The New Gate Volume 2 Chapter 2 Part 3 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Jumat, 04 Agustus 2017

The New Gate Volume 2 Chapter 2 Part 3





Volume 2 Chapter 2 Part 3

Tanda biru, yang menunjukkan Schnee, mendekati tanda hijau. Itu seolah mereka di beritahu untuk segera pergi, sembari tanda hijau itu langsung meninggalkan dataran. Dan kemudian, tanda biru segera mengubah arah menuju Shin. Tanda biru itu menerobos maju dalam satu garis lurus.

Meskipun dia lebih lambat dari Shin, hampir semua Skul Face yang berpapasan dengannya terbunuh dalam sekejap.

Dengan tenang dan menebas para Skull Face yang mendekat, Shin juga bergerak menuju ke arah Schnee.
Tetapi, langkahnya terasa berat. Ada dugaan kalau Schnee masih mengingatnya di dalam surat yang di kirim oleh Tiera, tapi dia tidak tahu apa yang harus di katakannya ketika mereka bertemu lagi.

Schnee, ketika masih di game era, tidak berbicara lebih dari apa yang di programkan pada dirinya. Sebagai Support karakter, meskipun Shin telah mengatur charm milik Schnee sampai maksimal, dia tidak tahu apakaj itu mempengaruhi kepribadiannya.

Jika dia memikirkan hal itu, tokonya telah di biarkan tidak terurus. Terlebih lagi, tidak ada kabar sama sekal darinya lebih dari 500 tahun. Apa yang di pikirkannya mengenai Shin? Itu adalah hal yang mustahil untuk di tebak. Sebaliknya, tidak akan aneh jika dia marah pada Shin dan membencinya.

Tapi tanpa memikirkannya lebih jauh lagi, Schnee tiba di posisi Shin berada.

――――Sementara para Skeleton hitam mengelilingi mereka, kedua orang itu bertemu kembali.

Entah apakah mereka merasakan sesuatu atau tidak, gerakan para Skull Face terhenti.

Bahkan meskipun mereka mencoba untuk langsung bergerak, mereka sama sekali tidak bisa bergerak maju, seolah mereka di halangi oleh dinding yang tidak terlihat. Pikiran Shin, sembari kebingungan, juga menyadari sekelilingnya, dia di tepuk dengan lembut di dahinya seperti semacam sebuah interaksi. Menebak dari pikiran yang mengalir ke dalam dirinya, Yuzuha sepertinya entah bagaimana telah mengeluarkan sebuah barrier. Meskipun itu nampaknya tidak akan bisa menahannya untuk waktu yang lama, tapi itu bukanlah situasi dia mana bisa melakukan reuni yang panjang, jadi itu bukanlah masalah.

Ketika dia mengutarakan kata “Maaf”, perasaan dari kalimat “Tidak apa-apa” di berikan sebagai balasannya. Rubah ini memang benar-benar bisa membaca suasana.

Percakapan telepati itu di selesaikan dalam sekejap, dan Shin mengalihkan perhatiannya kepada Schnee sekali lagi.

Sementara rambut peraknya berkibar tertiup oleh angin, ‘Dia sama sekali tidak berubah’ yang merupakan kesan sesugguhnya.
Rambu mengkilap, berwarna perak, dengan mata biru transparan, dan bahkan pakaian yang di pakainya, tak ada satupun yang berubah semenjak terakhir kali mereka berpisah.

“…Apa kau sehat selama ini?”

Meskipun dia berfikir seharusnya mengatakan sesuatu yang lain, hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya.

Itu adalah kata-kata yang bodoh, pikirnya sendiri. Jika game ini benar-benar berakhir, dia tidak mungkin bisa bertemu dengan Schnee lagi, yang merupakan seorang NPC. Jadi dia sangat penasaran.

Logikanya, dia adalah teman lama yang sangat dinantikannya di dalam game, dan satu-satunya yang paling di sayanginya. Dia sangat mirip dengan seorang player bahkan meskipun dia hanya bisa melihat Schnee karena VR (Virtual Reaity). Oleh karena itu, di dalam dunia VR, di mana SF (Science Fiction) sangat luar biasa, para AI (Artificial Inteligence) bisa di pasangkan dengan fungsi percakapan…dan sebagainya, pikir Shin.

“………..”

Schnee tidak menjawab.

Di saat dia memanggil namanya, kilatan cahaya perak mengerlip.

Dia di peluk dengan erat oleh Schnee, dan Shin menerima hantaman yang lebih kuat dari yang di prediksinya. Sepertinya stat yang luar biasa, bahkan di antara para support karakter, bukanlah cuman pajangan semata. Seperti yang di duga, Shin hampir mengeluarkan “Gofuu!!” tetapi berhasil menahannya.

“Sc-Schnee?”

“Bukankah harusnya ada yang harus kau katakan?”

