The New Gate Volume 2 Chapter 2 Part 1 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Jumat, 04 Agustus 2017

The New Gate Volume 2 Chapter 2 Part 1





Volume 2 Chapter 2 – Part 1


Setelah mengalahkan sekelompok monster yang mendekat, mereka untuk sementara keluar dari zona padang rumput itu dan beristirahat.


Meskipun Rashia telah lelah secara mental karena hasil dari leveling, bisa dikatakan kalau vitalitas dan kekuatan sihirnya masih berada dalam keadaan terbaik.

“Uu, aku pikir aku akan mati.”

“Meskipun kita berhasil bertahan.”

“Bukan itu, aku rasa Bio Hound adalah lawan yang sangat berat untuk seorang pemula. Terutama penampilannya.”

Shin juga bergabung dengan Wilhelm dalam menjahilinya.

“Tolong jangan membuatku mengingatnya~”

“Itu mengingatkanku, apa ini pertama kalinya kau melawan monster?”

“Ini bukan masalah pengalaman, meskipun aku terkejut! Lebih dri itu, kenaikan level tanpa henti itu sebenarnya yang membuatku takut!”

“Itu sudah diperkirakan karena perbedaan levelnya sangat besar dengan para monster. Kemungkinan kau akan naik sekitar level 150 ketika kau mendapatkan Purification

Rashia adalah manusia yang belum bereinkarnasi jadi kenaikan levelnya cukup menarik. Levelnya kemungkinan akan mendekati Wilhelm. Meskipun kemampuan tempurnya sangat berbeda seperti langit dan bumi, sejak awal role mereka memang berbeda, jadi hal itu tidak bisa di jadikan perbandingan.

“Meskipun hal itu benar, tubuhku terasa ringan dan dipenuhi dengan energi sihir. Meskipun aku sedikit khawatir karena tubuhku menjadi sangat berbeda.”

“Normalnya level naik sedikit demi sedikit. Kau bahkan tidak akan merasakannya sedikit pun ketika hal itu terjadi.”

“Tak ada cara lain selain membiasakan diri. Yah, meskipun itu hal yang kurang baik bagimu untuk menyerang lawan yang telah dilemahkan, ini sangat dibutuhkan untukmu, Rashia.”

Shin mengatakan itu sembari mengeluarkan secret book Heal dan Cure. Dia paham dari hasil pertarungan sebelumnya, Heal art sangat mirip dengan skill Heal, tetapi efeknya sangat lemah. Berdasarkan perkataan Tiera, art memiliki 1/3 dari efek skill, tapi Shin merasa kalau itu akan lebih rendah lagi berdasarkan dari penggunanya. Damage yang diberikannya sangat lemah, meskipun itu mungkin disebabkan karena perbedaan levelnya. Pada dasarnya, Rashia menaikkan levelnya tanpa berhenti, jadi saat ini levelnya sekitar lvl 40. Akan tetapi, dia masih belum bisa mengalahkan beberapa Bio Hound, jadi itu sangat tidak efisien.

Karena keadaan tersebut, Shin merasa kalau akan lebih baik jika dia mengajarkannya Skill-skill ini. Karena skill ini bukanlah skill system pertempuran, dia tidak perlu khawatir jika skill ini akan disalah gunakan.

“Apa itu?”

“Ini adalah secret book. Sebuah skill, berdasarkan isinya, ini akan menjadi milikmu ketika kau menggunakannya. Di dalamnya terdapat Heal dan Cure.”

“Eh! Skill-skill ini akan menjadi milikku?! …Aku tidak bisa menerima sesuatu yang mahal seperti ini!? Berapa banyak kau pikir uang yang kumiliki!?”

Rashia mengguncangkan kedua tangannya di depan wajahnya. Skill macam apa untuk seorang pemula? Reaksinya sangat bisa dimengerti.

“Aku tidak butuh imbalan jika kau bisa merahasiakannya. Aku sebenarnya memang akan mengajarkanmu. Jika kau menggunakan skill-skill ini, kau bisa menolong orang-orang yang membutuhkannya juga.”

