Sembari kelompok dari knight dengan
armor lengkap yang bersinar mengeluakan suara yang keras, mereka menebas para
Skull Face. Di belakang para knight yang memegang tameng, terdapat sekelompok
orang memakai jubah dan pakaian priest yang sembari menembakkan bola cahaya
yang menyilaukan pada Skull Face.
“Guu, serangannya terlalu berat.”
“Siapapun yang masih memiliki
kekuatan, bantulah mereka! Kita tidak akan bisa menekannya jika jumlah orang
yang masih berdiri berkurang lebih jauh lagi!!”
“Sial, apa-apaan itu!?”
Suara setengah keputusasaan
terdengar ke seluruh hutan. Meskipun terdapat puluhan knight dengan kemampuan
tempur yang luas dan mereka di organisir oleh aliansi beberapa negeri, mereka
sama sekali belum memberikan damage yang bisa dikatakan sebuah serangan fatal.
“Tak peduli seberapa kuatnya Jack
class itu, kita harus menahannya disini, tapi…”
Keluhan yang keluar tanpa sadar itu
tenggelam oleh suara dari pedang dan tameng yang saling bentrok.
Biasanya, pertempuran harusnya
berakhir dari tadi, tetapi Jack class Skull Face memiliki tameng putih yang
aneh, yang menghempaskan serangan brutal dari kelompok knight. Banyak dari para
knight yang terluka dari damage yang diterima dari serangan balasan.
Knight senior yang merupakan komando
pasukan, Berg, juga tak bisa menentukan apakah mereka harus menyerang Skull
Face yang membuat pergerakan yang tak terprediksi itu atau tidak.
Skull Face itu memiliki batasan
teratas yang tidak normal dari expert class, teknik pedang cepat, sebagai
tambahan, tameng miliknya menetralkan semua serangan sihir light atribut dan
magic art system yang seharusnya adalah kelemahannya yang merupakan undead
monster. Meskipun Skull Face itu dikepung, menyerangnya secara sembrono hanya
menyebakan terluka dan resiko menjadi tidak sabar pun menjadi lebih besar.
(Dengan keadaan yang berjalan sampai
saat ini, situasinya takkan bergerak sama sekali. Jika saja tameng itu tidak
ada, setidaknya sesuatu bisa dilakukan entah apa caranya…)
Semenjak pertempuran telah dimulai,
Berg telah memikirkannya berkali-kali. Keberadaan yang membuat Skull Face
menjadi musuh yang menakutkan. Kemampuan pertahanan yang tinggi dan magic
resistance. Ketika dia memikirkan hal itu, gerakan Skull Face sama sekali belum
melambat, jadi nampaknya tameng itu tidak berat. Dia tidak bisa melakukan
apapun selain mendecakkan lidahnya, karena makhluk itu menggunakan senjata yang
tidak biasa di pertempuran ini.
(Akan tetapi, itu bukan berarti
kalau tak ada damage yang diberikan ke musuh juga.)
Berg dan para knight yang tersisa
memiliki harga diri mereka dan telah mendapatkan pengalaman melalui banyak
pertempuran, oleh karena itu mereka memiliki teknik. Dengan menggunakan semua
usaha yang mereka miliki, sedikit demi sedikit, entah bagaimana mereka berhasil
memberikan beberapa damage. Sembari memastikan pasukan dan kondisi musuh,
mereka akan mencapai jalan kemenagan. Akan tetapi, mengikuti situasi saat ini,
Berg telah bersiap untuk memberikan perintah mundur ketika sebuah cahaya perak
terlihat oleh pandangan para knight.
Ketika cahaya itu melaju lurus ke
arah Skull Face tanpa berhenti sedikitpun, dia dengan tenang berdiri diam di
samping Skull Face tersebut.
――――Waktu berhenti.
Medan pertempuran yang harusnya
dipenuhi dengan teriakan, mendapatkan kembali keheningannnya dalam sekejap.
Wujud asli dari cahaya perak
tersebut adalah rambut berwarna perak yang bersinar ketika terkena cahaya.
Karena pemilik rambut tersebut bergerak terlalu cepat, sehingga hanya terlihat
sebagai cahaya di mata para knight.
Meskipun para knight sangat lambat
dan penuh dengan celah yang terbuka lebar, tak ada satupun dari mereka yang
merasakan bahaya dari cahaya tersebut. Itu karena mereka tahu kalau orang
tersebut dengan rambut berwarna perak tak pernah gagal sekalipun dalam
memberikan serangan penentuan selama ini.
Rambut berwarna perak yang terlihat
sangat anggun dengan cahaya perak yang berkilau dan mata biru transparan.
Ekspresi yang menunjukkan senyum samar yang memiliki semacam pesona keibuan dan
seperti semacam hasil karya seni yang mistis.
Telinga yang runcing bisa terlihat
ketika rambutnya berkibar kesamping oleh angin, menunjukkan kalau rasnya adalah
Elf atau mungkin High Elf.
Pakaiannya menggambarkan pakaian
seorang pelayan, tetapi mereka tidaklah mirip. Jika seseorang dengan
pengetahuan masa kini berada di sana, mereka akan mengira kalau pakaiannya itu
mirip dengan pakaian seorang maid yang biasa di sebut sebagai pakaian Victoria
Maid. Apronnya sangat besar, dan keliman dari gaunnya sangat panjang. Itu adalah
seragam yang dipakai oleh pegawai dari Tsuki no Hokora. Apa pakaiannya itu
dibuat pas untuk tubuhnya? Atau mungkin karena dia memiliki sosok yang indah
sejak awal? Pakaiannya itu menunjukkan dadanya sampai sangat menggembung,
sangat jelas kalau mata dari beberapa knight terfokus ke arah itu.
Pakaiannya itu sendiri memberikan
aura yang menenangkan. Seseorang yang memegang sebuah dagger di salah satu
tangannya, yang mengumpulkan semua perhatian di medan pertempuran pada dirinya,
adalah sang High Elf dari Tsuki no Hokora. Sang Manajer, dan sang pembawa
skill-skill dari masa kuno.
Orang itu adalah, Schnee Raizar.
◆◆◆◆
Tidak ada komentar:
Posting Komentar