The New Gate Volume 3 Chapter 1 Part 2 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Minggu, 06 Agustus 2017

The New Gate Volume 3 Chapter 1 Part 2


 Volume 3 Chapter 1 – Part 2

Mereka berjalan selama beberapa menit, tetapi gereja masih belum buka dan Rashia serta Thoria masih sedang membersihkan area sekitar. Ketika Shin dan Tiera memasuki halaman gereja, Rashia, yang menyadarinya, berlari ke arah kedua orang itu.


“Ternyata Shin-san! Apa yang kau lakukan hari ini?”

“Aku datang untuk memeriksa situasi. Bagaimana mengenai masalahnya?”

“Baiklah kalau begitu, silahkan masuk ke panti asuhan. Um, orang ini?”

“Ah, namaku adalah Tiera. Senang bertemu denganmu.”

“Maafkan aku tidak memberitahumu lebih awal. Aku adalah sister di gereja ini, dan namaku adalah Rashia.”

Kepada Tiera, yang memperkenalkan dirinya dengan agak sedikit gugup, Rashia menjawab dengan ekspresi yang tenang. Apa ada kemajuan dari pembahasannya? Ketenangan yang di tunjukkannya tidak bisa di bayangkan beberapa hari yang lalu.

Meskipun Rashia terkejut mengenai Tiera yang merupakan pegawai dari Tsuki no Hokora, karena itu adalah kenyataannya, itu tidak masalah untuk mengajaknya ke panti asuhan.

Shin mengira kalau tugas dari gereja mungkin akan tertunda, tetapi sepertinya gereja sedang di tutup hari ini. Ketika mereka tiba di ruang resepsionis di panti asuhan, entah mengapa Millie sedang duduk di sofa.

“Shin-nii!”

Ketika dia menyadari kalau itu adalah Shin yang masuk setelah Rashia dan Tiera, dia melompat dengan antusias. Melihat keadaan gadis yang menempel dengannya sembari tersenyum, Shin merasa kalau masalah pewarisannya telah di selesaikan.

“Yo, kau terlihat sangat senang.”

“Panti asuhan tidak hilang! Berkat bantuan Shin. Terima kasih!”

Dia sepertinya sedang berada dalam mood yang sangat bagus sebagaimana dengan perasaannya, yang terlihat, dan tercermin oleh ekspresinya. Bagi Millie, kemungkinan hilangnya panti asuhan adalah masalah besar.

Shin menunggu Millie untuk tenang dan kemudian duduk di sofa, karena dia telah memutuskan untuk mendengarkan seluruh cerita setelah Tiera selesai memperkenalkan dirinya.

“Berkat Shin sudah di putuskan kalau aku akan mewarisi gereja sebagai pendeta selanjutnya tanpa ada masalah. Pengumuman resminya masih belum di keluarkan, tetapi aku berfikir semuanya akan baik-baik saja kecuali hal yang sangat ekstrim terjadi.”

Pendeta, yang tinggal di distrik bagian atas di mana para bangsawan tinggial, datang ke panti asuhan beberapa saat yang lalu; dia datang untuk memastikan apakah diperolehnya skill Rashia benar atau tidak.

Ketika dia di tanya bagaimana dia mendapatkan skill tersebut, dia menjawab kalau itu adalah hasil dari latihan. Kenyataannya, Karena pendeta itu sepertinya mengingat kalau memang bisa mempelajari skill melalui latihan, dia nampaknya tidak di ragukan untuk saat ini.

“Anak-anak juga sangat senang, pula. Sungguh, bagaimana aku bisa berterima kasih?”

“Karena aku sudah mendapatkan hadiah yang di janjikan, tolong tidak usah terlalu meimikirkannya. Ah, ini adalah sebuah hadiah.”

Karena Shin khawatir kalau Rashia akan terlalu mengkhawatirkan hal tersebut, dia mengubah topik dengan memberikan hadiah kepada Thoria. Ketika sedang berbelanja, mereka membelinya dari seorang pedagang karena kulitasnya yang tak perlu di tanyakan lagi, meskipun pedagang itu terkejut karena Shin membeli hadiah itu dengan jumlah yang sangat besar.

“Apa tidak masalah sebanyak ini?”

“Karena aku sudah terlanjur membelinya, aku malah akan sedikit bermasalah kalau ini tidak di terima. Lihat, Millie sudah mengambil satu.”

Thoria yang sedikit ragu-ragu, telah berhasil di bujuk, sementara Millie, yang sedang duduk dan mendekap Yuzuha di dadanya, membuka salah satu kantung yang penuh berisi permen. Ketika Millie mengeluarkan permen berwarna oranye dari sana, dia manaruhnya ke dalam mulutnya tanpa ragu.

“Manis!”

“Aku senang kau menyukainya.”

Senyuman Millie membuat semua orang di sekitarnya menjadi tersenyum.

Ketika ruang resepsionis tersebut menjadi tenang, suara dari pintu yang terbuka bisa terdengar.

“Sensei, benarkah Onii-chan sudah datang?”

Salah seorang yang muncul dari balik pintu adalah gadis yang berusaha mendekap Yuzuha ketika Shin datang sebelumnya.

“Saat ini tidak bagus, Melka. Karena aku sedang sibuk saat ini.”

“Ehh, tapi aku ingin bermain dengan onii-chan~”

“Maaf. Aku sedang ada pembicaraan penting saat ini. Aku akan bermain bersamamu lain kali.”

“Muuuu, kalau begitu apa onee-chan bisa main?”

“Eh, aku?”

Gadis bernama Melka langsung mengubah targetnya ke Tiera ketika dia di tolak oleh Shin. Apa itu karena dia datang Bersama Shin, ataukah itu intuisi wanita? Untuk gadis kecil itu, sepertinya Tiera dianggap sebagai orang yang tidak perlu di waspadainya. Dia sudah menggapai lengan baju Tiera.

“Um, karena ini adalah pertama kalinya aku datang hari ini, aku tidak terlalu mengerti mengenai permainan…”

“Main?”

“Kuu…”

Melihat Melka yang menatap ke arah Tiera, Shin, sembari terenyum kecut, berfikir “Tak bisa menolaknya”. Dengan suara yang memelas, dan mata yang memohon, kombo dari geadis kecil ini di butuhkan kekuatan yang sangat besar sekali untuk menolaknya. Dia mungkin sedikit licik tergantung pada orangnya, tetapi Tiera, yang sangat jarang bertemu dengan anak-anak, tidak akan mungkin bisa menolaknya.

“Millie, ayo ikut main juga.”

“S-Shin…”

“Maaf, itu mustahil.”

“Pe-Penghianat~”

Tiera meminta bantuan kepada Shin, tetapi dia di Tarik oleh Melka Bersama dengan Millie.
Apa mungkin dia juga sudah tidak bisa menyaksikannya saja? Thoria juga mengikuti mereka untuk menyelamatkannya.

“Umm, apa itu tidak akan masalah?”

“Yah, mungkin.”

Rashia menjawabnya seolah kalau hal itu tidak perlu untuk di hentikan. Meskipun itu adalah masalah lain kalau itu adalah hal yang baik atau buruk bagi Tiera, Shin berfikir kalau itu akan menjadi pengalaman yang bagus baginya dengan bermain dengan anak-anak.

“Ngomong-ngomong, Di mana Wilhelm…?”

“Seperti biasa, dia pergi untuk menyelidiki bishop tersebut. Tidak mungkin dia akan membiarkan semuanya begitu saja.”

“Seperti yang di duga, dia sangat mengerti hal itu.”

Sebagai seorang petualang yang datang dari panti asuhan, Wilhelm nampaknya mengumpulkan informasi dengan bekerja sama dengan sesama teman-teman petualang. Dengan cara ini, Shin berfikir kalau itu adalah hal yang mustahil bisa mengendalikan orang-orang ini dengan patuh satu per satu.

“Apa Shin juga befikir hal yang sama dengan Wilhelm?”

“Tentu saja. Meskipun aku tidak tahu kalau bishop berfikir untuk mengambil alih gereja ini, sejauh yang aku ketahui setelah mendengar ceritanya, aku tidak berfikir kalau pria itu akan menyerah dengan mudah.”

