The New Gate Volume 2 Chapter 3 Part 3 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Jumat, 04 Agustus 2017

The New Gate Volume 2 Chapter 3 Part 3





Volume 2 Chapter 3 – Part 3

Setelah mereka berjalan selama beberapa saat, pemandangan yang familiar muncul di hadapan Shin dan Schnee.
Tak perlu di katakan lagi, itu adalah Tsuki no Hokora.


Karena tanda kayu pada pintu mengatakan Penjaga toko sedang keluar, sepertinya toko sudah tutup. Memang sedang terkunci, tetapi Shin adalah pemiliknya, dan Schnee terdaftar sebagai pegawainya. Jadi kuncinya secara otomatis terbuka ketika Shin menaruh tangannya di pintu dan pintunya pun terbuka.

Toko itu tidak banyak berubah semenjak terakhir kali Shin berkunjung, dan terdapat aroma samar dari makan malam yang menggantung di udara.

“Mau bagaimana lagi, perutku sudah keroncongan.”

“Aku lapar~”

Shin memegang perutnya, dan Yuzuha yang diam dari tadi, juga meninggikan suaranya.
Entah dia itu bisa membaca suasana atau tidak, sepertinya dia bosan karena dia hampir sama sekali tidak meraung ketika mereka pergi bersama Wihelm dan Rashia. Dan sekarang dia sedang di gendong oleh Shin.

“Ini waktu yang sangat tepat, ayo kita makan malam.”

Mereka berdua mengangguk mendengar anjuran dari Schnee sembari dia menghilangkan penyamarannya, dan suara seseorang yang berlari dengan sangat keras terdengar, kemungkinan dari ruang utama sampai ke dalam konter.

“Master!!”



Itu adalah Tiera, yang sedang menjaga toko. Dia kemungkinan mendengar suara dari bell yang berbunyi ketika mereka memasuki toko.

Dia terlihat kehabisan nafas sembari memegang pisau dapur. Dia kemungkinan sedang tengah memasak karena tak ada sedikitpun perasaan berbahaya yang datang darinya.

“Tenanglah. Kau sangat kebingungan.”

“Ma-Maaf. Tapi, seperti yang ku tuliskan di kartu pesan, seseorang datang dan memberitahuku kalau dia adalah kenalan Master, dan dia meninggalkan sesuatu yang sangat luar biasa!!”

Meskipun orang yang di bicarakannya tepat di hadapannya, sepertinya dia sama sekali belum menyadarinya, kemungkinan karena dia sedang dalam keadaan panik.

“Apa orang ini?”

“AHH! I-Itu memang benar, tapi…Eh? Mengapa Shin dan master bersama-sama?”

Tiera akhirnya menyadari keberadaan Shin hanya setelah Schnee melangkah ke samping. Tetapi sekarang pertanyaannya adalah mengapa kedua orang itu sedang bersama. Terlepas dari Schnee, Shin seharusnya masih berada di dataran jika seseorang memikirkannya dengan logika dari dunia ini.

“Banyak hal yang terjadi. Bisakah kita makan malam dulu sebelum melangkah pada detil ceritanya?”

“Karena kami mendapat situasi yang sedikit rumit kemarin, mungkin ini akan sedikit memakan waktu untuk menjelaskannya.”

Hah “Aku mengerti…kalau begitu Shin juga, apa dia akan makan bersama kita?”

Tiera yang tidak memahami situasinya, menjawab perkataan Shin seperti itu adalah hal yang biasa.

“Tentu saja.”

“Eh? Tentu saja…apa?”

“…Kalau di pikir-pikir, belum ada yang memberitahukanmu, benar ‘kan Tiera? Orang ini adalah ‘Pemilik’ dari Tsuki no Hokora, Shin.”

Schnee dengan mudahnya menjatuhkan sebuah bom di sana.

“Pe…mi…lik? …Ah, pemilik…PEMILIK!?”

Butuh beberapa saat untuk kalimat, “Pemilik” bisa meresap ke dalam otak Tiera.

Reaksi Tiera ketika akhirnya dia mengerti kalau apa yang di katakan oleh Schnee sama seperti apa yang di maksudkannya, dia memebuka matanya lebar-lebar, mulutnya membentuk huruf ‘O’, dan dia hampir menjatuhkan pisau dapur yang sedang di pegangnya. Dia memang sangat mudah untuk di baca.

“Bukannya dia terlalu terkejut?”

“Karena menurut pengetahuan umum orang-orang mengetahui kalau kau sudah tidak ada lagi, tentu saja dia sangat terkejut.”

“Siapa yang tidak akan terkejut!? Sang Pemilik, sang…Pemilik Legendaris!?”

“Eh? Apa? Apa aku di kenal sebagai Pemilik Legendaris?”

“Bukan itu!! Maksudku adalah High Human!!”

“Tapi, bukannya aku memberitahumu seperti itu ketika kita pertama kali bertemu?”

“Normalnya tidak ada orang yang akan percaya hal itu…”

Pemandangan di mana Tiera kehilangan ketenangannya sangat menghibur, tetapi Shin mulai berfikir kalau ini adalah respon yang sangat normal. Seperti yang di katakan oleh Tiera, normalnya jika seseorang berkata “Aku adalah seorang High Human” atau hal semacamnya, takkan ada seorangpun yang akan menganggap mereka serius. Tetapi saksi mata terbaik, Schnee Raizar, ada di sana. Karena dia tidak mungkin salah mengenali seseorang yang dia layani, bisa di katakan kalau testimoni mengenai Shin memang sangat benar, seorang High Human, benar-benar adalah bukti yang jelas. Pada saat ini, wajah Tiera berubah menjadi pucat.

“Aku benar-benar minta maaf, aku sama sekali tidak menyadari kalau kau adalah sang Pemilik!!”

“Ya?”

“Kuu!”

Dia benar-benar berubah karena syok tersebut. Tiera menunduk dengan berlebihan.

Kali ini, Shin lah yang malah terkejut.

Apa yang dipikirkannya, karena Yuzuha menaruh telapak tangannya di kepala Tiera yang sedang menunduk, dan Shin juga langsung menghentikan Yuzuha.

(Keadaan ini…itu, ‘kan? Perasaan ketika seseorang berbicara dengan biasa saja kepada atasan mereka. Meskipun aku pernah mengalami syok itu, aku masih merasa kebingungan.)

Partner yang sangat akrab dengan Shin, di tempat kerja part-time-nya, sebenarnya adalah manager dari toko itu, jadi dia bisa memahami sedikit apa yang di rasakan oleh Tiera. Meskipun itu bukanlah perbandingan langsung, partner yang sama sekali tidak tahu dan berbicara sangat akrab dengan atasan mereka, sering merasa resah dan merasa malu ketika mereka mengetahuinya.