“Lalu? Apa-apaan dengan perkataan yang menjijikan itu, katakan maksudmu yang sebenarnya!”

Shin mencoba mengatakan kalimat yang sangat keluar dari karakternya, tetapi karena nampaknya itu entah mengapa terasa sangat mencurigakan. Mata Wilhelm seolah berkata “Jangan coba berbohong kepadaku!”

“Art takkan memberikanmu kemajuan sama sekali. Dengan ini, kita bisa mempercepatnya.”

“Kau benar-benar menyusahkan!!”

“Sungguh bantahan yang sangat luar biasa. Tapi kau seharusnya lebih tahu dariku seberapa lemahnya art, ‘kan? Bahkan dengan perbedaan level sekalipun, itu akan memakan terlalu banyak waktu karena kau harus mengalahkan 200 monster. Kita tidak bisa meninggalkan panti asuhan hanya kepada Thoria saja sampai berhari-hari, dan pria babi itu mungkin akan memulai sesuatu sementara kita berada di sini.”

Membantah Shin menjadi sangat sulit ketika dia menyinggung soal panti asuhan. Tak ada kerugian sama sekali karena dia tahu ketidak efisiensian adalah masalah. Dan dia sangat yakin kalau kedua skill itu Heal dan Cure sangat beguna di gereja.

Dan untuk Shin, skill-skill itu adalah untuk para pemula yang baru saja bermain game, sampai pada tingkat dimana dia hanya merasakan itu sebagai bantuan kecil saja. Sejujurnya, itu mungkin diluar hal yang normal di dunia ini, tetapi dia berfikir untuk menyebarluaskannya hanya jika sumbernya di rahasiakan.

Tak perlu dikatakan lagi, alasan utama dia ingin cepat adalah karena ada kemungkinan hal yang buruk akan terjadi sementara mereka tidak ditempat. Ketidak hadiran Wilhelm, yang merupakan kemampuan tempur terbesar, adalah keadaan yang bagus untuk musuh.

“Aku mengerti. Aku akan menerima tawaranmu.”

“Bagus.”

Rashia membuka secret book dengan sedikit ketakutan. Ketika dia mulai melakukan scan, seperti halnya Tiera ketika dia mempelajari Analyze, sebuah cahaya hijau menyelimuti Rashia dan menghilang setelah beberapa saat.

“Bagaimana?”

“Ah ya. Saat ini aku sudah paham bagaimana cara menggunakannya.”

“Bukannya dia perlu membacanya sebelum mempelajarinya?”

“Aku dengar kalau metode belajarnya itu dengan memasuki pikiranmu.”

Shin menjawab pertanyaan Wilhelm yang memanjangkan lehernya dari kiri ke kanan untuk melihat.

“Itu benar, tetapi sangat sulit untuk menjelaskannya dengan kata-kata.”

Rashia bergumam dengan emosi mendalam sembari menatap pada secret book yang dipegangnya.

“Baiklah kalau begitu, bisakah kita pergi lagi?”

“Ya.”

Shin bangkit dari duduknya, dan diikuti oleh Wilhelm.

“Ba-Baiklah.”

Rashia, yang sebenarnya tidak lelah, mulai langsung bergerak juga. Satu Pawn Class Skull Face dan seekor Bio Hound langsung muncul ketika mereka memasuki area tersebut, dan sebagian karena levelnya telah naik, efek dari Heal di demonstrasikan dengan cara yang menarik.

Aura kegelapan dari Bio Hound perlahan menghilang dengan Art, tetapi langsung menghilang dengan menggunakan Skill, seperti halnya asap yang ditiup oleh angin. Shin tidak perlu melemahkannya, karena dia melihat Bio Hound itu langsung menghilang dengan beberapa heal. Dari sana, Shin mengerti mengapa para Skill Successor akan mendapatkan perlakuan khusus.

“Aku rasa terdapat perbedaan kekuatan yang sangat besar.”

“hmm? Yah jujur saja, itu tadi adalah Art, kau tahu.”

Wilhelm meresponnya sembari melihat kedepan.

“Ah tidak, aku hanya terkejut saja pertama kali melihat Art di tingkatkan.”