“Tapi akan lebih baik jika tidak ada yang terjadi.”

“Benar sekali. Tolong berikan ini kepada Thoria dan Millie untuk jaga-jaga.”

Shin mengeluarkan 2 aksesoris kecil dari Item Box dan menyerahkannya kepada Rashia. Salah satunya mirip dengan gelang yang di berikannya kepada Rashia sebelumnya, dan yang satu lagi terpasang pada tali berwarna hijau muda dan merupakan semacam kalung kayu biasa yang memiliki bentuk berlian. Jika seseorang berusaha mengatakannya untuk memuji, kalung itu memiliki nuansa buatan tangan, dan jika seseorang ingin meledeknya, maka itu akan terlihat sangat jelek.

“Apa ini?”

“Benda itu memberikan berbagai macam jenis skill magic. Hanya untuk jaga-jaga.”

Dia kemudian menjelaskan jenis sihir macam apa yang di miliki oleh item tersebut untuk menjawab pertanyaan Rashia.
Karena dia sudah di beritahu mengenai efek damage reduction pada gelang miliknya sebelumnya. Kalung tersebut mendapat penjelasan yang lebih utama. Meskipun penampilannya sangat polos, ketika Rashia mendengar material apa kalung dan kayunya terbuat, pikirannya benar-benar menjadi kosong untuk beberapa saat. Salah satu alasan mengapa Shin memilih material ini adalah karena itu tidak akan terlalu mencolok diantara anak-anak di panti asuhan jika di bandingkan dengan kalung dari besi.

“Apa yang bisa ku katakan. Ini sungguh luar biasa!”

“Mengenai kalung Millie, kalung tersebut memiliki kemampuan untuk menahan kemampuannya. Bagaimana dengan gelang yang ku berikan sebelumnya?”

“Aku masih menggunakannya. Aku tidak berfikir kalau itu adalah ide yang bagus dengan terus meminjamnya, tetapi Will memberitahuku untuk terus menggunakannya. Meskipun aku bermaksud untuk mengembalikannya dalam waktu dekat.”

“Tidak, aku tidak masalah dengan tetap seperti itu. Karena keamanan gereja masih belum di pastikan, masih ada kemungkinan Rashia juga mungkin akan menjadi target. Tingkat bahayanya akan bisa di minimalisir jika kau tetap menggunakannya.”

Di bandingkan dengan masalah yang berkelanjutan di dalam panti asuha, kemungkinan Rashia untuk di incar sangatlah tinggi. Oleh karena itu, disamping dari aksesoris milik Millie, gelang untuk Rashia dan Thoria memiliki kemampuan yang cukup besar pula. Mereka bahkan bisa bertahan melawan seorang chosen one sampai pada batas waktu tertentu.

“Terima kasih banyak untuk semuanya.”

“Kau tidak perlu merendahkan diri sampai seperti itu.”

Meskipun Rashia hanya setengah puas dengan cara dia menunjukkan rasa terima kasihnya, kata-kata itu tersimpan di hatinya.

“Tolong ikutlah makan siang dengan kami setidaknya. Kau masih memiliki waktu, ‘kan?”

“Itu benar. Kalau begitu ayo kita makan?”

Rashia kemungkinan ingin membalasnya dengan rasa terima kasihnya, bahkan meskipun hanya sedikit. Dia mengangguk kepada Rashia mengenai makan siang, dan mereka lanjut ke alun-alun di mana anak-anak berada.

Tiera sedang di kelilingi oleh beberapa gadis kecil, mungkin sedang bermain dengan boneka, karena beberapa boneka cantik buatan tangan di taruh di sekelilingnya. Yuzuha, yang di kerumuni sebelumnya, sedang mengungsi di atas kepala Tiera. Yuzuha nampaknya telah belajar kalau takkan ada yang bisa menyentuhnya ketika dia berada di tempat itu.

Sangat kontras dengan gadis-gadis kecil itu, yang sangat senang dan bahagia, entah mengapa, para bocah laki-laki melihat kelompok Tiera dari jauh. Meskipun para bocah laki-laki sedang menendang bola yang terlihat seperti bola sepak, mereka menatap ke arah gadis-gadis terlalu banyak, khususnya ke arah Tiera.

“Para anak laki-laki sangat tenang, ya?”

“Tidak tidak, itu adalah reaksi yang normal.”

Shin mengatakan itu sembari menahan tawanya, sementara Rashia terlihat kebingungan. Dia sepertinya tidak mengetahui mengapa para anak laki-laki tidak mendekati para anak-anak gadis.

“Apa maksudmu?”

Meskipun terdapat anak laki-laki yang ikut tercampur dengan anak-anak gadis, ketika Shin melihatnya, anak laki-laki tersebut nampaknya berada pada umur anak-anak yang baru saja masuk TK. Para anak laki-laki yang melihat dari jauh, seumuran dengan anak-anak yang mendekati masa pubertas. Ketika seorang anak mencapai umur tersebut, akan menjadi sulit untuk berbicara dengan onee-san yang sangat cantik dan lebih tua. Itu tidak berarti kalau semuanya akan menunjukkan kelakuan yang sama, tetapi Shin, yang dulu memiliki pengalaman yang sama, mengerti keinginan mereka untuk berbicara tetapi terlalu malu untuk melakukannya.

“Tiera-san memang sangat cantik, bahkan dari sudut pandang sebagai perempuan, tetapi aku tidak berfikir kalau sesulit itu untuk berbicara dengannya.”

“Yah, aku bisa mengerti hal itu, karena aku juga pernah mengalami hal yang sama dengan para anak laki-laki, tetapi itu bukanlah hal yang aneh walaupun kau tidak mengetahuinya, Rashia.”

Berbicara dengan pola yang sama, ada juga anak-anak yang berada di TK yang jatuh cinta dengan guru mereka, dan anak SD yang tertarik dengan tipe onee-san.

Shin menyinggungkan senyuman masam ketika dia mengingat kembali kenangan manisnya sebagai orang dewasa. Dunianya sangat berbeda, tetapi sepertinya hal yang sama terjadi di manapun. Dia memberitahu Rashia yang berwajah masam agar tak perlu memikirkan hal itu, dan memanggil Tiera yang memberi isyarat kepadanya.

“Shi~n~, teganya kau menelantarkanku?”

“Tidak, tunggu dulu, aku hanya berfikir kalau tidak mungkin bisa menolak mereka.”

“Itu… memang, itu sangat mustahil untuk menolak. *Hah* aku rasa hal itu tak bisa di apa-apakan, ya.”

“Kita kesampingkan saja hal itu, karena aku akan meneraktirmu makan siang, aku ingin mengeluarkan beberapa bahan-bahan makanan. Bagaimana menurutmu?”

“Itu ide yang bagus. Yah, karena aku sudah berjanji untuk membuatkan Yuzuha-chan inarizushi, bagaimana kalau aku membuatkan untuk anak-anak di panti asuhan juga? Bolehkah aku meminjam dapurnya?”

Meskipun matahari sudah tinggi di atas langit, masih ada waktu yang cukup. Tak ada masalah jika mereka tinggal sedikit lebih lama.

Tiera juga memiliki Cooking skill karena dia juga di ajari oleh Schnee. Mata dari anak-anak tertancap pada inarizushi yang sebentar lagi akan di hidangkan di atas piring.

“Maafkan aku. Malah berakhir menjadi kau yang membuatnya, padahal aku yang menyarankannya.”

“Jangan khawatir soal itu, karena aku sendiri yang ingin melakukannya. Meskipun aku mengatakan banyak hal, sangat menyenangkan bermain dengan anak-anak.”

Gereja sepertinya adalah tempat untuk menenangkan hati, karena ada anak-anak yang akan mendekat tanpa malu-malu. Bahkan dari sudut pandang Shin, dia merasa kalau ekspresi Tiera menjadi lebih lembut dari sebelumnya.

Makan siang telah berakhir dan Shin beserta Tiera ingin membantu beres-beres, tetapi kata-kata Rashia, “Aku tidak bisa membiarkan kalian melakukan itu” membuat mereka pamit diri.