Melihat Tiera dalam keadaan yang sedang kebingungan membuat Shin tanpa sadar merasa kasian.

“Jangan khawatir soal itu. Aku mengerti perasaanmu.”

“Eh? Oh, baiklah.”

Sembari mengangguk, Shin menepuk pundak Tiera.

Tentu saja, Tiera tidak tahu kalau pikiran Shin mengekpresikan rasa pengertiannya, dan tindakannya membuat Tiera semakin kebingungan.

“Tidak, sungguh, tak perlu memikirkan itu. Itu sangat aneh dan sangat memalukan untukku juga, jika kau langsung menurut seperti itu.”

“Be-Benarkah? Kau tidak akan mengatakan sesuatu seperti, ‘Keluar dari sini’?”

“Aku tidak akan mengatakannya!?”

Tindakan tak beralasan apa itu!? Dia ingin membalas perkataannya.

Setelah itu, mereka berbincang-bincang untuk sesaat, dan itu berakhir seperti keadaan sebelumnya. Mengesampingkan Shin yang merupakan Master dari Schnee, karena lebih bermasalah ketika memperkenalkan Yuzuha yang bisa berbicara, Tiera memberikan reaksi yang sangat mirip seperti sebelumnya, jadi cerita sisanya di hilangkan.

“Kalau begitu, mari kita makan?”

Setelah diskusi yang singkat, ketiga orang itu dan seekor hewan duduk bersama di meja makan. Tak perlu di katakan lagi, mereka telah mandi sebelum makan karena mereka di penuhi dengan kotoran.

Mereka terlihat sangat kompak ketika mereka menepukkan tangan mereka sembari mengatakan “itadakimasu”. Elf sepertinya tidak memiliki kebiasaan seperti itu, tetapi karena Schnee melakukannya, Tiera juga, melakukan hal yang sama.

Dan Schnee pastinya meniru Shin.

“Tetapi, seperti yang di duga dari Schnee. Semua makanan ini terlihat sangat enak.”

Itu hal yang biasa kalau Shin memujinya. Masakan yang disuguhkan di atas meja adalah sesuatu yang tidak sering bisa di lihat, bahkan oleh Shin.

Bahkan jika itu adalah chef yang berada di puncak, Cook, ada di dalam Rokuten, mereka tidak memakan makanan rumahan setiap harinya.
Terlebih lagi, skill level X memasak dari ultra high-class tidak di maksudkan untuk di makan untuk setiap suguhan masakan.
Itu hanya di lakukan untuk melakukan eksperimen, dan ada juga kemungkinan menyuguhkan masakan gagal yang sangat mengerikan pula.

Akan tetapi, masakan yang ada di depan Shin tidak kalah ketika di bandingkan dengan masakan high class milik Cook. Karena Schnee mengimbangi skill miliknya dengan bumbu spesial yang berasal dari dunia ini, masakannya menyaingi menu-menu terbaik dalam satu baris.

Di hadapan masakan seperti itu, bahkan para Keluarga Kerajaan sekalipun takkan mampu untuk memakannya, tidak di ragukan lagi kalau suara menelan ludah terdengar di tenggorokan Shin.

“Kuu~ Hidangan besar, hidangan besar!”

“Aku belum pernah melihat Master memasak sampai seperti ini sebelumnya…Master sangat serius.”

“Tentu saja.”

Yuzuha, yang melihat masakan yang berjajar, juga memiliki semangat yang sangat tinggi.

Tiera, yang sudah tinggal bersama Schnee dalam waktu yang lama, juga terkejut melihat sikap antusias Schnee.

“Ketika mengenai masakan seperti ini, sangat bermanfaat untuk menyimpan makanan.”

“Luar biasa~”

“Hei, meskipun aku hanya mendengarnya sedikit, sebenarnya apa yang kau simpan? Ada aura yang aneh keluar dari makanannya.”

“Ehh?”

“Kuu?”

Ketika Tiera mengatakan kalau aura keluar dari makanan, Shin menegang. Yuzuha memiringkan kepalanya.

Meskipun tak ada apapun yang terlihat di mata Shin, dia teringat bahan-bahan makanan yang di berikannya kepada Schnee. Dan tidak aneh kalau Tiera yang merupakan seorang Elf, mengatakan kalau makanannya mengeluarkan aura.

“I-Itu benar. Daging utamanya adalah Thermal Leo, Orc King, dan beberapa bagian dari Elmora. Sayurannya adalah Blood Radish, Karma Onion, dan Bocha Potato atau semacamnya. Buah-buahannya adalah Topaz Pear dan Fruit of Idea. Yang lainnya adalah makanan pada umumnya. Aku rasa kau menggunakan bahan-bahan yang kau simpan setelah itu?”

“Benar sekali. Aku sudah menggunakan beberapa bahan-bahan makanan high-class karena hari ini adalah hari spesial. Meskipun aku tidak punya waktu yang cukup untuk membuat sesuatu yang spesial.”

Kata-kata Schnee seolah mengatakan “Aku masih belum serius.”

Dan ngomong-nogmong soal Tiera, yang baru saja mendengar nama bahan-bahan makanannya.

“A…AP.. APA-APAAN ITU!? Hampir semua bahan makanannya sangat sulit untuk di dapatkan!! Aku bahkan sama sekali belum pernah mendengar beberapa diantara mereka sampai saat ini. Terlebih lagi, ketika kau mengatakan Fruit of Idea, itu adalah buah idaman yang hanya berbuah sekali dalam 100 tahun. Meskipun aku di beritahu kalau yang aslinya bahkan tidak pernah ada di manapun…”

Dia kehabisan akal setelah mendengar nama dari bahan-bahan yang keluar dari mulut Shin.

Thermal Leo dan Orc King, keduanya di kenal sebagai monster bencana. Segera setelah mereka di temukan, akan ada semacam tingkat keberbahayaan, dan guild akan menyampaikan pemanggilan darurat untuk semua petualang. Meskipun Tiera belum pernah mendengar nama Elmora, karena namanya itu di perlakukan sama seperti kedua makhluk sebelumnya, dia bisa membayangkan kalau dia itu sangat mirip dengan kedua makhluk tadi.

Blood Radish adalah sayuran yang serupa dengan setengah monster yang tumbuh dengan menyerap demon eesence dari udara, dan Baocha Potato adalah tumbuhan umbi-umbian yang akan meledak dengan jumlah tekanan tertentu, seperti halnya ranjau darat.