Di peluk dengan lebih erat, tulang punggung Shin hampir berteriak kesakitan. Meskipun pertanyaan itu di lontarkan dengan tiba-tiba, di situasi ini di mana dia di kelilingi oleh musuh, Shin sama sekali tidak bisa memikirkan apapun.

“Um, maaf telah meninggalkanmu sampai sekaraAaa!?”

“Bukan itu.”

“Gisiri” suara terdengar, kekuatan yang di keluarkan oleh lengan Schnee menguat.

“Te-Terima kasih karena telah menjaga tokonya!?”

“Bukan itu.”

Kekuatan di lengannya semakin kuat. Bukan permintaan maaf, ataupun rasa terima kasih.

Lalu apa? Apa yang harusnya dia katakan?

Shin dengan panik menjelajahi ingatannya.

Dia mengingat kembali ketika dia datang ke dunia ini, hal terakhir yang muncul di dalam pikirannya adalah ekspresi Schnee yang menangis dan tempat di mana semuanya menghabiskan wakut bersama bernama ‘Tsuki no Hokora’, yang merupakan tempat yang sampai sekarang terus Schnee lindungi.

(Ah aku paham)

Dari sana, semuanya menjadi sederhana.

Apa yang dia pikirkan sebelumnya, dia ingin menertawai dirinya sendiri.

Ini adalah kalimat yang akan di katakannya di dalam game, dan dia harus mengatakannya sekarang.

Dia pergi meninggalkan toko, menghilang, dan kembali lagi.

Hal pertama yang harus di katakannya adalah――――

“…Aku pulang”

“Selamat datang”

(TL : Shin : “Tadaima”
Schnee : “Okaeranasai”
Entah mengapa tap adegan ini aku rasa lebih bagus menggunakan kalimat asli dari sana karena tedengar lebih bagus)

◆◆◆

 “Aku pulang.”

Schnee mengakhiri pelukannya dengan Shin setelah mendengar kalimat tersebut.

Tak ada lagi air mata di matanya. Itu adalah ekspresi tenangnya yang biasa, yang sangat di kenali oleh Shin.

“Aku pikir kau tidak akan pulang lagi.”

“…Benar, aku juga berfikir kalau aku tidak akan bertemu dengan kalian sekali lagi.”

Dia sangat mengerti akan hal ini ketika dia pergi meninggalkan toko. Jika game kematian ini di selesaikan, semua data tentag Tsuki no Hokora dan para support karakter akan di hapus. Dia tidak akan pernah bertemu dengan Schnee, ataupun sisinya yang sebenarnya jika itu terjadi.

Meskipun para NPC hanya bisa menerima hal itu di dalam program mereka sebagai contoh, Shin merasa itu adalah perpisahan yang sangat menyakitkan.

Hal itu sangat sulit untuk diutarakan dengan kata-kata.

Tak ada cinta maupun kasih sayang. Pertemanan mereka pun juga akan berbeda.

Lebih banyak data, bisa di katakan kalau Schnee kurang lebih adalah manusia. Sangat terlalu kompleks, dan secara pribadi Shin juga tidak terlalu memahaminya.

“Kyuu~”

Rauman yang telah kehilangan kekuatannya, untuk kedua orang itu, terdengar sebagai keadaan yang sangat serius. Ketika Shin mengarahkan matanya ke atas, dia melihat sosok Yuzuha yang kelehan di atas kepalanya.

Nampaknya, dengan terus mempertahankan barrier, sepertinya dia telah mencapai batasnya. Barriernya pun pecah, dan mereka menyadari para Skull Face menerobos ke arah mereka.

“Meskipun sangat banyak hak yang ingin di bicarakan, sebaiknya kita kendalikan situasi ini terlebih dahulu.”

“Yah. Aku sedikit melupakannya karena reuni kita setelah sekian lama.”

“Kuu~”

Sembari teresnyum masam ke arah Yuzuha yang aumannya mengatakan, “Aku serahkan sisanya kepada kalian~”, mereka berdua pun menghadap ke arah para Skull Face.

“Serangan pertama. Aku ingin melakukan sesuatu yang besar.”

“Ayo lakukan. Saat ini adalah waktu yang tepat.”

Shin mengatakannya dengan senyuman yang lebar, dan Schnee, dengan seyuman yang puas, tertawa. Kemudian mereka mengangkat tangan mereka ke atas ke arah langit.

“Manifestasi yang merupakan kemurnian.”

“Manifestasi yang merupakan keabadian.”

Mereka mengaktifkan sebuah magic system skill yang khusus untuk kerja sama.

Hanya 2 atau lebih player, atau support karakter, yang bisa menggunakannya.

Namanya adalah――――

“Sanctuary!!”

Rapalan mereka melelehkan kegelapan.

Dan langsung efeknya bisa terlihat di langit di atas seluruh area dataran.

Sebuah lingkaran sihr raksasa tergambar di langit.

Shin dan Schnee. Bisa di katakan kalau tak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa menyaingi skill kerja sama mereka berdua. Efek tersebut lebih dari cukup untuk melampaui penggunaan skill para skill user sampai saat ini.