“…Aku sedikit terkejut mengapa sangat sedikit yang kau pahami.”

Kedua orang itu tidak berhenti bergerak sembari berbicara. Sementara Wilhelm menghancurkan lengan dan kaki salah satu Jack Class Skull Face dengan Venom, Shin mengalahkan salah satu humanoid monster, gray orc, dengan begian belakang pedangnya.

Gray orc memiliki nama lain, Zombie Orc. Penampilannya benar-benar sama seperti orc tetapi dengan versi zombie monster.

“Tolong sembuhkan mereka yang terluka, Heal!!”

Kemampuan healing Rashia terfokus pada monster yang telah dilemahkan. Perbedaan level masih sangat besar, tetapi Heal milikya, yang telah berubah menjadi Skill, menunjukkan efek yang lebih kuat dibandingkan dengan versi art. Kedua undead tersebut berubah menjadi butiran cahaya tanpa perlawanan sedikitpun.

Rashia sendirilah yang terkejut pada kenaikan levelnya yang berturut-turut dan efek dari skill miliknya.

“Nampaknya kita bisa sedikit lebih cepat dengan ini.”

“Akan tetapi, utnuk memenuhi syaratnya – tak ada satupun dari monster-monster ini yang memiliki level lebih dari 150. Meskipun saat ini masih siang, aku rasa itu mungkin karena kita berada di luar zona yang tersegel, merepotkan sekali.”

“…Tunggu sebentar. Apa-apaan pembicaraan soal segel ini? Aku belum pernah mendengarnya.”

“Oioi, apa kau datang kesini tanpa mengetahui hal itu? Agar monster-monster berbahaya tidak keluar dari sini, terdapat sebuah barrier pelindung monster yang dipasang di dataran ini. Entah mangapa, para monster undead berlevel tinggi muncul di dekat titik pusat dataran ini. Guild menangani ini dengan ketat.”

“Begitu ya, efek dari segelnya di konsentrasikan pada monster-monster kuat, dan membiarkan yang lemah saja ya?”

“Item segel juga memiliki batasan. Itu tidak bisa digunakan di sini, aku rasa.”

Normalnya untuk sebuah dungeon, semakin dalam lapisannya, semakin kuat monsternya. Nampaknya di dataran ini, kedalaman lapisannya telah berubah menjadi jarak dari titik pusat dungeon.

“Apa yang harus kulakukan untuk bisa masuk ke dalam segel?”

“Seorang petualang yang memiliki rank A ataupun guild card yang tinggi takkan memiliki masalah apapun. Karena segel itu ditangani oleh guild.”

“Kalau begitu berarti tak ada masalah. Kita akan bertempur di dalam segel malam ini.”

Shin mengatakan itu sembari melihat Rashia mengalahkan salah satu gray orc. Para monster level rendah sudah tidak mendekat lagi, kemungkinan karena peningkatan levelnya. Itu artinya mereka harus mengubah tempat berburu. Meskipun beberapa monster masih menyerang, seperti Jack class Skull Face, yang telah melampaui level 150 seperti yang diharapkan, hanya terdapat beberapa yang mereka temui termasuk 2 yang menghadang mereka. Yang baru saja mereka kalahkan beberapa saat yang lalu.

Jumlah yang mereka kalahkan bisa dihitung dengan jari dengan kedua tangan dan masih jauh dari jumlah target. Mereka bertiga melanjutkan pertempuran untuk beberap saat, dan kemudian memutuskan untuk mundur ketika level Rashia telah mencapai diatas lvl 80.

Setelah kembali ke markas, mereka beristirahat dan tidur sampai matahari terbenam. Sekeliling mereka sangat sepi, tetapi Shin dan Wilhelm saling bergantian berjaga untuk jaga-jaga. Entah Rashia lelah secara mental atau tidak, dia tertidur tanpa memakan banyak waktu.

Shin memutuskan utnuk melakukan beberapa skill investigation sembari berdiri mengawasi karena dia memiliki beberapa waktu luang. Karena dia telah menggunakan skill system pertempuran semenjak hari pertama dia di kirim ke dunia ini, dia menggunakan skill detection system kali ini. Terdapat batasan seberapa banyak skill yang bisa dia gunakan secara bersamaan selama di dalam game, dan dia telah mengaktifkannya satu persatu.