Dan untuk Topaz Pear, permukaannya mengkilap seperti halnya permata, dan soal Fruit of Idea, sudah tak perlu ada yang di katakan lagi.

Jika semua bahan-bahan tadi di taruh secara besamaan, seseorang tidak akan menyangka kalau bahan-bahan itu di gunakan untuk memasak.

“Hei, Schnee. Aura apa yang di maksud oleh Tiera?”

“Itu mirip dengan kekuatan kehidupan dan kekuatan sihir dari bahan-bahan tadi. Karena kami para Elf dan Pixie memiliki indera yang berbeda dari ras yang lainnya, hal seperti itu bisa di rasakan. Itu bisa di rasakan lebih jelas lagi jika berasal dari monster yang kuat dan tumbuhan yang langka dan semacamnya.”

“Benarkah?”

Karena Elf dan Pixie aslinya adalah ras yang memiliki sensitifitas yang sangat tinggi, Shin bisa mengerti apa yang di katakannya.

“Tiera juga, tenanglah. Ayo segera makan atau makanan spesialnya akan dingin.”

Schnee menekannya.

“Y-Ya.”

“Benar sekali. Kalau begitu, ayo segera makan.”

“”Itadakimasu””

“Kuu? Itadakimasu~”

Setelah menepukkan tangan mereka untuk berdoa, Shin mengambil pisau dan garpu.

Sup, salad kentang, humberger, dan nasi favoritnya dan roti berjajar di atas meja. Untuk merayakan kesempatan ini Schnee sudah menyiapkan minuman, Moonlight Sake, di tuangkan ke dalam gelas mereka.

Jika seseorang hanya melihat ke menunya saja, terkecuali minumannya, mereka sama halnya di layani dengan makanan di restoran keluarga. Tetapi Shin bisa menyadari skill memasaknya secara langsung karena ini merupakan masakan yang sangat sering di makan olehnya.

Jus dari daging yang membanjir ketika dia memotongnya dengan pisau dan aroma dari saus yang berdesis di atas piring besi membuatnya menelan ludah bahkan sebelum mencobanya.

Ketika dia memasukkannya ke dalam mulutnya, jus daging bahkan meluber lebih lagi ketika dia mengunyahnya, dan di kombinasikan dengan tekstur dari daging yang lembut, hanya satu kata ‘enak’ yang bisa keluar.

Kemudian mulutnya di penuhi dengan nasi putih, dan tak ada lagi yang harus di katakan.

Sudut mulutnya naik sembari dia mulai tersenyum getir. Sebuah senyuman di lepaskan Shin.

Ketika seseorang memakan makanan yang sangat enak, orang tersebut tidak akan tahan untuk tidak tersenyum.

Ketika dia memiringkan gelasnya, aroma yang kaya dan flavor yang dalam dari Moonlight Sake meningkatkan nafsu makannya lebih tinggi lagi.

“…!…!…”

“………”

Shin dan Tiera dengan diam menyantap makanannya. Dan untuk Yuzuha, kata ‘Perhatian penuh’ terukir di seluruh tubuhnya.

Sembari memperhatikan kedua orang dan seekor hewan, Schnee akhirnya menyantap makanannya dengan tenang.

“Ha!! Aku secara tidak sadar makan dengan diam!?”

Shin terkejut sembari duduk di hadapan piringnya yang kosong.

“Apa aku boleh tambah?”

“Tentu!!”

Interaksi seperti itu antara Tiera dan Yuzuha terulang beberapa kali. Seolah dia sudah memprediksinya, Schnee menyiapkannya tanpa kehilangan tempo sama sekali.

Meskipun kecepataannya berkurang di tengah-tengah, mereka menjadi lingkaran yang bahagia yang duduk bersama sembari mendengar bagaimana Schnee dan yang lainnya menghabiskan waktu mereka bersama sampai saat ini.

“――Meskipun begitu, mereka itu hidup dengan cukup bebas.”

Kata-kata itu keluar dari mulut Shin ketika dia mendengar tentang support karakter yang lainnya. Ada yang menjadi seorang Raja, ada yang berkelana dari satu tempat ke tempat yang lainnya, dan ada juga yang hilang. Mereka sepertinya sangat keras kepala berusaha mencari mengenai petunjuk keberadaan Shin. Meskipun mereka mungkin bisa tinggal di dunia ini, karena mereka tidak menirunya dengan menghabiskan hidup mereka untuk alasan itu, Shin merasa sedikit lega.

Dia mengerti ketika dia mengingat kepribadian mereka. Sampai saat ini, hanya Schnee saja yang spesial.

“‘Shin ada di suatu tempat’, adalah satu-satunya harapan yang selalu kupegang sampai saat ini. Yang lainnya mungkin mengerti kalau tidak bagus untuk mengkhawatirkan sesuatu yang tak perlu.”

“Itu akan menyelamtkanku. Aku tidak ingin kalian mencari pria khayalan yang bahkan tidak ada.”

“Meskipun salah satu dari kami memilih untuk melakukan itu, itu adalah pilihan kami. Shin tidak perlu khawatir akan hal itu.”

“Kau benar.”

Bukannya ketika mengkhawatirkan seseorang yang hilang membuat kami itu manusiawi? Memikirkan hal seperti itu benar-benar merupakan tindakan yang tidak berguna. Yah, meskipun aku mengatakan ‘orang’ tidak akan khawatir, karena Shin adalah masternya, itu hanyalah pemikiran sementara dari spekulasi yang tidak berarti.

“Master, sedih?”

“Aku baik-baik saja.”

Shin memberikan senyuman kepada Yuzuha yang menatapnya dengan penuh perhatian.

“Mou~ kenapa Schhinn cerlallu fhawhatiir~”

“…Hei Tiera. Aku rasa kau mabuk.”

Nadanya sangat pelan dan beberapa pelafalan tidak diucapkannya dengan benar. Kulitnya yang putih tersingkap, sangat kontras dengan rambut hitamnya, yang kini sedikit berwarna pink. Wajahnya benar-benar menjadi merah ketika Shin memikirkan kulit aslinya yang berwarna putih seputih salju.

Oleh karena itu, itu mengingatkan Shin sudah berapa banyak botol sake yang di habiskan sejauh ini. Dia terlalu terbawa suasana dan juga akhirnya meminum jumlah yang besar saat ini.

“Hei Schnee. Berapa banyak Moonlight Sake yang habis?”

“Kurang lebih 5 botol.”

“Ngomong-ngomong, berapa persentasi alkoholnya?”

“Sekitar 35 persen.”

“Itu sangat TINGGI!!”