Mereka pergi meninggalkan gereja dan kembali ke guild. Karena sudah lewat dari siang hari saat itu, kartu guild Tiera seharusnya sudah selesai.

Bar di dalam guild sangat ramai oleh para petualang yang sedang makan. Mereka langsung menuju ke meja resepsionis utnuk menghindari keramaian, dan memanggil Celica. Apa ada beberapa petualang yang mengambil request pada saat itu? Mereka bisa berbicara tanpa perlu menunggu.

“Ini adalah kartu guild milik Tiera-sama. Silahkan di periksa.”

“Nampaknya tidak ada masalah. Terima kasih banyak.”

Tiera memastikan kartu itu berfungsi tanpa ada masalah. Shin juga akhirnya mengeluarkaan kartu guildnya.

“Sekalian, bisakah kau mendaftarkan kami sebagai party?”

“Baiklah. Mengenai anggotanya, hanya dua orang, ‘kan?”

“Ya, itu benar.”

Mengenai masalah party yang resmi, nampaknya guild membutuhkan sebuah nama party, tapi mereka memutuskan untuk tidak menggunakannya saat ini.

Mereka di antar pergi oleh Celica dan Els dan pergi meniggalkan guild. Tujuan mereka adalah daerah perbelanjaan lagi.

Kali ini, mereka membeli makanan yang di awetkan karena rekan yang akan berpetualang Bersama mereka dalam perjalanan. Karena mereka akan Bersama orang lain selama dalam perjalanan, Item Box tidak bisa di gunakan dengan mudah. Akan tetapi, karena ransumnya di buat menjadi kartu dan di bawa, itu tidak mengubah jumlahnya di bandingkan dengan persiapan perjalanan biasa.

Di samping itu, mungkin bahkan tidak perlu karena ada catatan di dalam request di mana makan di tanggung, tetapi itu di tujukan untuk keadaan darurat. ‘Sedia panyung sebelum hujan’ itulah yang di pikirkannya, dan mereka terus berbelanja.

“Saatnya berangkat sekarang.”

Sembari mereka mengatur item-iten penting yang akan mereka bawa, Shin memanggil Tiera.

“Eh, tapi saat ini masih belum waktunya.”

“Tidak, aku akan membawa Tsuki no Hokora Bersama kita.”

Shin tidak bisa meninggalkan Tsuki no Hokora begitu saja, sebelum berangkat.

“Aku benar-benar melupakan hal itu.”

“Itu tidak bagus, melupakannya, terutama.”

“Aku biasanya tidak akan melupakan sebuah Rumah, tahu’!”

Itu cukup wajar. Itu sangat gila jika memikirkan kalau sebuah Rumah bisa di anggap sebagai barang property.

“Ma-Maaf. Begini, bukannya aku adalah pemilik dari Tsuki no Hokora? Jadi itu hal yang wajar kalau rumah itu bisa di bawa.”

“Lagi pula para generasi lama memang aneh. Atau Shin memang dari sananya sudah aneh?”

“Itu jahat sekali!?”

Tiera mempertanyakannya tanpa segan-segan dengan nada yang menyinggung. Sementara menerima serangan mental, Shin mengeluarkan sebuah kristal berwarna biru muda dari Item Box.

“Ini adalah Crystal Stone. Apa kau pernah melihatnya sebelumnya?”

“Apa itu adalah Crystal Stone? Yang satu ini sangat besar dan benar-benar terlihat, ini adalah sesuatu yang pertama kali ku lihat.”

“Item ini di berkahi dengan sihir Metastasis. Aku bisa berpindah ke titik yang terdaftar dalam sekejap jika aku menggunakannya. Ini sekali pakai, tapi dengan ini kita bisa berpindah ke Tsuki no Hokora tanpa perlu banyak usaha.”

“…Itu benar. Semua hal yang Shin keluarkan semuanya sangat unik.”

“Itu kasar sekali.”

Apa Tiera melebihi batas kekaguman, dan sampai pada titik menerima apa adanya? ‘Shin mengatakan dengan jelas kalau mereka bisa berpindah tempat dalam sekejap dengan kristal metastisis.’

Sangat banyak penyihir yang mencoba untuk menciptakan ulang sihir tersebut sampai sekarang, tetapi mereka bahkan sama sekali tidak bisa bahkan untuk mendapatkan pengetahuan dasarnya saja.

Misteri ini, berada di antara para generasi lama, yang diasumsikan telah menghilang.

Takkan ada orang yang bisa menerima sesuatu yang keluar begitu saja dari sebuah kantung ajaib (Item Box) dengan suara pop. (TL : ShinEmon *Pintu Kemana saja* XD)

“Shin aku ingin memastikan sesuatu.”

“Ah, ok, apa itu?”

“Mungkin, hanya kemungkinan… apa bisa memproduksi item ini?”

Tiera memiliki mata yang berkilau. Itu benar-benar berbeda dari moodnya beberapa saat yang lalu, dan Shin tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

Tetap saja, Shin memahami kalau item yang di keluarkannya nampaknya adalah barang-barang yang memutar balikkan logika, lagi.

“Tolong beritahu padaku, sebelum aku menjawab pertanyaanmu, tetapi apa yang akan orang lain pikirkan dengan sebuah Crystal Stone dengan kemampuan metastisis?”

“…Metastisis itu sendiri, di kenali sebagai sihir yang hilang.”

“Begitu ya.”

Shin mengerti dengan kata-kata itu. Jika itu masalahnya, dia bisa melihat mengapa Tiera akan terkejut. Bahkan dari pengalaman Shin selama ini, Crystal Stone di anggap sangat berharga.

Tetapi dia baru saja menemukan bagian yang ‘hilang’ dari kalimat Tiera yang saulit di percaya. Dia yakin kalau itu akan tersebar ke khalayak umum, tetapi sepertinya hal seperti itu telah di sembunyikan. Itu tidak akan mengejutkan, bahkan jika negera dan organisasi dengan diam-diam menutupinya.

“Kalau begitu aku juga akan menjawab, ya, memang bisa memproduksinya. Jika, dan hanya jika kau memiliki material yang memungkinkan.”

“…Hah. Sudah kuduga begitu. Untuk salah seorang dari Rokuten, sebuah Crystal Stone sangat mudah di buat, ya?”

Dengan dia menyelesaikannya dengaan hembusan nafas berat, Tiera juga, nampaknya mulai mengerti orang seperti apa anggota dari guild Rokuten.

“Ahh, meskipun sangat tidak bagus kalau kau jadi tidak bersemangat, apa bisa aku mentransfer kita sekarang?”

“Ya, silahkan.”

Dia membawa Tiera yang ogah-ogahan ke tempat terbuka yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan sama sekali. Bersama dengan Schnee, dia sudah memastikannya kalau menggunakannya tidak akan ada masalah. Dia bisa menggunakannya bahkan ketika baru saja terbangun di dunia ini, tetapi Shin lebih berfikir untuk lebih baik tidak mengambil resiko. Tidak seperti alat lainnya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika gagal, jadi dia tidak berani untuk menggunakannya.

Ketika Shin membiarkan kekuatan sihir mengalir ke Crystal Stone untuk bertindak sebagai detonator, sihir yang tersimpan di dalam kristal aktif secara otomatis. Pandangan mereka mengabur, dan rak-rak yang berjajar dengan barang-barang terlihat di pandangan mereka setelah beberapa saat.

“Ra-Rasanya agak sedikit aneh. Dan, bagaimana caramu untuk membawa tempat ini?”

“Ayo kita keluar sebentar. Lalu kita bisa memulai percakapannya.”

Shin pergi menuju ke pintu sembari dia bersenandung kecil. Karena Shin memalingkan tubuhnya, Tiera tidak tahu kalau mulut Shin terus bergerak.

Pemandangan itu adalah pepohonan yang sangat familiar di luar toko ketika mereka keluar. Shin melirik sembari memperhatikan area sekitar.

Di sana terdapat tanda hijau yang tidak ada di sana sebelumnya ketika dia datang ke Tsuki no Hokora, bersinar di layar map.

“Ada apa?”