“Ini…”

Dia tanpa sengaja mengeluarkan suara.

Ketika dia berusaha untuk menggunkan skill lebih dari batasan jumlah, tak ada masalah yang muncul. Sebagai tambahan, skill yang tidak bisa digunakan secara bersamaan sebelumnya kini bisa di gunakan. Sebagai contoh, ketika Sign Perception dan Search digunakan bersamaan. Terlebih lagi, setiap kelebihan skill bisa digunakan bersamaan, dan titik lemahnya hampir menghilang. Jarak dari efeknya meluas, dan perbedaan dari individual memungkinkan disaat yang bersamaan.

“Efek dari penggabungan skill saja sudah luar biasa. Apa ada perubahan dengan efek dari skill yang mirip ketika digunakan secara bersamaan?”

Yang satu ini butuh penyelidikan lebih lanjut… dia mencatat itu dalam pikirannya. Nampaknya terdapat sebuah pola keuntungan untuk sesaat, tetapi dia meragukan entah itu akan sepraktis yang diharapkannya.

Disamping itu, bermacam-macam pikiran memenuhi pikirannya, seperti apakah itu akan memiliki semacam efek bahkan pada skill yang aktif secara otomatis? Apakah tak bisa dengan skill yang menggunakan aktifasi manual?

Waktu untuk berjaganya berlalu dalam sekejap sembari dia melakukan inspeksi.

Matahari telah terbenam, dan waktu menunjukkan pukul 8:00 malam. Shin dan Wilhelm memutuskan kalau ini adalah waktu yang tepat, dan bergerak menuju ke bagian dalam dari dataran hantu bersama dengan Rashia. Shin berfikir kalau ini akan sedikit memakan waktu, tapi mereka berhasil melaju tanpa ada masalah sama sekali karena kabut yang menutupi dataran di siang hari telah menghilang dalam cahaya terang dari rembulan.

“Ada apa dengan kabutnya? Aku sebenarnya mengira kalau kabutnya akan muncul di malam hari.”

“Yah, siapa yang tahu, tetapi dari cerita dari magician kenalanku, kekuatan sihir yang berada di dalam dungeon telah mulai keluar, meskipun itu hanya cerita saja sih.”

“Kekuatan sihir?”

“Mereka mengatakan kalau dungeon itu sendiri merupakan undead monster. Karena dungeonnya membentang dari bawah ke atas dataran ini setengahnya, dia akan menerima damage dari sinar matahari ketika dia terkena sinarnya. Aku rasa itu memberikan efek pada dungeon, yang dipenuhi dengan energi sihir yang sangat banyak di bawah tanah.”

“Benarkah? Pastinya aku hanya mengerti itu sebagai teori semata.”

Itu adalah pengetahuan umum kalau undead lemah ketika siang hari. Faktanya, para undead mengeluarkan aura gelap ketika mereka dibawah sinar matahari. Itu seperti semacam HP, yang bisa dilihat. Oleh sebab itu, aura tersebut dilepaskan ke udara dari waktu ke waktu. Kemungkinan itu adalah wujud asli dari kabut tersebut, versi besar dari aura yang keluar ketika siang hari.

“Hmm, aku penasaran apakah energi sihir yang hilang itu sedang diisi ulang sekarang?”

“Aku rasa begitu. Yah, itu tak ada hubungannya dengan kita sekarang.”

Setelah Wilhelm mengatakan itu, mereka kembali berjalan untuk beberap saat. Sebuah dinding berwarna biru yang terpampang di hadapan mereka mulai terlihat. Nampaknya mereka entah bagaimana telah tiba di tempat segel terebut.

“Apa ini?”

“Benar, ini adalah segel yang aku katakan tadi siang. Dinding birunya mudah dimengerti karena bisa dilihat, tetapi itu juga menutupi daerah udara yang tidak terlihat.”

“Begitu ya.”