Karena dia mengira kalau itu hanyalah sejenis wine dari rasa dan kemudahannya ketika di minum, alkohol dari dunia fantasi ini sangat melebihi dari pengetahuan umum.

“Azha zhua Mazsstahh~”

“Ini sangat berbahaya. Apa Tiera lemah terhadap alkohol?”

“Dia tidak pernah mabuk seperti ini ketika dia minum sebelumnya, tetapi kuantitas tetaplah kuantitas.”

“Tapi aku tidak merasa begitu mabuk.”

Entah apakah itu soal daya tahan terhadap alkohol atau bukan, Shin merasa sedikit agak mabuk, tapi tidak sampai pada tingkat kehilangan kesadaran. Dia tidak meracau dan tidak limgung pula. Ketika dia memikirkan soal persentase alkoholnya, dia sendiri pasti akan langsung mabuk selama semalam jika dia berada di dunia nyata, dan itu adalah hal yang bagus karena dia akan lebih sulit memperlihatkan kelakuan memalukan karena pengaruh alkohol. Tak perlu merasa rishi dengan alkohol yang keras, meskipun biasanya dia akan merasa seperti itu.

“Meskipun aku memiliki tubuh ini selama satu tahun, apa sebenarnya yang terjadi dengan tubuh asliku… Yah, mungkin saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu.”

Sementara Schnee membawa Tiera ke kamarnya, Shin merapikan peralatan makan. Shin tiba-tiba memikirkan hal semacam itu ketika dia sedang mengelap meja. Dia tidak tahu apakah ada kemungkinan untuk dia bisa kembali, jadi itu tidak ada gunanya jika dia memikirkannya saat ini.

Setelah beres-beresnya selesai, Schnee kembali.

“Cepat banget.”

“Karena aku sudah terbiasa melakukan ini.”

Karena Shin hidup sendiri di dunia nyata, dia sering memasak untuk dirinya sendiri. Memang dia tidak melakukannya ketika di dalam game, tetapi dia mengingatnya tanpa di sangka.

“Yuzuha mengantuk…”

Yuzuha mulai mendengkur di atas meja.

“Itu benar. Kita juga, sebaiknya segera tidur.”

“Baiklah kalau begitu. Karena kamar Shin di tinggalkan tetap seperti sebelumnya, kamarnya bisa langsung di gunakan.”

“Terima kasih banyak.”

Setelah meningglakan ruang tengah, Shin menuju ke arah kamarnya sembari membawa Yuzuha. Itu adalah kamar untuk Shin dan para support karakter miliknya di dalam Tsuki no Hokora, meskipun juga ada kamar tambahan untuk para tamu dan pelanggan untuk di gunakan. Meskipun kamar untuk para tamu dan para pelanggan tidak di butuhkan, itu semua adalah hasil dari obsesi dari Cain dan Shin, yang bisa di katakan sebagai tambahan yang tidak perlu dalam pembangunan tersebut, yaitu Tsuki no Hokora. Tempat itu di diskusikan dengan sangat serius dan mereka meributkan hal-hal yang tidak penting, seperti yang di duga dari orang Jepang yang sangat gembira.

“Benar-benar tidak berubah.”

Dia memasuki kamarnya sendiri dan melihat ke dalam. Bagian dalam dari kanarnya kurang lebih sekitar 16 tatami, dengan ranjang dan meja. Terdapat beberapa rak di mana tropi-tropi dan item-item yang di dapatkan dari berbagai macam event yang di pajang. Tidak banyak benda yang ada di sana. Itu adalah kamar yang sederhana. Kamarnya mungikn selalu di bersihkan secara berkala, karena tidak ada debu yang tersisa.

Cahaya bulan masuk secara alami melalui jendela, tetapi cahaya malam itu sangatlah lemah. Dia kemudian mengganti pakaiannya tanpa menyalakan lampu, karena dia memiliki skill Night Vision. Karena tak ada hal seperti piyama di dunia ini, dia memilih equipment dari bahan jersey.

Yuzuha melompat ke atas ranjang di saat ketika mereka memasuki kamar dan dia sudah lebih dulu melingkar di samping bantal.

“Entah mengapa tempat ini adalah tempat terbaik untuk membiarkan diriku rileks.”

Apa mungkin karena dia sudah tinggal di sini selama ketika game berlangsung? Dia bisa menyantaikan pikirannya dan tidak perlu mempersiapkan barrier karena tempat ini sudah di lengkapi penuh dengan sistem keamanan yang kuat. Dia tidak perlu mempertimbangkan kemungkinan seseorang menyerangnya ketika dia sedang tidur, tidak seperti ketika masih di dalam game, jadi dia bisa bersantai sepenuhnya untuk pertama kalinya semenjak dia datang ke dunia ini lagi.

Tentu saja, ketika ada penyerangan, dia akan memberikan pukulan yang kuat, karena pantas di dapatkannya.

“Yuzuha… apa kau sudah tidur? Mau gimana lagi, aku harus tidur juga.”

Dengan efek alkohol yang mulai terasa, dia berbaring di atas ranjang dengan perasaan yang nyaman menyelimutinya.

Ketika dia menutup matanya dan perlahan merasakan kesadarannya mengabur, sesuatu yang lembut tiba-tiba menempel melingkari lengan kanannya. Biasanya, dia pasti akan langsung terkejut dan melepaskannya dalam situasi itu. Akan tetapi, kesadaran tubuh Shin memberitahunya kalau dia tidak merasakan adanya bahaya sama sekali.

“?”

Apa itu lebih ke memeluknya ketimbang merangkul lengannya? Hanya ada dua orang di Tsuki no Hokora yang bisa melakukan itu, dan satu orangnya sudah tidak masuk dalam hitungan.

Tak ada reaksi kelanjutan dari skill yang di aktifkan untuk anti serangan kejutan. Intuisi Shin sendiri tidak merasakannya pula sebagai musuh.

Karena sama sekali tidak ada gerakan yang signifikan, dia memutar lehernya dan melihat ke arah lengan kanannya.

Di sampingnya berbaring sosok Schnee, yang sudah tertidur, memeluk lengan Shin. Lengan kanannya di jepit di antara kedua dada Schnee. Identitas dari kelembutan yang di rasakannya adalah ini.

(Beneran nih… apa perkembangan seperti ini sugguhan?)

Dengan maksud yang benar-benar berbeda ketika pada saat di depan masakan, suara menelan ludah terdengar di dalam kamar tersebut.

Bahkan Shin juga adalah seorang pria. Dia tidak tahu soal NPC, tetapi Schnee yang berada di dunia ini sungguh benar-benar nyata. Dan masalahnya, tidak mungkin kalau Shin tidak merasakan apapun.