“Ada tikus. Aku rasa ini saatnya untuk mengerjai mereka sedikit.”

Shin mengatakan itu sembari melihat ke arah pepohonan atau tikus? Tiera memiliki tanda tanya yang melayang di atas kepalanya. Meskipun dia ingin menyela kalau Shin mungkin salah tempat kalau mau mencari tikus, lawannya adalah Shin. Logika tidak akan bekerja padanya, jadi Tiera berhenti mempertanyakannya.

Shin selesai melakukan persiapan, berhenti berbicara sendiri, dan mengangkat tangannya mengarah ke Tsuki no Hokora.

Simpan!”

Bersamaan dengan perkataannya, Tsuki no Hokora mulai bersinar redup. Cahayanya menyebar dan menyelimuti seluruh toko, dan sesaat kemudian, cahaya itu menyusut menjadi satu titik.

Cahaya itu tetap melayang di udara untuk beberapa saat dan kemudian perlahan terbang dan turun di tangan Shin setelah itu. Ketika cahaya itu hilang, sebuah kalung dengan bentuk bulan sabit di genggamnya di tangannya. Kalung itu memancarkan cahaya perak dan terlihat sangat berharga di bandingkan desainnya yang kurang bagus. Kilauan transparan membuktikan kalau kalung itu bukanlah perak ukiran biasa.

“Apa ini?”

“Ya, ini adalah Tsuki no Hokora, mode portabel.”

“Kau benar-benar bisa membawanya! Seperti yang di duga.”

Keraguan Tiera terjawab sembari Shin menaruh kalung itu ke dalam Item Box.

Apa Tiera sudah lelah terkejut? Atau dia sudah mulai terbiasa? Kata-kata Tiera murni berisi kekaguman.

Tak ada alasan untuk tetap tinggal terus di tempat yang sudah hilang, meskipun Tiera melihat ke tempat di mana Tsuki no Hokora berada beberapa saat yang lalu, jadi mereka memutuskan untuk pergi menuju ke tempat pemberangkatan dari request mereka. Waktunya sangat pas. Shin mengetahui ini karena waktu yang di tunjukkan pada layar menu. Terlebih lagi, itu karena dia sedang memakai item yang terlihat seperti jam tangan.

Kedua pelamar request lainnya sudah duluan tiba. Karena hal itu, Shin berencana untuk ngobrol sebentar. Mereka akan berpartisipasi di dalam request yang sama untuk beberapa saat, jadi tidak ada salahnya untuk memperdalam persahabatan mereka.

Ketika mereka memasuki kota dari arah gerbang timur dari lokasi Tsuki no Hokora, di sudut plaza sebelum gerbang timur di mana titik keberangkatan berlokasi, gerbong karavan yang sudah terisi barang-barang sudah tiba. Sebuah kelompok beranggotakan dua orang yang merupakan seorang ras Dragnil dan ras Lord sedang berdiri di samping.

“Permisi, apa benar ini karavan milik Nack?”

“Hmm? Itu benar… Oh, kalian berdua adalah petualang yang akan bergabung dengan kami, ‘kan?”

Sang Dragnil lah yang menjawab. Kemungkinan karena dia memikirkan kata-kata yang mirip dengan bergabung lebih dulu, mereka bertugas untuk memastikan dan kemudian Shin di panggil olehnya. Sisik berwarna biru yang menutupi seluruh tubuhnya memberikan kesan yang sangat kuat. Berdasarkan dari suaranya yang berat, kemungkinan dia adalah laki-laki. Longsword yang ada di pinggangnya dan pelindung dada yang terbuat dari semacam kulit yang mencolok. Jika dia tidak terlalu banyak memakai armor pelindung, kemungkinan dia adalah orang yang bermain di bidang kecepatan. Atau mungkin, dia tidak terlalu membutuhkannya karena sisiknya yang sudah cukup keras?

“Ya, kita akan berangkat Bersama, meskipun ini mendadak. Ngomong-ngomong, namaku adalah Shin. Dia adalah Tiera yang membuat party denganku.”

“Aku Tiera. Semoga kita bisa akrab.”

“Yea, namaku adalah Gaien. Senang bersamamu dalam perjalanan kali ini. Dan yang satu ini――”

“Tsubaki, salam kenal.”

Yang memperkenalkan dirinya hanya dengan beberapa kalimat adalah seorang gadis dengan rambut krimson yang panjangnya sampai di punggungnya dengan mata yang merah. Mata merahnya, yang transparan dan sangat kontras dengan rambutnya yang lebih gelap, sedang memperhatikan Shin dan Tiera.

Tingginya bisa di katakan pendek. Setidaknya satu kepalan dari Tiera. Kemungkinan sekitar 150 cemel. Meskipun pernampilannya seperti itu, tidak akan aneh jika seseorang mengatakan kalau dia adalah anak SMA hanya dari penampilannya. Akan tetapi, Shin memiiki pengalaman yang menyakitkan karena menilai seseorang dari penampilannya di dalam THE NEW GATE.

Karena dia bisa bekerja sebagai seorang petualang, Shin menilai kalau mereka tidak akan ada masalah. Shin sangat yakin kalau gadis itu setidaknya memliki kemampuan petualang rank E.

Level Gaien adalah 187, dan Tsubaki level 133. Jika seseorang hanya menilanya dari level saja, Gaien kemungkinan adalah petualang dengan rank A. pedang yang ada di pinggangnya bukan cuman untuk dekorasi semata.

Dan untuk Tsubaki, levelnya sudah melampaui rank E.

“Oh! Apa wajah tambahan sudah datang? Aku adalah Nack sang pedagang. Aku berharap kita bisa akrab sampai tiba di Beirun!”

Ketika mereka memperkenalkan diri satu sama lain, seorang dwarf muncul dari bayangan karavan dan mulai berbicara. Nampaknya, orang ini adalah klien dari requestnya. Tubuhnya yang berotot yang membedakannya dari dwarf biasa, di tutupi oleh pakaian yang di jahit dengan baik, yang memberikan perasaan kalau ada sesuatu yang salah. Mereka dengan baik saling memberi salam, dan langsung menaiki gerbong karavan.

“Semuanya ayo naik. Ini sedikit lebih awal, tapi ayo kita berangkat!”

Suara Nack sangat senang sementara hentakan pecutan terdengar dari kursi pengemudi, dan karavan mulai bergerak dengan pelan.

Dengan karavan yang berisi 5 orang yang melewati gerbang timur, karavan itu bergerak maju menuju ke arah utara, menuju Beirun.

Setelah itu, berita hilangnya Tsuki no Hokora membuat pihak atas di Kerajaan Bayreuth sampai pada titik kebingungan. Itu akan menjadi sebuah cerita di masa depan sebelum Shin dan yang lainnya mengetahuinya.

~~

Menghilangnya Tsuki no Hokora.

Informasi tersebut tidak hanya di ketahui oleh para petinggi eselon dari Kerajaan Bayreuth, tetapi bahkan tersebar pula ke negeri lain, yang mengawasi Tsuki no Hokora, yang terjadi dalam sekejap.

Mulanya, semua orang memastikan kalau itu bukanlah kesalahan. Selama lebih dari 500 tahun, sebelum Dusk of Majesty, bangunan yang tak tergoyahkan itu sudah ada tanpa pernah berubah. Orang-orang tidak pernah berhasil menginvasinya tak peduli seberapa kuatnya mereka, juga tidak mengijinkan monster tingkat tinggi untuk menyusup pula, bahkan tidak selangkah pun. Itu adalah toko rahasia yang di buat dengan teknologi yang hilang, itulah Tsuki no Hokora. Ketika di katakan kalau bangunan itu menghilang, sangat mustahil untuk mempercayainya dengan mudah.

Akan tetapi, setelah memastikannya beberapa kali, satu-satunya jawaban adalah: “Tidak di ragukan lagi”. Pihak yang menerima laporan itu masih baik-baik saja. Di tempat kejadian, syok dari orang-orang yang melihat menghilangnya Tsuki no Hokora di depan mata mereka, juga secara tidak langsung mempengaruhi pihak atasan yang mendengar berita itu dari jauh. Jika seperti ini terus, situasi yang aneh akan terjadi, di mana para mata-mata yang mengawasi Tsuki no Hokora menunjukkan diri mereka di siang hari, dan saling memastikan satu sama lain apakah yang mereka lihat itu sungghan terjadi.