Tingginya sekitar 4 mel, meskipun itu disebut sebagai dinding. Shin merasa kalau ada kemungkinan para monster masih bisa melompat keluar, tapi nampaknya kekhawatirannya tidak berarti. Wilhelm menoleh ke belakang dengan cepat.

“Baiklah kalau begitu, apa semua sudah siap?”

“Kapanpun.”

“A-Aku juga siap.”

“Kuu!”

Shin, Rashia dan Yuzuha menjawab kata-kata Wilhelm. Wilhelm yang telah mendengarnya, menaruh guild card miliknya di dinding, dan sebuah pintu masuk dengan tinggi sekitar 2 mel dan lebar 1 mel muncul.

Wilhelm masuk pertama kali karena dia yang memiliki pengalaman bertempur di dalam area segel. Rashia dan Yuzuha masuk setelahnya, dan Shin yang terakhir. Itu untuk memastikan keamanan mereka, untuk jaga-jaga jika ada monster yang menyerang dari belakang.

Di dalam segel, nampaknya tak ada yang berbeda dari yang diluar.

Akan tetapi, kemampuan persepsi Shin yang telah di tingkatkan, dengan menggunakan skill secara bersamaan, sudah menangkap beberapa kehadiran musuh. Karena dia masih memiliki waktu sebelum melakukan kontak dengan musuh, dia berfokus untuk mendapatkan detail informasi tiap individu.

―― 3 Rupt Raptors dari depan.

―― 2 Jump Kins dari samping kiri.

Penampilan dari Rupt Raptor adalah seekor Wyfern yang telah kehilangan sayapnya. Tidak memiliki lengan, dan memiliki kaki kuat dengan tendangan berbahaya. Terlebih lagi, terdapat tambahan efek paralysis pada cakarnya. Level rata-ratanya adalah sekitar 170.

Tampaknya, Jump Kin adalah sebuah labu terbang. Tunggu, dia tidak terbang, ‘kan? Shin ingin menyelanya. Ngomong-ngomong labunya itu sudah membusuk. Ekspresi emosi ditunjukkan oleh labu busuk itu dan dia menggunakan skill sihir api ketika dia senang, dan skill sihir tanah ketika dia sedih. Level rata-ratanya adalah sekitar 200.

“Mereka datang ya.”

Wilhelm bergumam sembari Shin menganalisa musuh. Nampaknya para musuh mereka telah masuk dalam jarak persepsi Wilhelm.

“Rupt Raptor dari depan, Jump Kin dari kiri.”

“Kau tahu?”

“Ah, Wilhelm, tolong tangani Rupt Raptor. Aku akan mengalihkan para Jump Kin.”

“Jika kau bilang begitu.”

Mereka mengangguk ke satu sama lain dan mulai bergerak.

Perlindungan Rashia diberikan pada Yuzuha, sementara Shin dan Wilhelm menerjang ke arah target mereka.

Shin mendekat ke arah musuh dengan kecepatan yang berbeda dari yang sebelumnya. Dia menarik katana miliknya dan menendang tanah untuk melompat ke arah para Jump Kin.

Para Jump Kin itu melayang skitar 2, 3 mel dari atas tanah.

“Sish!”

Dua jalur cahaya pedang menggambar lingkaran di udara, dan Jump Kin menghentikan gerakan mereka beberapa detik kemudian. Shin mendarat sebelum suara dari 2 makanan mentah jatuh ke tanah terdengar di dataran yang sunyi.

Kemudian, dengan serangan dari sisi belakang dengan Red Chidori, kedua monster menderita dobel status abnormality yaitu tidak sadarkan diri dan paralysis. Shin mengeluarkan kain penutup yang besar dari Item Box, dan dengan cepat menutupi Jump Kin. Dia kembali ke Rashia agar dia bisa memberikan serangan terakhir.

Kemudian, sekitar beberapa menit setelah itu, Wilhelm juga telah selesai berhadapan dengan Rupt Raptor.