Dan bicara secara jujur, Schnee di ciptakan dengan menggabungkan hal-hal yang di sukai oleh Shin. Jika dia menggendongnya, membawa Schnee ke kamarnya, dan menaruhnya di ranjangnya sendiri, kemudian Shin bisa berbaring di sampingnya dengan gelagat seorang gentleman sejati. Akan tetapi, suhu tubuh Schnee tersalurkan ke lengan kanannya, yang saat ini di dekap erat, dan kelembutan dari dadanya memberikan kekuatan dorongan. Tangan kirinya mengarah munuju Schnee dengan sendirinya, meskipun dia menyadari hal itu.

(Ini… buruk.)

Dia tidak bermaksud untuk melakukannya, tetapi karena pengaruh dari alkohol, dengan alasan apapun, dia tidak bisa melepaskan tatapannya dari wajah tertidur yang tanpa pertahanan itu.

Shin mengerti akan hal itu. Benar, dia mengerti kalau itu bukanlah hal yang bagus.

Dia matia-matian berusaha untuk mendinginkan kepalanya yang sudah menjadi terlalu panas, tetapi akal sehatnya tidak bertindak sesuai yang diinginkannya.

Shin terpesona olehnya.

Wajah tanpa pertahanan miliknya, sangat polos, dan entah mengapa terlihat sedih.

Meskipun hanya sebentar, tetapi Shin ingin membiarkan lengannya tetap di sana sedikit lebih lama sebelum melepaskan dirinya dari Schnee.

Dan pada saat itu. Ketika bulan yang terselubung di balik awan akhirnya muncul.

Cahaya bulan yang tersembunyi sebelumnya kini menyinari ruangan itu dengan lembut. Dan mencapai pinggir ranjang, di mana Schnee berbaring.

“…!?”

Ketika di sinari oleh cahaya bulan, tubuh Schnee bersinar redup. Rambut peraknya, yang terurai di atas ranjang, memantulkan cahaya bulan dan mengeluarkan cahaya yang misterius. Dan kemudian, aliran dari cahaya yang berkelip dari matanya yang tertutup menerjang mata Shin.

“Schnee…”

Butiran cahaya itu adalah air mata yang di keluarkan olehnya.

Air mata itu mengalir dari matanya yang tertutup dalam satu garis lurus dan terserap ke baju Shin.

“………”

Di saat dia melihatnya, kabut yang menyelimuti kesadaran Shin menghilang.

Panas karena perasaan gelisahnya meredam dan menghilang dalam sekejap.

Itu krena dia telah melihat wajah tidur yang sedih.

Apa yang Schnee pikirkan yang bisa membuatnya menangis? Shin sama sekali tidak mengetahuinya.

Entah itu apakah air mata kebahagiaan karena mereka bertemu kembali? Ataukah itu adalah air mata karena perpisahan yang akan terjadi nanti?

Shin mengusap air matanya, dan dengan lembut mengusap kepala Schnee.

“Ah…u…i…” (TL : Dia kemungkinan mengatakan “Aruji”, yang artinya ‘Master’)

Meskipun dia tidak bisa memahaminya, apakah itu kata “Master” yang keluar dari mulutnya? Terlebih lagi, dia mungkin masih belum terbiasa memanggilnya “Shin”.

(Aku….)

Melihat ke arah langit malam, sembari menyadari Schnee yang sedang tidur di atas lengan kanannya, Shin memikirkan sebuah pertanyaan.

Sampai kesadarannya tenggelam dalam kegelapan, tak ada jawaban yang muncul.




(Tambahan dari LN. PERINGATAN!!: mungkin akan berisi spoiler, resikonya tanggung sendiri.)





Mari memundurkan waktu sampai ke setengah hari sebelumnya.

Itu adalah pada saat ketika Shin dan Schnee berlari dengan kecepatan penuh agar bisa bertemu kembali dengan Wilhelm dan Rashia.

Saat ini, Dataran Hantu kini hanya menjadi dataran luas biasa. Seluruh knight dan para petualang yang berkumpul untuk investigasi menyadari kalau pertempuran telah berakhir. Cahaya dari kekuatan sihir yang tersebar ke langit juga telah menghilang, jadi para mage menerangi daerah tersebut. Meskipun mereka memiliki pilihan untuk menuggu sampai fajar sebelum memulai tugas mereka, telah di putuskan agar penyelidikan darurat di lakukan untuk situasi saat ini.

Dari fakta bahwa Schnee Raizar, yang seharusnya ikut berpartisipasi di dalam pertempuran, pergi menghilang, dengan itu mereka berfikir kalau setidaknya tak ada lagi bahaya yang tersisa.

“Apa-apaan itu?”

Sementara para knight dan petualang sedang sibuk bergerak kesana kemari, seorang wanita bergumam ketika dia melihat kawah yang dalam yang baru saja tercipta di dataran. Nama dari wanita yang memiliki rambut seperti benang emas yang berkibaran di tiup angin itu adalah Rionne Strail Bayreuth. Dia adalah putri kedua Kerajaan Bayreuth.

Beberapa jam sebelumnya, ada sebuah insiden di dalam hutan ketika para knight sedang bertempur melawan para Skull Face. Tiba-tiba suara ratapan, seperti suara yang serak, terdengar menggema dari jauh di tengah langit malam.

Secara bersamaan, segerombolan Skull Face dengan kekuatan yang belum pernah terlihat sebelumnya muncul. Musuh yang masih segar merangkak keluar dari tanah, di depan mata Rionne, musuh yang memiliki kekuatan yang tidak bisa di bandingkan dari Skull Face yang mereka lawan sebelumnya.

Pada awalnya, dia merasa takut. Itu bukanlah rasa takut akan kematian. Dia memahami kekuatan musuh, jadi dia lebih merasakan rasa takut yang kuat akan tragedi yang akan di hasilkannya. ‘Aku tak boleh membiarkannya lolos dari dataran ini’, itulah satu-satunya pemikiran yang ada di dalam kepalanya.

Setelah bawahannya melepaskan pengekangnya, dia menghadapi Skull Face itu dengan pedangnya. Dari berat satu serangan yang di salurkan melalui tangannya, kelincahan makhluk itu bisa di salah artikan sebagai knight tingkat advance. Rionne sendiri bisa di katakan lebih tinggi bahkan di antara Chosen One lainnya, dan itu adalah hal yang aneh karena makhluk itu bisa melayangkan pukulan yang setara dengannya.