“Apa sebenarnya yang terjadi!?”

Itu adalah atasan mereka yang berteriak.

Sangat bising di dalam ruangan sebuah kastil.

Mereka semua telah berkumpul di ruang rapat, mendiskusikan mengenai permasalahan penting saat ini. Meskipun mereka bangun dari tidur sebelum matahari pertama muncul di cakrawala, tak ada wajah kurang tidur yang terlihat di wajah mereka. Sejak awal, tak ada ukuran untuk hal seperti itu, kecuali satu bagian.

“Baiklah kalau begitu, tak ada kekeliruan dalam laporan itu sama sekali?”

“Ya, tidak ada kekeliruan sama sekali mengenai hal itu.”

Seseorang yang bertanya dari tempat itu, di mana kursi dari kepala meja berada, adalah sang Raja Kerajaan Bayreuth, Jeon Courtade Bayreuth. Dengan rambut pirang, mata biru, dan tinggi 2 mel yang di tutupi oleh otot; orang ini memiliki tubuh dari seorang prajurit.

Dengan segala hormat, itu adalah sang raja yang luar biasa yang menutupi dirinya sendiri dengan kemegahan sebagai pengendali dari tubuhnya, tetapi hari ini tidak terlalu berjalan lancar. Ekspresi yang menderita di wajah Jeon bahkan membuat Perdana Menteri mengkhawatirkan apakah mereka harus tetap melanjutkan menjawab pertanyaannya atau tidak. Kali ini, ini bukan hanya masalah untuk Kerajaan Bayreuth. Kesampingkan saja dulu negara tetangga, penyelidikan pasti akan di kirim dari Kekaisaran dan Imperial jika mereka melakukan pekerjaan yang buruk.

“Tsuki no Hokora… menghilang…ya?”

Semua orang yang hadir memiliki ekspresi yang gelap dan rumit.

Seseorang yang, kurang lebih, sama sekali tidak terpengaruh adalah putri pertama, sang royal magician. Jeon melihat laporan itu semetara mengetahui kalau laporan itu tidak akan berubah tak peduli berapa kalipun dia membacanya. Ini dia isinya.

-Laporan Mengenai Menghilangnya Tsuki no Hokora-

Bulan Ke-empat, hari ke-dua.

Pada saat suara bell ke-12, di indikasi pada saat siang, secara tiba-tiba Tsuki no Hokora mulai memancarkan cahaya.

Setelah beberapa saat, ketika cahaya menghilang, Tsuki no Hokora sudah menghilang.

Mata-mata dari seluruh negeri kebingungan dengan kejadian yang tiba-tiba itu pula.

Ini menyebabkan situasi di mana kami saling menghubungi satu sama lain.

Tak ada reaksi dari skill pendeteksi, meskipun kami sudah menyelidiki lubang tanda yang tertinggal di tanah.

Orang yang bertugas mengawasi di pagi hari mencatat rincian apa yang mereka lihat di dalam laporan. Itu sudah di tuliskan dengan sedetail mungkin, meskipun jumlah kalimatnya hanya beberapa. Tapi sudah tidak memungkinkan untuk memberikan laporan lebih jauh lagi, karena mereka juga tidak terlalu banyak memiliki informasi.

Para mata-mata dari negara lain di area sekitar yang merupakan orang yang saling mereka tukarkan informasi dan orang yang seharusnya mereka waspadai, memahami keadaan yang kacau ini sangat baik. Segitu gilanya lah keadaanya.

Akan tetapi, mereka tidak ingin kembali tanpa memahami apapun. Meskipun Tsuki no Hokora bukan merupakan milik Kerajaan Bayreuth, tetapi lokasinya hampir berada di samping mereka. Mereka sedikit merasa lebih bangga kalau mereka lebih memiliki hubungan yang dekat dengan toko tersebut di bandingkan negara manapun.

“Apa kalian tahu apa yang terjadi dengan Raizar-dono?”

“Tidak, akan tetapi sang putri kedua, Rionne-sama telah melaporkan kalau dia datang menemuinya di Dataran Hantu. Karena jarak yang cukup jauh, hanya itulah satu-satunya tempat yang terpikirkan ketika Tsuki no Hokora menghilang.”

“Begitu ya. Tidak akan ada kekeliruan lagi jika Rionne mengatakan itu, tetapi… selama Raizar-dono tidak memiliki masalah sama sekali, dia setidaknya akan muncul untuk mendistribusikan hasil rampasan perang dalam beberapa hari kedepan, karena jika Raizar-dono sehat-sehat saja, itu pasti akan menyebar ke seluruh negeri.”

Bahkan jika Tsuki no Hokora menghilang, jika Schnee Raizar masih hidup dan baik-baik saja, itu tidak akan menjadi masalah yang serius. Yang terpenting bukanlah bangunannya, tetapi orang yang hidup di sana.

“Beritahukan kepada Rionne ketika Raizar-dono muncul, dia harus melaporkannya dengan Mind Chat sesegera mungkin. Itu adalah perintah!”

“Siap!”

Dia menyampaikan perintah tersebut kepada salah seorang prajurit yang sedang berdiri menjaga, dan pergi. Masih ada beberapa dari generasi lama yang melayani sang raja, dan masing-masing dari mereka sedang berada di tengah-tengah usaha mengumpulkan informasi melalui Mind Chat. Jeon harus mengubah rencananya, karena sudah tidak ada cara lain lagi, meskipun dia harus memberikan tekanan pada jaringan informasinya.

Dan kemudian, karena menghilangnya Tsuki no Hokora belum pernah terjadi sebelumnya, dia memerintahkan sebuah investigasi.

~~

Mari kita mundur beberapa hari sebelumnya.

Sementara Shin dan yang lainnya yang pergi meninggalkan Kerajaan sedang tersentak di atas karavan, mereka saling memastikan satu sama lain. Mereka memastikan apa yang bisa mereka lakukan dan apa yang tidak, karena itu mungkin akan menyebabkan lambatnya pengambilan keputusan di saat genting. Pada dasarnya hanya memastikan level dan job rank masing-masing, dan juga apakah memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir atau tidak. Level dan cara bertempur bisa di pahami secara kasar dengan ini. Karena ada kemugnkinan bahaya terungkapnya level dan kartu truf ketika pertama kali bertemu, mungkin bisa di sembunyikan entah bagaimana caranya.

“Seperti yang kau lihat, aku adalah seorang samurai. Rank petualang adalah A. aku bisa menggunakan charm sampai pada tingkat tertentu, tetapi aku tidak ingin terlalu bergantung pada hal itu.” (TL : Gaien menggunakan “Sessha” untuk merujuk dirinya)

Gaien lah yang memberikan informasi mengenai dirinya pertama kali. Sepertinya dia memang adalah seorang petualang Rank A. Equipmentnya sendiri tidak ada hubungannya dengan jobnya sama sekali. Jadi ketika dia mengatakan “Seperti yang bisa kau lihat” dengan keadaannya saat ini yang tidak memakai kimono, takkan ada seorangpun yang bisa mengetahuinya jika tidak menggunakan Analyze. Samurai adalah job garis depan, hal yang normal kalau dia tidak terlalu banyak menggunakan sihir karena mereka tidak mendapatkan bonus tambahan dari situ. Seperti yang di harapkan dari serangan sihir yang baik, job dari garis belakang yang mendapatkan bonus tambahan (di dalam INT/WIS) pada umumnya menggunakan itu.
(TL : bagi yang nggak paham soal stat di dalam game, INT = Intelegence yang memberikan jumlah kapasitas MP/Mana Point serta menentukan jumlah besarnya damage magic yang di berikan kepada lawan, WIS sama dengan INT. WIS = Wisdom.)