Sebelum para Skull Face mencapai Shin, cahaya bersinar dari surga.

Cahaya itu menebas kegelapan, menerangi bumi, dan cahaya itu membersihkan ketidak murnian di dataran yang menggeliat dan dimurnikan tanpa ampun. Cahaya itu menyebar sesaat bahkan sampai menyelubungi malam, dan cahaya itu menyinari seluruh dataran seolah matahari tiba-tiba muncul.

“AAaaaaa――――…”

Meskipun beberapa individu Skull Face yang terkena cahaya, hampir keseluruhan berubah menjadi kilpaan cahaya demon essence dan menghilang. Tapi seperti yan di duga, sang Lord sepertinya tidak terbunuh. Meskipun suara yang tidak enak di dengar menggelegar di seluruh dataran, di saat para Skull face keluar dari tanah, mereka terpapar oleh cahaya pemurnian dan musnah dalam sekejap.

Kekuatan sihir kedua orang itu, yang memenuhi lingkaran sihir, terus menerus di keluarkan untuk di pertahankan beberapa detik tanpa menghilang, lingkaran itu terus menerus menyinari dataran dengan cahaya yang kuat dan lembut. Di bawah kondisi tersebut, sepertinya para Skull Face tidak bisa bertindak dengan baik. Tanda merah yang di sapu habis dari map terpantul di dalam pandangan Shin, dan sebuah dataran yang indah bisa tersingkap.

“Bailkah kalau begitu, karena para pengganggu sudah menghilang, ayo kita melangkah ke bagian pemusnahan si pelaku utama.”

“Apa Master mengetahui penyebab fenomena ini?”

“Ah, ini di sebebkan oleh monster yang bernama Lord Skull Face. Meskipun aku baru pertama kali ini melihatnya, apa kau mengetahui sesuatu tentang dia?”

“…Tidak, aku juga baru mendengarnya untuk pertama kali.”

Shin mengira Schnee, yang menghabiskan waktu yang lama di dunia ini, akan mengetahui sesuatu, tetapi Schnee juga sama sekali tidak mengetahuinya.

Karena para Skull Face telah menghilang, sudah tidak ada lagi yang menghalangi jalan menuju sang Lord.

Mereka memeriksa perlengkapan mereka dengan cepat dan berlari ke arah target. Yuzuha sudah menjadi benar-benar enerjik karena efek recovery dari Sanctuary, dan mengawasi sekeliling mereka dari atas kepala Shin.

Shin sebenarnya ingin menyerahkan Blue Moon kepada Schnee, tetapi dia sudah memberikannya kepada Tiera, jadi sebagai gantinya anti-Lord ninja katana dan dagger yang di berikan kepadanya. Meskipun main job dari Schnee adalah Kunoichi (ninja perempuan), dia bisa meng-equip senjata apapun sesuka hatinya seperti ninja katana dan dagger, karena tak ada equipment restriction pada senjata karena job miliknya. Kebanyakan playerpuas jika support karakter mereka bisa menggunakan 2 atau 3 tipe. Akan tetapi, Schnee adalah support karakter milik Shin, jadi sayangnya hanya 2 atau 3 weapon mastery tidak perlu di tanyakan lagi.

Schnee memegang ninja katana di tangan kanannya, dagger di tangan kirinya, dan berlari dengan kecepatan penuh mengikuti Shin menuju ke arah sang Lord.

“Aku melihatnya.”

Mereka berlari membelah dataran dengan kecepatan luar biasa, dan mereka bedua tiba di tempat di mana sang Lord berada. Saat ini, karena pengaruh dari hujan cahaya, demon essence keluar dari seluruh tubuh sang Lord. Dia sedang berlutut dengan satu kaki, dan armor miliknya, yang menutupi seleuruh tubuhnya, retak di berbagai tempat. HP bar miliknya sekitar setengah penuh. Damage yang sangat besar berhasil di berikan meskipun mereka tidak menyerangnya secara langsung, karena pengaruh skill terkuat Shin dan Schnne yang mereka lepaskan besama, dan di saat yang bersamaan merupakan titik kelemahannya.

“GGUUUuuuu…”

Dia melihat ke bawah ke arah kedua orang itu sembari meraung, demon flames yang menerangi bagian dalam tulangnya, dalam situasi saat ini, mengeluarkan cahaya kegelapan. Seperti yang di duga dari monster yang levelnya melebihi 800. Tekanan yang di berikannya tak bisa di abaikan.

“Aku ingin menanyakannya beberapa pertanyaan, tapi sepertinya dia tidak bisa bicara.”

Shin bergumam di depan sang Lord sekali lagi. Sejak awal, dia tidak berharap kalau dia bisa berbicara langsung padanya, tapi monster itu sendiri tidak ada ketika di dalam game, jadi dia meneliti seluruh tubuhnya dengan harapan mungkin bisa mendapatkan sedikit informasi yang tidak dia ketahui.