Tetap saja, karena equipment dari Skull Face itu sama dengan Skull Face biasa, dia bisa memenangkannya karena perbedaan dari equipment mereka. Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba, sebuah greatsword berwarna putih menancap di dinding kamarnya. Greatsword itu memiliki light atribut (Atribut cahaya), titik lemah semua undead, dan itu membuat para Skull Face di lemahkan secara terus menerus. Tapi sayangnya, jumlahnya terlalu banyak. Mau bagaimana lagi karena para knight lainnya harus bertempur menghadapi musuh mereka juga.

Oleh karena itu, Rionne, di saat yang bersamaan membiarkan pengantar pesan untuk kembali ke kerajaan, meluncurkan dirinya sendiri ke arah para Skull Face. Meskipun itu hanya menarik sedikit perhatian dari musuh, dia bisa mengulur waktu lebih banyak. Itu semua demi menghentikan gerombolan monster agar tidak meninggalkan tempat ini. Dengan hanya satu anak buah yang menemaninya, dia menerobos ke tengah-tengah medan pertempuran.


Kemudian, salah satu Skull Face yang memiliki rank lebih tinggi dari sebelumnya muncul di hadapannya. Kemungkinan, itu adalah Queen atau King class yang ada di hadapannya, karena yang sebelumnya adalah salah satu Jack class Skull Face. Seharusnya mustahil untuk mengalahkannya, karena hanya dengan bertemu salah satunya berarti sudah tidak ada harapan lagi. Bencana yang di sebabkan oleh satu King class yang pernah muncul sekali tetap melekat kuat di ingatan orang-orang. Dan dengan munculnya sejumlah musuh dan memnuhi dataran. Kemungkinan ini akan menjadi bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mereka sebenarnya merasakan kematian mengelilingi mereka, sebagaimana mereka merasakan nafas *Shinigami di kulit mereka. (TL : Dewa kematian) Mereka mencerca tubuh mereka yang gemetar, dan ketika mereka menggenggam kembali pedang mereka, sebuah bola api merah melayang di atas langit. Ketika bola itu mengenai para Skull Face, serangan itu menyebabkan tubuh mereka di penuhi dengan lubang. Tak peduli itu adalah tameng, pedang, armor, lengan, kaki, ataupun core nya. Penampilannya sangat mirip dengan flame system magic Skill Fire Ball. Tetapi Fire Ball tidak memiliki daya hancur seperti itu dan kemampuan mengejar target seperti yang ada di hadapan mereka. Sejak awal, sebuah flame arts yang tidak meledak adalah hal yang tidak umum dan cahaya yang di keluarkannya ketika bersentuhan dengan targetnya hanya menghilangkan bagian yang ditargetkan saja seolah dia hanya mengincar bagian itu saja.

Meskipun mereka bertanya-tanya mengapa serangan itu tidak mengenai mereka, mereka paham kalau mereka sedang di lindungi. Ketika mereka merasa bersyukur kepada siapapun yang melepaskan fireball tersebut, mereka mempersiapkan pedang mereka lagi untuk bertempur melawan para Skull Face yang mengepung mereka.

Kali ini, petir biru melewati menembus depan mereka. Ini adalah kehalian dari orang yang telah membantu banyak negeri, lightning system magic skill. Itu adalah skill yang melewati batas dari art, dengan memiliki kekuatan yang lebih besar dan di besar-besarkan merupakan skill terkuat sepanjang sejarah.

Orang yang mereka sudah duga, muncul di saat yang bersamaan ketika petir itu muncul. Dengan rambut perak yang berkibar, dia adalah manager dari Tsuki no Hokora, Schnee Raizar. Penampilannya nampaknya tidak berubah semenjak terakhir kalinya Rionne berjumpa dengannya, dengan suaranya yang tenang, Rionne merasakan kematian menjadi sangat jauh. Seolah Shinigami telah di hempaskan oleh petir biru tersebut.

“Aku akan mengambil alih mulai dari sini. Tolong lari menuju ke arah hutan.”

Kata-katanya di jawab dengan anggukan tanpa ragu. Para Skull Face yang berserakan seperti bongkahan kayu bisa terlihat di mata mereka.

Dan kemudian, ketika mereka telah mengalahkan para Skull Face yang di temukan di sana sini di dalam hutan, sekeliling mereka tiba-tiba berubah menjadi terang seolah berubah menjadi siang hari, dan para Skull Face berubah menjadi abu dalam sekejap tanpa mereka melakukan apapun.

Setelah itu, para Skull Face yang mereka temui semuanya memiliki pergerakan yang lamban dan dihancurkan berkeping-keping dengan satu serangan dari pedang mereka. Meskipun seharusnya musuh memiliki skill yang setara dengan Rionne, mereka semua di lemahkan sampai pada titik di mana para knight biasa bisa mengalahkan mereka. Sepertinya semua itu di sebabkan oleh cahaya yang menyinari dataran. Sebuah cahaya yang lembut dan menenangkan. Semuanya menjadi jelas ketika damage yang mereka dapatkan dari pertempuran di sembuhkan.

Mereka tidak bisa apa-apa selain berfikir: ‘Jika itu Schnee-dono, hal seperti itu pati bisa’. Setelah beberapa saat, para Skull Face yang menggeliat menghilang dan berubah menjadi Demon essence secara bersamaan. Dengan menyaksikan hal itu, mereka bisa yakin kalau semuanya telah selesai.

Saat ini, Rionne sedang melihat sisa-sisa dari pertempuran yang mungkin telah di tinggalkan oleh Schnee. Terdapat belahan tanah yang dalam dan ada juga tanah yang terkoyak habis. Hal seperti itu terjadi sepanjang berates-ratus mel, bahkan ada tempat di mana tanahnya benar-benar meleleh.

Di lokasi di mana mereka nampaknya bertempur, terdapat jejak mengerikan yang merupakan bekas bakar dari sengatan listrik tegangan tinggi dan serangan tebasan yang sangat dalam. Seberapa banyak kekuatan yang di keluarkan ketika mereka bertempur? Mereka kini sudah tidak bisa membayangkannya lagi. Putri pertama, yang merupakan kakak tertua, mungkin bisa melakukan hal yang sama dengan sihir, tapi itu adalah hal yang mustahil baginya untuk melakukan pertempuran jarak dekat jika dia di kepung oleh gerombolan Skull Face.

“Ini… apakah ini adalah kekuatan dari orang yang di akui oleh High Human?”

Sekali lagi, kekuatan itu di sadari. Meskipun kemampuan tempur Rionne sendiri di katakan setara dengan 100 orang atau lebih, dia merasa sangat tumpul, seperti halnya knight biasa jika di bandingkan dengan Schnee.

“Meskipun masih subuh, bisakah anda melihat ini?”