“Aku adalah seorang fist fighter. Rank E. aku bisa sedikit menggunakan support magic untuk meningkatkan agility.”
(TL : agility = AGI, adalah stat yang menentukan movement speed dan attack speed/kecepatan pergerakan dan kecepatan serangan)

Yang selanjutnya membuka mulutnya adalah Tsubaki. Levelnya terlihat lebih cocok untuk rank D, tetapi nampaknya dia baru saja bergabung di dalam guild. Kebetulan, dia memberitahu kalau dia akan segera naik ke rank D dalam waktu dekat ini.

“Aku kurang lebih adalah seorang alchemist, tetapi aku bisa menggunakan busur dan dagger…jika aku harus mengatakannya…aku baru saja mendaftar untuk menjadi petualang, jadi rank milikku adalah G. aku bisa menggunakan wind magic dan water magic arts dan menciptakan obat recovery, jika di perlukan, silahkan panggil saja aku…”
(TL : Seperti di bahas sebelumnya, arts dan skill memiliki perbedaan dalam kekuatan.)

Tiera, yang hampir saja berbicara dengan nada yang formal, melakukan itu karena ini adalah pertemuan mereka yang pertama. Meskipun itu sangat berbeda ketika dia bertemu dengan Shin di Tsuki no Hokora untuk pertama kalinya.

Gaien lah yang menganjurkan untuk berbicara dengan santai, jadi mereka tidak perlu memperhatikan perkataan mereka. Karena mereka harus mempercayakan nyawa mereka satu sama lain, dan tidak ada keluhan sama sekali, yang mengantarkan sampai pada saat sekarang ini.

Meskipun dia khawatir karena memiliki level dan rank yang rendah, obat recovery miliknya sangat meyakinkan, Gaien dan Tsubaki menyemangati Tiera yang merasa sedikit kecil.

Di realita, sangat sulit mengonsumsi sebuah potion selama pertempuran. Meskipun ceritanya beda lagi ketika ada banyak orang, ada banyak situasi di mana hanya ada sedikit waktu saja ketika memburu monster berbahaya. Untuk beberapa petualang yang sering bertempur, memiliki teman yang bisa memberikan recovery magic akan memberikan perbedaan yang besar di dalam bertahan hidup.

“Aku sama dengan Gaien, seorang samurai. Rank E. Aku bisa menggunakan sedikit sihir fire dan lightning. Dan ini adalah Yuzuha. Meskipun dia terlihat seperti ini, dia adalah monster yang hebat.”

Shin memberitahukan kepada mereka mengenai dirinya dan Yuzuha. Termasuk Tiera, dia tidak lupa memberitahukan kalau mereka melakukan pekerjaan mengawal untuk pertama kalinya. Ini karena pengalaman bisa menjadi faktor yang akan memberikan perbedaan antara hidup dan mati. Dia tidak di tanyakan mengenai levelnya kali ini, tetapi jika dia di tanya, dia akan berpura-pura kalau levelnya rendah. Karena dia tidak akan tahu keterkejutan apa yang akan di sebabkannya, jika dia ceroboh mengatakan kalau levelnya lebih dari 200. Ketika seseorang memikirkan umur Shin, tentu saja itu benar-benar tidak normal.

Untuk jaga-jaga, dia sudah mengatur sebelumnya untuk memberitahu cerita yang sama kepada Tiera. Tentu saja, dia sudah melarang Celica, yang mengetahui keadaan, agar tidak mengatakannya juga.

Untuk Yuzuha, dia memberitahukan kalau dia menjalin kontrak dengannya menggunakan kontrak Tamer, dan memberitahukan mereka kalau sama sekali tidak berbahaya.

“Oh, kau bisa menggunakan sihir padahal seorang samurai, ya? Aku tidak mendengarnya secara detail, tapi sepertinya itu membutuhkan latihan khusus. Dan juga tidak biasa bahkan bisa menjinakkan seekor monster.”

“Yah, begitulah. Aku akan kesulitan kalau kau menyangka aku berada pada tingkat magician. Aku menggunakannya hanya untuk pengalihan dan serangan kejutan sampai pada tingkat tertentu. Ngomong-ngomong, Yuzuha, juga sangat kuat loh, benar ‘kan?”

“Kuu!”

Meskipun pengalihan yang di katakannya itu adalah serangan mematikan dengan instant kill yang bisa di ciptakannya jika dia sedang serius, sepertinya itu adalah hal yang umum bagi para petualang rank E.

Karena sebgai garis depan penggunaan sihir hanya secukupnya, Gaien dan Tsubaki seharusnya tidak memiliki harapan yang tinggi, seperti sampai pada tingkat magician juga.

“Apa kalian datang dari Hinomoto?”

“Kami tidak berasal dari sana, tapi mengapa kau berfikir demikian?”

“Hampir semua orang yang datang dari Hinomoto adalah samurai. Ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan samurai selain Gaien.”

Shin terlihat bingung dengan pertanyaan Tsubaki, tetapi mengerti setelah mendengar alasannya. Meskipun begitu Shin juga sudah mengumpulkan informasi via Analyze dan Listening skill, menemukan seseorang yang memiliki job samurai hampir hal yang mustahil. Itulah mengapa Tsubaki mengatakan kalau hal itu adalah sesuatu yang tidak biasa. Tapi, itu bukan berarti kalau Shin tidak pernah melihatnya sekalipun. Ketika dia sedang berjalan menuju ke guild untuk pertama kalinya, seorang Dragnil yang dilihatnya membawa sebuah longsword di pinggangnya sebenarnya adalah Gaien.

“Biasanya adalah seorang warrior atau knight yang terlihat di negeri ini. Dan ada juga job specialization. Kebanyakan orang yang ingin menjadi samurai adalah orang yang keras kepala.”

“Keras kepala!? Itu aneh… karena itu adalah job yang sangat luar biasa dalam melakukan raid…”

Dalam strategi dasar, itu adalah job yang melakukan trik hit and run (pukul dan lari) untuk memberikan pukulan telak sembari terus bergerak dengan cepat, tetapi samurai juga bisa menjadi tank jika di equip dengan warrior armor. (TL : Dalam MMORPG peran tank adalah peran yang bertugas menerima dan menahan serangan musuh agar damager mereka bisa dengan bebas memberikan damage kepada lawan. Perannya lebih seperti tembok berjalan.)

Job itu sangat popular ketika masih di era game tetapi sepetinya generasi di dunia ini sangat berbeda.

“Itu kemungkinan karena syaratnya adalah di butuhkannya untuk menguasai kedua job knight dan berserker.”

“Ah… begitu ya.”

Shin setuju setelah mendengar alasan Gaien.

Pada game spesifikasi, seseorang membutuhkan dua job, knight dan berserker, untuk bisa menjadi samurai. Syaratnya sepertinya sama di dunia ini juga.

Di satu sisi, seorang knight lebih menekankan pada pertahanan, dan di sisi lain, seorang berserker menekankan pada serangan. Menguasai dua job yang saling berlawanan adalah alasan mengapa samurai di kenal sebagai petarung serba bisa. Itu adalah alasan seorang samurai sangat mudah di gunakan. Meskipun ada kompensasi yang besar, Tsubaki nampaknya kesulitan untuk memahami hal tersebut.

“Aku mengerti, tapi kalau boleh jujur, apa job itu sangat kuat?”

“Aku setuju pada poin tersebut, tapi itu memang sangat aneh.”

Kemudian Gaien menyela percakapan antara Tsubaki dan Shin.

“Namun, itu berbeda dalam setiap kebudayaan. Hinomoto adalah negara kepulauan yang tercipta karena bencana alam. Terdapat beberapa markas guild di mana orang-orang dengan job seperti samurai dan shinobi berkumpul di saat yang bersamaan. Orang-orang itu berperan sebagai pemeran kunci sehingga memungkinkan negara terbentuk. Untuk alasan itulah, orang-orang yang menggunakan tubuh mereka untuk bertempur demi Hinomoto memiliki kesan yang mendalam kepada samurai. Negeri itu cukup misterius, meskipun cukup kecil jika di bandingkan dengan negara-negara di benua, jadi hanya ada beberapa orang yang datang di dekatnya. Aku, secara pribadi, terkadang sering merasa kebingungan ketika aku pergi meninggalkan pulau.”