Penampilannya memberikan kesan daro King class Skull Face yang telah di upgrade, meskipun dia compang camping. Termasuk informasi dari Analyze, dia masih termasuk semacam Skull Face tertinggi.

“Ngomong-ngomong, sejak awal, dia itu adalah musuh yang harus di kalahkan.”

“Benar…Aku baru saja akan memulainya.”

“Roger.”

Mengikuti respon dari Schnee, sang Lord, yang sedang mempersiapkan sebuah serangan balasan, di serang lebih dulu.

Tangan sang Lord terulur dan menggenggam sebuah greatsword berwarna hitam gelam dari udara yang tipis, dan melepaskan tebasan luar biasa ke arah mereka berdua yang menerobos dari depan. Mengarah pada serangan yang menebas udara, Shin melangkah ke depan dan mempersiapkan katana panjang miliknya untuk saling menyilangkan pedang.

Karena akselerasi yang tiba-tiba dan berat dari katana yang panjang itu, di gabungkan dengan kekuatan fisikal Shin yang luar biasa, bagian tengah dari greatsword sang Lord bertubrukan dan saling menyilang dengan katana miliknya.

Ketika pinggir dari besi saling menyilang, sebuah suara menggelegar terdengar. Sang Lord hampir tidak bisa menjaga tangannya tetap memegang gretasword, yang tertekan ke belakang akibat hasil dari tuburukan. Schnee, yang memegang dua senjata, bersiap untuk mendekat ke arah sang Lord yang hampir tak memiliki pertahanan itu.

Sowrd system martial arts skill Blade Breaker, tiba-tiba muncul.

Itu adalah sebuah sekill yang sangat efektif melawan musuh yang memiliki resistant terhadap serangan tebasan. Shin memberikan Schnee Mythology grade ninja katana Lazuline Flame, dan dagger Scarlet Flame. Dua warna api, merah dan biru, meninggalkan berkas sembari kedua senjata itu menggambar lengkungan di udara. Setiap kali armor sang Lord di hantam, bagian dalam dari sang Lord tersingkap.

Di dalamnya, armor yang hancur di penuhi oleh cairan hitam yang seperti tar. Cairan itu berdetak seolah memiliki kehendak sendiri. Di saat yang bersmaaan, ketika dia menghancurkan armor, cairan itu membentang ke arah Schnee.

“Uh!”

Schnee, yang merasakan ancaman dari tentakel hitam itu, berhenti mengejar dan mundur untuk sementara. Tentakel hitam yang mendekatinya itu di pentalkan dengan kedua senjatanya, dan dia mundur dari jarak serang tentakel itu.

“Serangannya seperti Gel Bison.”

Ketika dia melihat tentakel hitam kelaur dari Skull Face, Shin teringat dari monster di dataran, Gel Bison. Apa mungkin karena Gel Bison berubah menjadi demon essence dan di serap oleh orb hitam? Hal itu langsung muncul di dalam pikirannya.

(Jangan bilang, dia juga bisa menggunakan kemampuan semua monster yang di serapnya?)

Itu hanyalah sebuah asumsi yang dia tidak ingin jadi kenyataan, jika memungkinkan. Undead monster memiliki banyak hal yang menggambarkan karakteristik yang unik, dan hampir tak ada satupun dari mereka yang bergantung pada daya tahan selama pertempuran. Gel Bison tidak memiliki begitu banyak serangan khusus, tetapi Shin khawatir mengenai monster yang di serap pertama kali, Pecker Hollow.

“Tak perlu menahan diri.”

Memastikan kalau Schnee telah mundur, Shin mengumpulkan kekuatan sihir di tangan kirinya.

Di saat yang bersamaan, api berwarna crimson di tembakkan ke arah sang Lord dari tangan Shin.

Serangan itu di tembakkan tanpa merapal, flame system magic skill Flare Volcano.

Api yang meraung itu yang melebihi tinggi sang Lord beberapa mel dan melaju ke arahnya dengan cepat, dengan menghantam langsung sang Lord yang kini sudah tidak bisa bergerak dengan baik lagi.

Serangan itu memiliki dua efek bakar berbeda, light of purification dan crimson flame, dan sang Lord langsung hancur setelah dia melengkingkan teriakan kematiannya. Api itu pun padam setelah beberapa saat, dan meningglkan bekas dari tanah yang meleleh dari temperature tinggi yang membentang horizontal dalam satu garis lurus.

“Sudah berakhir?”

Shin menembakkan serangan itu dengan maksud membunuhnya. Tetapi, Shin merasakan perasaan yang kuat kalau ada sesuatu yang ganjil, karena ‘kecepatan yang aneh’ berakhirnya semua ini.

Schnee juga mungkin merasakan hal yang sama, karena dia tidak menurunkan kewaspadaannya.