Seseorang yang mulai berbicara adalah bawahannya yang pergi untuk menyelidiki area sekitar. Pria itu memakai armor merah yang menutupi tubuhnya yang besar dan namanya adalah Gadras Jarre. Dia adalah pemimpin knight dari kerajaan Bayreuth, dan merupakan komandan dari knight terkuat, Red Wolf, di kerajaan. Alasan mengapa dia hanya menjadi bantuan pertempuran dan menemani Rionne adalah untuk mencegahnya agar tidak mengamuk, tetapi Gadras hampir saja tidak bisa memenuhi tugasnya, bahkan tidak kali ini.

Gadras juga, harus berhadapan langsung dengan para Skull Face. Dia merupakan satu-satunya Chosen One di dalam knight squadron yang bisa menangani pertempuran jarak dekat dengan Rionne, dan meskipun dia biasanya memiliki tugas sebagai pengawas, hanya kali ini saja dia harus ikut bertempur sekuat tenaga. Terdapat beberapa tebasan di armornya sebagai bukti.

Di tangan Gadras, sebuah katana di pegangnya. Gagangnya telah rusak dan menggelap, pedang itu retak, dan bilahnya tumpul di sana sini pula.

“Ini?”

“Benda ini di temukan di bawah tanah yang berlubang di sebelah sana. Karena pedang itu tertancap di mana retakannya berakhir, aku mengambilnya.”

Dia juga mengatakan kalau Katana yang tertancap itu cocok dengan garis yang melubangi tanah.

“Dan juga, meskipun itu hanya tebakan, aku rasa tanah yang berlubang itu di sebabkan oleh katana ini.”

“Hmm, apa ada kemungkinan itu?”

Apa Schnee bersama dengan orang lain di medan pertempuran? Rionne memikirkan setidaknya itu adalah Schnee, hal seperti itu mungkin saja di lakukan.

“Katana itu, apa yang bisa anda lihat?”

Gadras menunjuk ke arah katana itu.

“…Seperti semacam burung?”

“Benar, menurut cerita dari informan yang aku tahu, burung ini adalah falcon, seperti yang di ceritakannya.”

“Apa ada yang salah dengan hal itu?”

“Tidak juga, aku hanya berfikir mengenai blacksmith yang mengukirnya ke katana. Tentu saja, hanya ada satu kemungkinan, tetapi…”

“Apa kau tahu sesuatu? Bukan artinya kalau hanya ada satu blacksmith yang menggambar falcon ini, benar ‘kan? Mengapa kau terlalu meributkan hal kecil seperiti itu?”

Rionne terlihat bingung melihat Gadras yang tiba-tiba mengatakan hal itu. Dia terlihat anehnya sangat gelisah.

“Anda akan mengerti jika anda melihat ini.”

Gadras berbicara sembari dia memegang gagang yang telah sobek-seobek itu dan mengangkat katana itu dalam posisi di atas kepala. Kemudian dia mengayunkannya kebawah, menuju ke tanah.

“…Begitu ya, jadi itu alasannya, ya?”

Ekspresi Rionne menunjukkan pemahaman.

Tanah yang ada di depannya tergali sangat dalam. Tak peduli seberapa pun Gadras di katakan sebagai seorang Chosen One, dia tidak bisa melepaskan serangan tebasan sampai pada tingkat seperti itu dengan sebuah katana yang memiliki bilah yang tumpul. Dengan kata lain, terlepas dari Gadras yang mengayunkan katana tersebut kebawah dengan seluruh kekuatannya, katana itu tetap retak seperti sebelumnya, tetapi tetap mempertahankan bentuknya.

“Jika itu adalah katana biasa pasti akan hancur seketika ketika aku mengayunkannya seperti itu, tetapi pedang itu tidak ada pengaruh sama sekali, bahkan setelah aku menggunakan seluruh keuatanku. Sudah jelas kalau bukan blacksmith biasa yang menempanya.”

“Memang benar…jika pedang ini dalam keadaan sempurna, seberapa besar kekuatan yang bisa di lepaskannya?”

“Dan juga, berbicara soal blacksmith yang membuat katana dengan ukiran dengan lambang seperti ini, hanya ada satu orang, sejauh yang kau ketahui.”

“Fumu, siapa dia?”

“Seorang High Human. Di katakan kalau blacksmith itu, yang telah menguasai semua teknik menempa di sebut sebagai Dark Blacksmith.”

“Itu mungkin benar. Aku bisa mengerti jika seseorang yang sangat berpengalaman yang menempa katana ini, khususnya jika dia adalah seorang High Human. Tetapi, seharusnya dia sudah tidak ada di dunia ini lagi. Jika itu Schnee-dono, yang berada di bawah perintah langsung dari seorang High Human, tidak akan aneh kalau dia memiliki senjata seperti itu. Terlebih lagi, jka kau melihat skill yang melindungi kita dan cahaya sebelumnya juga, ada kemungkinan itu adalah Crimson Alchemist.”

Tentu saja, alchemist yang di bicarakan oleh Rionne adalah seorang mage dan alchemist dari Rokuten, Hecate. Karena hasil produksi dari Rokuten sangat terkenal, mereka sering di panggil menggunakan nama yang terkait dengan job mereka. Warna yang melekat di depan nama job mereka adalah warna dari pakaian yang sering di pakai oleh masing-masing dari mereka.

“Yah, tak ada bukti yang jelas, tetapi… ngomong-ngomong, senjata yang di buat oleh High Human yang di biarkan tergeletak begitu saja sangat luar biasa. Di samping itu, aku tidak berfikir kalau senjata yang di buat oleh Master Schnee-dono akan berada dalam keadaan seperti ini. Jika begitu kejadiannya, aku rasa dia adalah orang yang sangat luar biasa yang bisa menggunakannya dan membuang senjata seperti ini begitu saja.”

“Tapi kali ini, skala pertempurannya sangat berbeda. Apa kau mengetahui cahaya yang menerangi malam? Jika itu adalah pertempuran yang sangat sengit, bahkan Schnee-dono mungkin tidak akan berfikir untuk menyia-nyiakan sebuah senjata…Tetap saja, benar pasti ada seseorang yang bersama Schnee-dono. Siapa sebenarnya orang itu?”

“Apa yang bisa menyebabkan Schnee-dono di tempatkan dalam keadaan sulit seperti itu, itu tak terbayangkan.”