Tanpa lengan, bisa dikatakan kalau mereka memang begitu, tanpa perlu diragukan lagi, dinosaurus berkaki dua. Tubuhnya dengan besar sekitar 2 mel dan setengah membusuk, mirip dengan Bio Hound, meskipun kecepatan dan kekuatannya tak bisa dibandingkan. Makhluk itu sangat ceroboh, tetapi mereka bisa menjadi monster yang merepotkan ketika mereka bekerja sama.

“Fyun!”

Wilhelm saling memberikan serangan dengan Rupt Raptor yang berada di depan, sementara dua Rupt Raptor yang lainnya melompat ke jebakan yang sudah disiapkannya dan ditumbangkan oleh Venom. Tubuh Rupt raptor sangatlah rapuh. Oleh karena itu, ketika tulangnya hancur, suara jelas dari organ dalam yang meledak bisa terdengar.

Sembari memastikan dengan lirikan kalau monster itu tidak menghilang dari damage yang diberikannya, Wilhelm berdiri melawan Rupt Raptor yang tersisa. Entah karena tidak memiliki pilihan lain untuk kabur, Rupt raptor yang terakhir menatap Wilhelm.

“Menahan diri pada mereka ini benar-benar sangat merepotkan.”

Bersamaan dengan perkataannya itu, penglihatan dari Rupt Raptor itu beribah menjadi hitam.

Rupt Raptor mendapati kepalanya ambruk ke tanah, dengan kaki yang telah hancur, dan bagian tubuhnya juga tumbang sembari diikat menggunakan tali. Wilhelm juga, kemudian kembali ke tempat dimana Rashia berada.

“Ii~ya~~~!!”

Semuanya berlanjut tanpa berkomentar pada teriakan Rashia yang terdengar, dari tempat dimana ketiga orang itu berkumpul.

◆◆◆

Sementara party Shin bekerja keras berburu undead di tengah-tengah Dataran Hantu, ratusan mel dari sana, suara dari pertempuran terdengar dari beberapa sosok di dalam hutan.

“Kepung dia! Incar core nya!”

“Berikan yang terluka potion untuk penyembuhan! Priest dan Mage gunakan art light system!!”

“Tarik perhatian Jack itu! Jangan biarkan dia bekerja sama dengan para Pawn!!”

Sembari kelompok dari knight dengan armor lengkap yang bersinar mengeluakan suara yang keras, mereka menebas para Skull Face. Di belakang para knight yang memegang tameng, terdapat sekelompok orang memakai jubah dan pakaian priest yang sembari menembakkan bola cahaya yang menyilaukan pada Skull Face.

“Guu, serangannya terlalu berat.”

“Siapapun yang masih memiliki kekuatan, bantulah mereka! Kita tidak akan bisa menekannya jika jumlah orang yang masih berdiri berkurang lebih jauh lagi!!”

“Sial, apa-apaan itu!?”

Suara setengah keputusasaan terdengar ke seluruh hutan. Meskipun terdapat puluhan knight dengan kemampuan tempur yang luas dan mereka di organisir oleh aliansi beberapa negeri, mereka sama sekali belum memberikan damage yang bisa dikatakan sebuah serangan fatal.

“Tak peduli seberapa kuatnya Jack class itu, kita harus menahannya disini, tapi…”

Keluhan yang keluar tanpa sadar itu tenggelam oleh suara dari pedang dan tameng yang saling bentrok.

Biasanya, pertempuran harusnya berakhir dari tadi, tetapi Jack class Skull Face memiliki tameng putih yang aneh, yang menghempaskan serangan brutal dari kelompok knight. Banyak dari para knight yang terluka dari damage yang diterima dari serangan balasan.

Knight senior yang merupakan komando pasukan, Berg, juga tak bisa menentukan apakah mereka harus menyerang Skull Face yang membuat pergerakan yang tak terprediksi itu atau tidak.

Skull Face itu memiliki batasan teratas yang tidak normal dari expert class, teknik pedang cepat, sebagai tambahan, tameng miliknya menetralkan semua serangan sihir light atribut dan magic art system yang seharusnya adalah kelemahannya yang merupakan undead monster. Meskipun Skull Face itu dikepung, menyerangnya secara sembrono hanya menyebakan terluka dan resiko menjadi tidak sabar pun menjadi lebih besar.