Guild yang Gaien bicarakan nampaknya berbeda dengan guild petualang saat ini.
Mendengar ceritanya tersebut, sepertinya itu adalah guild yang mirip dengan guild ketika di era game.

Shin merasa kalau itu terlalu bagus untuk jadi kenyataan ketika dia mendengar sebuah negeri kepulauan yang di penuhi dengan samurai.

“Ngomong-ngomong, apa nama dari guild yang mendirikan negeri itu?”

“Hmm, salah satu yang paling terkenal adalah ‘Beuties of Nature’, ‘Majin Keppuuroku’, dan ‘Dark Miko Shrine’.”

“H-Heh, begitu ya?”

Shin menunjukkan pemahamannya dengan ‘Begitu ya’, tanpa menambahkan kata-kata lagi.

Guild yang Gaien katakan, dengan gaya nama Jepang, melambangkan samurai dan shinobi, di ciptakan oleh orang-orang yang menyukai pakaian Jepang, seperti pakaian gadis kuil. Di dalam guild itu, samurai, shinobi, dan miko (gadis kuil), memimpin berdasarkan urutan tertinggi, yang saling bersaing kekuatan. Markas guildnya adalah kastil, tak perlu di katakan lagi adalah kuil Shinto, dan berisi banyak player yang sangat esentrik. Karena pasukan bersenjata yang melindungi markas guild hanya berisi para support karakter, mereka mungkin bisa mengusir para monster bahkan jika para player telah menghilang. Shin berfikir kalau mereka bekerja sama, mereka harusnya memiliki kemampuan untuk bahkan memerintah sebuah negara kecil.

“Sebagai tambahan, di sana juga ada beberapa guild kecil pula, tetapi aku tidak terlalu mengingatnya.”

“Aku sangat memahaminya, terima kasih.”

Dia tidak tahu kalau nama negeri itu dulunya berasa dari nama guild di masa era game. Kemungkinan, di sana mungkin sangat banyak hal yang mengejutkan.

~~

Mereka saling bertukar informasi sembari berguncangan di atas karavan selama beberapa hari. Party mereka bergerak dengan lancar tanpa di serang oleh monster, dan karena itu adalah Grimm horse, seekor demon beast, yang menarik karavan, kecepatan mereka dua kali lebih cepat dari kecepatan normal. Ngomong-ngomong, Grimm horse adalah salah satu yang di lihat oleh Shin di gerbang, ketika dia baru datang di Bayreuth untuk pertama kalinya. Sang Tamer, yang di lihatnya sekilas ketika dia memasuki gerbang, adalah Nack yang merupakan klien mereka saat ini. Seorang Merchant dengan Sub-Job Tamer bisa menarik sebauh karavan seperti halnya yang di lakukan oleh player di era game.

Shin dan yang lainnya memutuskan untuk bergantian mengawasi sekeliling, dan siapapun yang bisa mengambil posisi sebagai kusir menggantikan Nack sebagai alternative dan terus melanjutkan perjalanan.

Itu adalah saat ketika Nack mengambil giliran sebagai kusir ketika tanda-tanda dari musuh muncul di jarak persepsi milik Shin.

“Ada sesuatu yang datang. Dan sangat cepat.”

“Apa? Beritahu aku secara detail.”

“Ada 12 sosok di depan. Berdasarkan jumlah dan kecepatannya, kemungkinan itu adalah sekelompok serigala, tapi…”

Meskipun Shin mengetahui detail sepenuhnya, dia secara sederhana memberikan mereka beberapa spekulasi, karena akan sangat bermasalah jika dia memberitahukan mereka terlalu detail.

“Itu saja sudah cukup. Ayo kalian! Saatnya untuk bekerja!”

Ketika Nack mendengar situasinya dari Shin, dia langsung menaikkan nada suaranya, sebelum Shin selesai berbicara. Seperti yang di harapkan dari mantan petualang, keberaniannya menggema di udara. Suaranya itu sangat keras sampai-sampai jika seseorang sedang tidur, mereka akan melompat karena kaget. Tetapi, kata-katanya lebih terdengar seperti bandit di bandingkan seorang pedagang.

Ketika suaranya mengeras, Gaien dan Tsubaki sudah selesai bersiap-siap. Tiera juga sedang memegang busurnya, dan memastikan posisi quiver miliknya. Nampaknya Gaien juga sudah melihat tanda tersebut.

“Itu adalah sekelompok serigala seperti yang di katakan oleh Shin. Aku mengkhawatirkan soal pergerakkan 2 hewan yang berada di belakang, tetapi pertama-tama, ayo kita urus dulu 10 hewan yang memimpin.”

“Aku memikirkan hal yang sama. Jika mereka bermaksud mendekati seekor Grimm horse yang menarik karavan, maka aku tahu kalau mereka bukanlah hewan liar biasa.”

Shin, yang mendengarkan Gaien dan Nack yang saling bertukar pendapat, melihat ke arah detail para monster yang muncul.

Nama para monster itu adalah Jag Wolf. Ukurannya dua kali lebih besar dari serigala biasa, monster yang sangat agresif. Kecepatan pergerakan mereka berada di tingkat yang berbeda jika di bandingkan dengan serigala biasa. 10 dari mereka datang menuju ke arah Shin dan yang lainnya. Level rata-rata mereka adalah 100, dengan salah satu dari mereka dengan level 200. Yang satu ini kemungkinan adalah pemimpin dari kelompoknya. Dengan dua lainnya yang tetap berada di belakang, level mereka bahkan tidak mencapai level 10. Mereka mungkin tertinggal di belakang karena bahayanya.

3 dari 10 Jag Wolf maju terlebih dahulu mendahului kelompoknya. Sisanya membagi menjadi dua ke kiri dan ke kanan, menyebar ke dalam pepohonan dengan lancar, sementara tiga yang memimpin, termasuk sang pemimpinnya, semakin mendekat.

Jalan di mana karavan saat ini sedang berada di tengah-tengah hutan. Sepertinya mereka bermaksud untuk melakukan serangan kejutan menggunakan hutan sebagai perlindungan. Gaien nampaknya berhasil memahami situasi dari musuh yang mendekat, dan langsung memberikan arahan tanpa perlu Shin menyarankannya.

“Menyebar ke kiri dan ke kanan. Aku akan menahan yang di depan. Shin ke kanan, Tsubaki ke kiri. Tiera berikan support dari atas karavan. Nack-dono, tetap berada di dekat kuda. Aku rasa kudanya tidak akan menjadi liar jika tamer-nya ada di dekatnya.”

“Tak ada mundur untuk situasi saat ini. Ayo!!”

Nack menghentikan karavan di tempat yang cukup luas, dan masing-masing dari mereka di berikan posisi untuk di pertahankan. Yuzuha tetap tinggal di samping Grimm horse untuk jaga-jaga.

“Ini dia!!”

Teriakan Gaien adalah sinyal dengan ketiga serigala yang memimpin menunjukkan pergerakan. Salah satu yang berada di tengah melompat maju dari depan dan dua sisanya meyebar ke kiri dan ke kanannya.

Gaien, dengan longsword di tangan kanannya dan sarung pedang di tangan kirinya, menerobos ke depan.

“Nuun!!”

Semacam cahaya aura biru muda menyelimuti tubuh Gaien ketika Jag Wolf mendekat, menjauhkan makhluk buas itu.

Terhenti dengan jeda sesaat, kedua Jag Wolf lainnya mendekat. Tanpa panik Gaien, menebas rahang makhluk buas di samping kanannya dengan melepaskan ayunan lebar dan melompat ke kiri, di mana yang satu di samping itu menerima pukulan di mulutnya dan dengan itu di bungkam.

Jag Wolf yang tersisa, yang sudah tersudutkan, melihat kawanannya di kalahkan dalam sekejap, dan menjadi takut.

“Mu, entah mengapa ini sangat mudah.”

Dia menggerutu dengan kecilnya perlawanan, tetapi Gaien tidak perlu mengeluarkan semua kemampuannya melawan musuh yang lemah, jadi Gaien mengkonsentrasikan perhatiannya ke arah sang pemimpin yang mendekat.

“Seperti yang di duga. Ngomong-ngomong, ada juga yang datang ke sini.”