Ketika dia mendengarkan perkataan Gadras, Rionne memikirkan hal itu. Sejujurnya, semenjak dia melihat sosok Schnee yang dengan mudahnya menghajar para Skull Face, Rionne tidak yakin dengan perkataannya sendiri pula. Itu karena pengguna magic skill yang sangat sulit mereka lindungi. Jika menilai dari kekuatan dan skalanya, kemungkinan kalau dia bukanlah seorang High Human, tetapi memang dia tidak berada dalam kelas Chosen One pula. Setelah mereka pergi ke dalam hutan, apa Schnee Raizar bergabung dalam pertempuran dengan orang itu? Jika itu benar kalau ada orang yang kuat di tempat ini, lalu siapa dia?

“Tidak mungkin, benarkah?”

“Apa ada seorangh High Human di tempat ini?”

Katana yang Gadras pegang, itu mungkin memiliki harga yang lebih tinggi dari pedang milik Rionne, jika dalam keadaan sempurna. Untuk seseorang sampai bisa menggunakan dan membuang senjata seperti itu, dia tidak bisa memahami kalau orang seperti itu ada.

“Tidak, itu mustahil.”

Rionne menggelengkan kepalanya menolak. Para High Human seharusnya sudah menghilang seperti banyak orang lainnya setelah Dusk of Majesty. Karena kejadian tidak biasa yang di katakan masih tetap misteri, sampai saat ini, tak ada satu orang pun yang pernah kembali. Akan tetapi, munkin. Mungkin saja.

“…Lebih baik aku berhenti, aku takkan pernah mengerti meskipun aku memikirkannya.”

Dia tidak tahu siapa yang ada di medan pertempuran, tapi jika orang itu berhubungan dengan Schnee, maka orang itu kemungkinan bukanlah orang yang berbahaya. Meskipun akan di perlukan untuk mengurangi jumlah orang yang mengawasi Tsuki no Hokora sampai pada tingat tertentu, Rionne berfikir kalau itu tidak akan menjadi masalah yang serius.

“Segera setelah penyelidikan selesai, aku akan kembali ke kerajaan. Aku ingin berbicara kepada Schnee-dono jika memungkinkan, tetapi…”

“Itu akan sulit, ‘kan?”

Mendengar perkataan Gadras, Rionne mengangguk karena dia juga memahami hal itu. Segera setelah request miliknya selesai, Schnee Raizar tidak akan tinggal lama. Itu karena undangan datang dari banyak tempat dan telah tumbuh tidak terkendali, jadi sepertinya akan sulit kali ini.

“Gadras. Kalau tidak salah, Dark Blacksmith adalah pemilik dari Tsuki no Hokora, benar?”

“Ya, itu memang benar…?”

“Fumu, kalau begitu cobalah untuk pergi mengunjungi Tsuki no Hokora segera setelah kau kembali.”

“Meskipun itu yang ingin aku katakan, itu karena anda berfikir kalau seorang High Human benar-benar sudah kembali?”

“Aku yakin kalau setidaknya ada satu orang yang berada dalam medan pertempuran. Yah, sejujurnya, seseorang harus memastikannya. Jika salah satu High Human benar-benar sudah kembali, aku benar-benar ingin melakukan pertarungan. Aku berfikir kalau dia akan menjadi pasangan pernikahan yang sempurna.”

“La-Lagi-lagi tanpa ada peringatan, apa yang anda katakan, hah?”

Gadras di buat panik oleh Rionne yang mengusulkan hal yang tak terduga. Ketika dia memikirkannya secara tenang, jika seorang High Human di menangkan ke sisinya hanya dengan dedikasi dari Rionne sendiri, itu akan sangat bagus untuk negeri. Bahkan Gadras mengerti sampai segitu.

Masalah dengan Putri ini, Rionne, adalah di katakan kalau isi otaknya kemungkinan hanyalah otot saja. Meskipun itu bukanlah hal yang benar, “Jika kau ingin menjadi suamiku, kau harus menunjukkan kekuatanmu dan mengalahkanku.” Dianggap sebagai apa yang di katakannya sampai saat ini. Semua vasal termasuk para Raja, jika dia memikirkannya, sudah berapa banyak yang di tolak oleh Rionne…jika mereka tidak menarik.

Situasi sang putri sangat tidak bisa di mengerti, dan terdapat perasaan untuk memikirkan soal Negara pula. Di masa depan, Gadras paham kalau Rionne juga berharap agar pernikahannya tidak di paksakan juga.

Saat ini juga, meskipun ini berubah menjadi situasi di mana para Skull Face mulai membanjir keluar dari Dataran Hantu, tak ada pertanyaan yang muncul mengenai tindakannya pula. Sang putri berada di luar teritori mereka, dan sebagai tambahan, muncul di medan pertempuran.

Rionne dan Gadras adalah Chosen One, oleh karena itu itu bukanlah masalah besar bagi mereka. Mereka mampu bekerja sama di saat genting di saat yang bersamaan tanpa perlu menyia-nyiakan usaha dan tindakan yang tidak perlu, yang di mana di tunjukkan bahkan di tanah tak bertuan.

Di bawah dalih kekuatan tersebut dan wajah cantiknya yang meningkatkan moral para knight, dia ikut berpartisipasi di dalam penyelidikan dan misi pemusnahan ini. Meskipun akhirnya peran itu di ambil alih oleh Schnee, dia telah menyelesaikan peran yang di berikannya dengan baik.

Satu poin. Jika satu poin soal karakternya yang keras kepala itu tidak ada, dia akan sempurna.
Meskipun itu tidak untuk keseluruhan kepalanya, ada alasan mengapa dia dikatakan memiliki bagian dari otaknya yang hanya otot saja.

“Hanya untuk memperjelasnya saja ketika aku mengatakan soal tes kekuatan, bagaimana jika semuanya berubah menjadi seorang peniru yang menikamku dari belakang tanpa ada peringatan? Jika tidak, maka hari di mana seorang High Human berubah menjadi musuh, negeri kita akan musnah.”

“Anda ada benarnya juga.”

“Heh, aku tidak ingin mendengar itu darimu. Yah meskipun begitu, aku berharap semoga seorang High Human benar-benar bisa menjadi pasangan yang baik.”

Meskipun seharusnya dia sedikit bijaksana, entah mengapa, jawaban yang sedikit tiba-tiba itu yang berasal dari Rionne membuat Gadras khawatir. Akibatnya, kegembiraan ketika dia menemukan katana itu juga pergi menghilang darinya.

Catatan Translator :

Putri kedua seharusnya belum muncul di volume dalam WN ini. Bagian ekstra ini berasala dari LN, yang di mana aku rasa sedikit penting di masukkan dalam cerita. Meskipun mungkin akan ada sedikit perbedaan dengan manganya tapi karena ini LN, detail sangatlah penting. Salam…

– Makyou-kun





Tidak ada komentar:

Posting Komentar