Shin, yang memegang Hamon Hirumaki di pundaknya, mengaktifkan skill detection system ke maksimal. Demon essence di udara menjadi lebih tebal yang di sebabkan dari hasil pertempuran, dan mereka berkonsentrasi pada demon essence yang mereka tidak rasakan sampai sekarang. Oleh karena itu, mereka menyadari aliran tidak alami dari demon essence yang ada disekitar. Demon essence dari Skull Face yang telah di kalahkan tidak menghilang ke udara, tetapi di serap ke dalam tanah. Tidak hanya satu atau dua tubuh, tapi bisa di katakan hampir semua dari mereka.

“…Di bawah kita!”

Di saat saat Shin mengalihkan perhatiannya ke bawah, sebuah guncangan yang kuat mendera mereka berdua.

Sebuah tanda merah kecil muncul pada map di saat yang bersamaan ketika Shin melihatnya. Ukuran tanda merah itu bertambah bersamaan dengan gempa bumi, sampai akhirnya, ukurannya itu melebihi sang Lord.

“Master.”

“Ah, sepertinya ini adalah wujud sebenarnya.”

Sebuah orb hitam menembus tanah dan muncul bersamaan dengan perkataan Shin. Tidak seperti pertama kali dia melihatnya, orb hitam itu memiliki garis merah yang tergambar di atasnya, menjalar seperti nadi dan berdetak seperti jantung.

“Yang satu tadi yang muncul sebelumnya hanyalah kerangka kosong, ya?”

Itu menjelaskan mengapa sang Lord dapat di kalahkan dengan sangat cepat. Nampaknya, kerangka kosong itu hanyalah sebuah umpan agar dia bisa mengumpulkan demon essence di seluruh dataran untuk tubuh utamanya.

Setelah kemunculan orb hitam itu, guncangan yang besar pun muncul. Lengan raksasa muncul secara bersamaan, yang bahkan bisa terlihat mampu menggengam King class Skull Face. 3 pasang, atau 6 lengan, mencengkram tanah dan menarik keluar tubuh utamanya.

Kepalanya memiliki dekorasi dengan tanduk yang melilit, tubuhnya adalah sekumpulan dari Skull Face, tubuh bagian bawahnya adalah hewan crustacea dengan 4 pasang kaki, dan memiliki ekor yang seperti kalajengking.

Dia mungkin masih memiliki kemampuan dari Pecker Hollow juga. Panjang keseluruhannya melebihi 20 mel, jad berdasarkan standar itu, dia sangat berbeda dari Skull Face pada umumnya.

Dengan Orb tersebut yang di hisap dan bergabung dengan tubuh raksasa, api iblis menyala di dalam kantung matanya.

“GAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA――――――――!!!!!!!”

Raungan yang di keluarkannya di ikuti dengan gelombang kejut. Meskipun Shin dan Schnee pengecualian, tidak akan aneh jika seluruh tubuh dari petualang biasa akan terhempas hanya dari tekanan udara saja.

“Seriusan nih?”

“Sepertinya begitu.”

“Jika seperti ini, kita juga harus serius.”

Menghadapi sang Lord yang mengumandangkan raungannya, Shin juga mengganti equipment miliknya. Dia memilih equipment yang sama ketika dia melawan Origin sebelumnya, menggunakan shortcut system yang mendaftarkan set tertentu, dan mengganti equipment miliknya dalam sekejap.

Pelindung lengan dan pelindung kaki berwarna crimson gelap menutupi lengan dan kakinya, dan jubah hitam yang berkibar yang terdapat syal dengan garis merah muncul.

Sarung pedang dari Ancient grade katana, True Moon di keluarkan di sampingnya, dan jempol dari tangan kirinya sedikit tertekuk agar dia bisa dalam sekejap menarik katananya.

Dengan pergantian equipment miliknya, kehadiran Shin juga berubah dengan penampilan baru.

Apa itu mungkin pengaruh dari equipment atau mungkin karena fokusnya berubah? Hal itu memberikan perasaan kuat yang sebelumnya tidak ada, karena pengaruh dari sosok yang di tutupi oleh armor berwarna merah dan hitam.

Demon flames, yang melihat ke arah sosok Shin dan tatapan dari kedua orang, secara bersamaan saling bergetar. Perasaan mengintimidasi di keluarkan oleh Shin, yang dilipat gandakan karena tekanan yang di berikan dari sosoknya dan juga dari set equipment miliknya.

“…Ayo.”

Melonggarkan katana miliknya untuk penggunaan langsung, tangan kanannya di tempelkan di gagang pedang.

Dia mengaktifkan Shukuchi* tanpa bersuara, dan dalam sekejap menerobos mendekat ke arah sang Lord.
(TL : semacam skill teleportasi atau biasa di kenal dengan blink dalam game, yaitu skill yang dapat berpindah tempat dalam sekejap dalam jarak pendek.)

Keempat lengan di ayunkan ke arah Shin. Tiap lengan tersebut memegang greatsword berwarna hitam gelam yang terlihat seperti kegelapan yang solid. Sangat jelas kalau semua serangan itu memiliki bobot yang luar biasa, dan itu bukanlah kesan palsu karena setiap serangan itu menghasilkan sebuah tornado.