(Dengan keadaan yang berjalan sampai saat ini, situasinya takkan bergerak sama sekali. Jika saja tameng itu tidak ada, setidaknya sesuatu bisa dilakukan entah apa caranya…)

Semenjak pertempuran telah dimulai, Berg telah memikirkannya berkali-kali. Keberadaan yang membuat Skull Face menjadi musuh yang menakutkan. Kemampuan pertahanan yang tinggi dan magic resistance. Ketika dia memikirkan hal itu, gerakan Skull Face sama sekali belum melambat, jadi nampaknya tameng itu tidak berat. Dia tidak bisa melakukan apapun selain mendecakkan lidahnya, karena makhluk itu menggunakan senjata yang tidak biasa di pertempuran ini.

(Akan tetapi, itu bukan berarti kalau tak ada damage yang diberikan ke musuh juga.)

Berg dan para knight yang tersisa memiliki harga diri mereka dan telah mendapatkan pengalaman melalui banyak pertempuran, oleh karena itu mereka memiliki teknik. Dengan menggunakan semua usaha yang mereka miliki, sedikit demi sedikit, entah bagaimana mereka berhasil memberikan beberapa damage. Sembari memastikan pasukan dan kondisi musuh, mereka akan mencapai jalan kemenagan. Akan tetapi, mengikuti situasi saat ini, Berg telah bersiap untuk memberikan perintah mundur ketika sebuah cahaya perak terlihat oleh pandangan para knight.

Ketika cahaya itu melaju lurus ke arah Skull Face tanpa berhenti sedikitpun, dia dengan tenang berdiri diam di samping Skull Face tersebut.

――――Waktu berhenti.

Medan pertempuran yang harusnya dipenuhi dengan teriakan, mendapatkan kembali keheningannnya dalam sekejap.

Wujud asli dari cahaya perak tersebut adalah rambut berwarna perak yang bersinar ketika terkena cahaya. Karena pemilik rambut tersebut bergerak terlalu cepat, sehingga hanya terlihat sebagai cahaya di mata para knight.

Meskipun para knight sangat lambat dan penuh dengan celah yang terbuka lebar, tak ada satupun dari mereka yang merasakan bahaya dari cahaya tersebut. Itu karena mereka tahu kalau orang tersebut dengan rambut berwarna perak tak pernah gagal sekalipun dalam memberikan serangan penentuan selama ini.

Rambut berwarna perak yang terlihat sangat anggun dengan cahaya perak yang berkilau dan mata biru transparan. Ekspresi yang menunjukkan senyum samar yang memiliki semacam pesona keibuan dan seperti semacam hasil karya seni yang mistis.

Telinga yang runcing bisa terlihat ketika rambutnya berkibar kesamping oleh angin, menunjukkan kalau rasnya adalah Elf atau mungkin High Elf.

Pakaiannya menggambarkan pakaian seorang pelayan, tetapi mereka tidaklah mirip. Jika seseorang dengan pengetahuan masa kini berada di sana, mereka akan mengira kalau pakaiannya itu mirip dengan pakaian seorang maid yang biasa di sebut sebagai pakaian Victoria Maid. Apronnya sangat besar, dan keliman dari gaunnya sangat panjang. Itu adalah seragam yang dipakai oleh pegawai dari Tsuki no Hokora. Apa pakaiannya itu dibuat pas untuk tubuhnya? Atau mungkin karena dia memiliki sosok yang indah sejak awal? Pakaiannya itu menunjukkan dadanya sampai sangat menggembung, sangat jelas kalau mata dari beberapa knight terfokus ke arah itu.

Pakaiannya itu sendiri memberikan aura yang menenangkan. Seseorang yang memegang sebuah dagger di salah satu tangannya, yang mengumpulkan semua perhatian di medan pertempuran pada dirinya, adalah sang High Elf dari Tsuki no Hokora. Sang Manajer, dan sang pembawa skill-skill dari masa kuno.

Orang itu adalah, Schnee Raizar.



◆◆◆





Tidak ada komentar:

Posting Komentar