Greatsword itu mencapai Shin pertama kali. Di saat greatsword itu mencapai jarak dari katana, gagangnya hilang dari sarungnya dan sebuah berkas cahaya merah tergambar di udara.

Keempat greatsword di tangkis sementara hanya satu suara yang menggema. Shin melompat ke arah dada sang Lord, karena semua gretasword terpental oleh kekuatan dari katana.

Sang Lord berusaha untuk bertahan dengan kedua lengannya yang tersisa, tetapi dia sedikit merasa merinding dan langsung memutar kembali salah satu lengannya ke atas kepalanya. Tanpa jeda sama sekali, besi saling berbenturan, dan suara pun menggema dengan percikapan api yang langsung berterbangan.

Itu adalah serangan dari Schnee Lazuline Flame, sebuah serangan yang mengenai titik buta sang Lord. Serangan itu menggunakan point terkuat dari para ninja, yang merupakan high rank assassin, karena dia tidak mudah untuk memberikan serangan dari titik buta. Tetapi, undead monster aslinya tidak bergantung pada insting. Reaksi refleks seharusnya tidak ada tanpa perception skill sang Lord yang di perkuat di luar spesifikasi. Meskipun Schnee secara objektif mengetahui kemammpuan itu sendiri dari pergerakannya, itu juga bisa di mengerti dengan hanya melihat seberapa banyak sang Lord melenceng dari monster standar yang biasa di sebut dengan Skull Face.

“Lagi pula, dia itu sangat berbeda dari monster yang ada, ‘kan?”

Schnee mendarat menggunakan hentakan dari serangan yang diberikannya, dan menganalisa kemampuan lawan sembari melancarkan serangan pada ekor dari titik  buta.

Pengejaran Schnee lebih lambat karena Shin yang mendarat di dada sang Lord. Meskipun sang Lord mencoba untuk menahan Shin menggunakan tangannya yang lain, keempat lengan sebelumnya dan salah satu greatsword yang tersisa tidak bisa menangkap ataupun melakukan sesuatu kepada Shin. Greatsword yang tersisa telah hancur dari satu serangan dari Blade Breaker, dan sang Lord mundur beberapa mel pasca serangan. Satu serangan dari Shin, yang kini sudah tidak bersantai lagi, menjadi serangan yang sangat kuat yang sesuai dengan stat miliknya yang meningkat, menunjukkan perbedaan kekuatan yang sangat besar.

Bahkan Schnee, yang sangat mengenal kemampuan Shin, juga terkejut melihat kekuatan itu.

“Swish!!”

Sang Lord, yang sembari mundur tadi mempersiapkan posturnya dan mulai mengejar Shin. Sang Lord, yang telah kehilangan senjatanya sebelumnya, menyilangkan lengannya dalam posisi bertahan. Ketika katana itu terayun ke bawah menuju ke lengan sang Lord dengan tangannya dalam posisi bertahan, serangan itu menciptakan percikan api sembari lengannya yang bertahan itu terpotong dan terhempas.

“GURUAAAAAAAA!!!!”

Ekornya mendekat dengan seruan perang, dan mulai menyerang Shin dengan sungguh-sungguh. Keempat ekor itu memiliki pemotong seperti semacam pedang yang terpasang padanya, dan meskipun semua bilah pedang itu menempel mengarah ke segala sisi, Shin melompat ke arah sang Lord sebelum ujung yang runcuing itu mengenainya.

Sebuah serangan dari lengannya di lepaskan dengan susah payah, tetapi Shin menghindarinya dengan martial arts movement skill Flying Shadow yang memungkinkan untuk melompat dua kali di udara, dan dengan begitu Shin mendekat ke arah sang Lord. Tujuannya, sembari dia menghindarinya, adalah tubuh sang Lord, lokasi di mana ulu hati pada manusia.

Bisa di katakan kalau jarak antara mereka berdua hampir nol, jarak yang luar biasa untuk Shin adalah karena perbedaan fisik yang sangat berbeda. Dan itu adalah tempat di mana core dari Skull Face tadi terhisap. Sang Lord mencoba untuk menciptakan jarak, tetapi Shin sudah lebih dulu mempersiapkan serangannya sebelum melakukan tindakan ini, dan semuanya sudah terlambat.

“――――tsu!!”

Hembusan nafas yang sangat tajam dengan katana yang terayun ke bawah.

Dia melepaskan katana system martial art skill Mountain Cleaver.

Meskipun dia tidak memiliki pijakan yang solid di tengah udara, serangan dari Shin menunjukkan kesempurnaan dan kekuatan yang murni.

Berkas cahaya dari pedang yang terlihat bercampur antara garis warna merah dan hitam yang menembus bahu kiri dari sang Lord di tengah udara, ketika menembus tubuhnya, menebas menembus sampai ke kaki kanan yang terhempas, dan meninggalkan tebasan yang sangat dalam pada tanah setelah serangan tadi.

“GIIIIIIIIIIIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!”

Sang Lord berteriak karena menerima damage yang sangat besar itu. Tebasan diagonal yang menjalar ke seluruh tubuhnya, dan cairan hitam yang berada pada armor juga tersobek. Meskipun sudah trerpisah dari core-nya, Shin melihat sekitar 1/5 dari orb hitam itu yang terpotong.

“Dia mundur, ya?”

Core itu menghilang dari pandangan dalam sekejap. Entah mengapa, nampaknya core itu dapat dengan mudah bergerak di dalam tubuh sampai pada tingkat tertentu. Sembari dia memikirkan soal cara menganganinya selanjutya, menbaikan sang Lord yang berteriak, dia mendarat di tanah dan bergerak untuk mengejar tanpa ada ampun.

Dia menebas kaki kanan sang Lord secara bersamaan untuk menghancurkan keseimbangannya.

Badai tebasan di lakukan dengan kecepatan yang meninggalkan bayangan. Sebagai tambahan, setiap kali katana milik Shin menghasilkan percikan api bagian dari tubh sang Lord berjatuhan.

Katana system martial art skill  Kasane Dachi.

Skill ini pun di aktifkan. Dengan acak, beberapa serangan tebasan yang setiap serangannya memiliki kemampuan serang yang sangat besar yang di miliki oleh penggunanya, kekuatannya bertambah secara bersamaan. Seolah seperti dia sudah memiliki kendali penuh dari skill, Kasane Dachi, karena setiap tebasan dalam serangannya sudah benar-benar menjadi kekuatan serangan yang sangat fatal.

“Gi…A…aa…”

Kekuatan penghancur di taruh di dalam setiap serangan tebasan yang satu demi satu mengamuk di dalam sang Lord. Sang Lord sudah hampir mati ketika dia menerima Mountain Cleaver dan dia juga tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menyokong dirinya sendiri.

Seluruh ekornya telah di potong oleh Schnee dan terlempar, menyisakan ketidakmungkinan untuk melawan.

Tubuh sang Lord membengkak dari meningkatnya tekanan dari dalam. Sebagai tambahan dari serangan tebasan yang tak terlihat yang di lakukan di dalam tubuhnya dengan menggunakan Kasane Dachi, ‘energi’ tersebut berusaha untuk keluar.

Shin tidak mengabaikan core-nya bahkan meskipun masih belum di temukan. Tubuh yang di pukul oleh badai serangan tebasan bukanlah tempat yang aman lagi. Tujuan satu-satunya bagi core adalah keluar melalui kepala/

“Ini sudah berakhir!”

Shin menendang tanah dan melompat.



Kemudian dia mengambil kuda-kuda dengan True Moon terangkat di atas kepalanya, dengan bilah pedang yang terselimuti oleh petir berwarna merah, di atas kepala sang Lord.

Katana technique lightning combined skill Moon Arc : Thunder Flash.

Pertama-tama, petir terbentuk di sekitar bilah pedang merah sembari terayun kea rah kepalanya. Selanjutnya, petir tersebut yang berada di tubuh utama dari katana True Moon menebas tembus melewati tulang dari sang Lord, dan petir menyambar dari dalam tubuhya. Petir merah menyebar dan meledakkan demon flame yang berada di dalam kantung matanya. Sambaran petir tersebut menghancurkan kepalanya berkeping-keping, dan diikuti pula dengan leher dan seluruh tubuhnya habis terbakar seolah hal itu saja belum cukup.

“…Tsu! …tsu…”

Tak ada teriakan yang terdengar karena tubuhnya terpanggang.

Satu serangan dari Shin menebas orb itu bersamaan dengan core-nya yang berusaha kabur melalui kepala, dan benar-benar menghilang karena efek tambahan dari serangan petir. Biasanya Skull Face tanpa core miliknya akan menghilang dalam jangka waktu yang cepat. Dan sang Lord, tiddak langsung menghilang karena tubuh raksasanya, tetapi tubuhnya sudah menjadi bongkahan mayat belaka yang tersisa.

“Tsu…tsu…tsu!”

Terlepas dari robohnya tubuh sang Lord, dia mengulurkan tangannya yang tersisa ke arah Shin di saat terakhirnya.

“Master!!”

“Tunggu”

Schnee berteriak ke arah Shin yang tidak bergerak sembari melihat keadaan dari sang Lord. Schnee, yang berlari ke arah Shin, berhenti mendengar perinthanya, dan Shin mengarahkan tatapannya kepada sang Lord.

Sosok yang sama sekali tidak memiliki rasa permusuhan, haus darah, ataupun perasaan mengintimidasi yang ada padanya ketika Shin melawannya beberapa saat yang lalu. Sang Lord menjulurkan lengannya sepertinya berusaha untuk menggenggam sesuatu yang benar-benar tak bisa di raihnya.

“(So…Wo…Ni)”

“Eh!”

Suara itu mencapai telinga Shin. Meskipun sedikit samar dan memiliki nada yang kacau, itu sebenarnya adalah suara dari seseorang.

Akan tetapi, segera setelah dia mengucapkannya, sang Lord menghilang ke udara dan berubah menjadi demon essence, seperti halnya Skull Face lainnya. Sebuah permata yang sangat besar dengan diameter sekitar 50 cemel tetap berada di tempat di mana sang Lord berada sebelumnya.

“Master! Apa kau baik-baik saja!?”

“Oh, aku baik-baik saja. Tidak masalah.”

Dia menenangkan Schnee, yang berlari ke arahnya dalam keadaan panic, dan memikirkan soal kalimat yang di dengarnya sebelumnya di dalam kepalanya.

(Pada akhirnya, aku sama sekali tidak mengerti apapun. Meskipun dia itu memang adalah musuh.)

Dia lebih memberikan perhatiannya ke arah permata sembari dengan susah payah berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi kekecewaan di wajahnya. Itu pastinya adalah sebuah permata kelas satu dengan grade yang tinggi. Dia mengambilnya untuk saat ini untuk jaga-jaga kalau suatu saat mungki itu akan menjadi petunjuk.

Ketika dia mengalihkan perhatiannya ke arah map, tanda dari para monster, yang kabur dari pertempuran dengan mereka berdua, sepertinya telah menghilang. Masih terdapat sedikit individual monster yang lolos dari purification juga, tapi sepertinya ikut menghilang dengan di kalahkannya sang Lord. Ngomong-ngomong, sang Lord adalah penyebab kekacauan ini.

Cahaya yang menyinari sekeliling melemah ketika Shin memastikannya dengan map. Seperti apa yang dia tebak, efek dari Sanctuary sepertinya perlahan telah berhenti. Ketika cahaya itu benar-benar menghilang, sekeliling mereka berubah menjadi gelap, meskipun masih di sinari oleh cahaya bulan.

Dan, perubahan yang sangat besar, alhasil setelah mengalahkan sang Lord bisa terlihat di dataran. Meskipun Shin tidak melihatnya karena cahaya yang kuat dari light of purification, demon essence perlahan melayang di udara dari seluruh dataran. Dengan pemadangan demon essence yang melayang ke udara, cahaya nampaknya telah menghilang ke dalam langit malam.

Pemandangan yang terjadi di seluruh dataran menyebabkan knight dan para petualang yang berada di sekitar sana menjadi tetap waspada.

Chaya dari demon light yang membumbung ke langit di saat yang bersamaan dengan holy light yang menghempaskan kegelapan perlahan menghilang ke dalam langit malam.

Sangat banyak orang yang kagum dengan pemandangan ini, yang belum pernah terlihat sebelumnya.

“Sepertinya sudah berakhir.”

“Sepertinya begitu. Dalam beberapa saat, mereka akan kembali ke dataran aslinya, aku rasa.”

“…Pulang yuk?”

“Ya.”

Tanpa perlu mengatakan “pulang ke mana?” kedua orang itu mulai berjalan sembari melihat cahaya dari demon essence menghilang.

Shin menguatkan dirinya, selama pertarungan tadi, bisa berbicara dengan Schnee seperti biasa yang di lakukannya di masa lali atau di daam game, tetapi suasana yang tak bisa di gambarkan di antara kedua orang itu segera bisa di selesaikan ketika semuanya menjadi tenang.

Waktu mereka terpisah sangatlah singkat bagi Shin, tetapi sangat panjang bagi Schnee.

Mereka merasa sangat canggung terhadap satu sama lain, tetapi perlahan mereka bisa berbicara dengan normal. Agar bisa mengisi waktu yang telah hilang, mereka kembali berbincang.

Dengan tim investigasi yang beranggotakan para knight dan par petualang datang dengan cepat, kedua orang itu sudah lebih dulu meninggalkan dataran.

Catatan Translator :

Yosh…!! Bersama dengan Translator menyedihkan Makyou-kun disini… saya minta maaf kepada para pembaca yang menunggu jadwal update seri ini… karena banyaknya kesibukan sebagai mahasiswa teknik yang memiliki 6 laporan yang harus di kumpulkan tiap minggunya serta kerjaan lain yang menumpuk sehingga seri ini selalu saya tunda. Dan sekali lagi sebelumnya saya agak sedikit kecewa dengan reaksi ekstrim di grup yang mengatakan untuk men-DROP project ini karena lambatnya saya mengerjakannya… bagi pihak yang mau terjemahin silahkan terjemahkan sendiri… saya mengerjakan seri ini sesuai dengan keinginan saya dan dengan kecepatan yang saya rasa nyaman… Sorry guys jadi curhat… Saya akan meng-update cukup banyak chapter kali ini… jadi silahkan di nikmati….




Tidak ada komentar:

Posting Komentar