“Yang di sebelah kiri sangat cepat. Apa kau bisa melihatnya dari atas?”

Mendengar peringatan dari Shin, yang melihat Jag Wolf yang mendekat dari hutan, Tsubaki menjawab dan bertanya kepada Tiera.

“Aku melihatnya!”

Tiera sudah mengincar salah satu yang tercepat dan menembakkan panahnya ke dalam hutan.

Raungan kesakitan terdengar dari titik di mana panah tersebut mendarat, dan salah satu tanda yang di tampilkan di layar milik Shin menghilang.

“Apa kau membunuhnya?”

Dengan Tiera yang lega, Tsubaki menyuarakan kekagumannya.

“Ya aku membunuhnya.”

Shin mengira kalau dia tidak akan bisa membunuhnya dalam sekali tembak ketika dia memikirkan perbedaan levelnya, tetapi Jag Wolf tersebut tidak di sangka nampaknya kehabisan tenaga. Kemungkinan serangannya mengenai titik vital.

Apa itu karena mereka mendapatkan serangan balasan yang tidak terduga dari sisi kiri? Para Jag Wolf kembali ke tempat di mana sang pemimpin berada.

“Mereka mundur, ya? Tsubaki, tolong bantu Gaien. Tiera dan aku sudah cukup untuk mempertahankan posisi ini.”

“Aku mengerti.”

Dengan Tsubaki yang bergerak sesuai instruksi dari Shin, seekor Jag Wolf keluar dari hutan di sisi kanan. Serangan cakar dari Jag Wolf melewati samping Shin, dan bergerak menuju tempat di mana Nack berada. Serangan yang di arahkan ke Shin nampaknya adalah tipuan.

Tetapi, itu terlalu ceroboh kalau berfikir itu bisa mengejutkan Shin dengan tingkat seperti itu.

Shin memiringkan tubuhnya untuk menghindari cakar Jag Wolf dan di saat yang bersamaan, menarik Katana untuk menangkis. Yang di Tarik keluar dari sarung pedangnya adalah yang menggantung di pinggangnya adalah sebuah longsword katana yang dia tempa di Tsuki no Hokora sebelumnya. Satu serangan dari pedang yang memiliki kemampuan yang sama dengan Magic Sword tingkat menengah; serangannya meninggalkan jejak cahaya putih di udara dan leher Jag Wolf pun tertebas.

Ketika tubuh Jag Wolf jatuh, Shin berfikir kalau kemampuan fisiknya meningkat secara proposional karena penglihatan kinetik miliknya, tapi dia hanya memiliki waktu untuk memperhatikan Jag Wolf. Dan kemudian dia merasakan kalau ada sesuatu yang janggal.

Sembari memikirkan sumber dari perasaan tidak nyamannya itu, Shin merasakan Jag Wolf lainnya mendekat. Para Jag Wolf kemungkinan tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan kawannya, karea taringnya sudah keluar ketika Shin mengalihkan matanya. Itu adalah jarak yang cukup dekat untuk Shin bisa membalas serangan menggunakan pedangnya.

Dengan sebuah panah yang menusuk dahi dari Jag Wolf sebelum dia bisa mengayunkan katana miliknya. Melihat serigala itu mendapat luka serius, Shin menghindari dengan liukan dengan Jag Wolf tersebut jatuh melewatinya karena pengaruh dari momentum lompatannya, dan kemudian dia berbalik ke arah Tiera.

“Cover yang bagus!”

“Itu tidak bagus, haaah.”

Tiera, yang menembakkan panah tersebut,menghembuskan nafas lega, dan mengambil panah selanjutnya.

Instant sniping cukup sulit untuk di pertahankan. Tak peduli bagaimanapun seseorang melihatnya, itu bukanlah gerakan yang di ketahui oleh petualang pemula. Schnee melatihnya bukan cuman untuk pertunjukkan saja.

“Jika kau bisa melakukan gerakan itu, kau tidak akan mendapat masalah di Rank E. pergilah cover sisi yang lain dengan cepat!”

“Tsubaki juga mengatakan hal yang sama. Baiklah, aku mengerti.”

Mereka mengalihkan perhatian mereka kedepan dengan Gaien dan Tsubaki melawan 5 serigala, termasuk pemimpinnya. Apa Tsubaki meningkatkan agility miliknya, seperti yang dia katakan sebelumnya? Tubuhnya tertutupi oleh aura putih yang tipis sembari bermain-main dengan Jag Wolf.

“Haa!!”

Salah satu dari serigala tidak bisa mengikuti kecepatannya dan menerima pukulan telak dari tinjunya dan musnah.

Gauntlet Tsubaki yang bercahaya redup tenggelam di tubuhnya, dan serigala itu terlempar ke pohon sembari terbungkuk ke belakang, tanpa bergerak. Itu adalah pemandangan di mana seseorang akan bertanya dari mana kekuatan itu berasal, dengan lengan sekecil itu.

Level Tsubaki adalah 133. Hampir ada lebih dari 30 perbedaan level jika di bandingkan dengan Jag Wolf, meskipun begitu, dia memberikan perasaan kuat.

“Ini aneh. Gerakkan mereka agak sedikit lamban.”

“Aku setuju. Rekasi mereka agak sedikit lunak.”



Sementara Gaien menggumamkan itu dan sembari melempar musuhnya ke tanah, Tsubaki juga setuju.
Nampaknya semua orang merasakan kalau ada yang aneh.

Shin ikut bergabung dan menjadi 3 lawan 3 dengan anggota kawanan tersebut, termasuk sang pemimpin. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mundur sama sekali. Normalnya, mereka seharusnya sudah mencoba untuk kabur.

“Hei, bukankah mereka agak sedikit terlihat kurus?”

Shin mengatakan itu ketika dia menyadarinya ketika dua orang yang lainnya membahas soal perasaan ganjil tersebut. Para Jag Wolf itu rusuknya bisa terlihat jika di lihat dengan seksama, bahkan sang pemimpinnya juga.

“Sepertinya demon essence mempengaruhi monster ini juga entah bagaimana. Mereka kemungkinan mengincar Grimm horse karena daging dan demon essence-nya. Itu menjelaskan mengapa kurangnya perlawanan yang aku rasakan tadi.”

Gaien mengangguk ketika dia memahaminya, tanpa menurunkan kewaspadaannya menghadapi para Jag Wolf.

Ada monster yang terlahir dari pengaruh demon essence, dan hewan liar yang menjadi monster karena pengaruh dari demon essence. Sebelumnya mungkin bisa terus bertahan hidup dengan demon essence saja, tetapi selanjutnya akan berbeda. Mereka harus memakan daging dan tidak bisa hanya menyerap demon essence untuk mempertahankan tubuh mereka. Umumnya yang terjadi pada tipe seperti ini sering menyerang orang dan ternak, tetapi tidak terlalu menjadi perhatian publik, karena sebelumnya mereka memiliki demon essence yang sangat kuat. Gaien menjelaskan situasinya. Sedangkan Shin, karena dia tidak mengingat detail bagaimana para monster muncul selama di dalam game, dia berusaha mengingat ini untuk referensi di masa depan.

“Mereka sudah siap mati karena sudah tidak bisa pergi kemanapun.”

Tsubaki mengatakannya dengan jujur. Bahkan untuk para monster di dunia ini, mereka harus menjadi kuat agar bisa terus hidup. Bahkan sebelum hukum rimba berlaku, semua makhluk hidup adalah sama. Tak ada batas yang membedakan antara monster dan manusia di sini.

Harus diingat kalau request Shin dan yang lainnya adalah untuk mengawal karavan. Jika para serigala itu kabur, mereka tidak akan mengejarnya, tetapi mereka tidak bisa malakukan apapun selain membunuhnya jika mereka kembali menyerang.

Pilihannya tersisa ada pada para Jag Wolf apakah harus mati kelaparan atau mati bertempur.

“Kita juga di sini membahayakan nyawa untuk ini. Shin, tak ada gunanya menahan diri.”

Tetapi, dia belum pernah bertemu dengan musuh se putus asa ini.

(Keputusannya berbeda dengan dirinya sebelumnya. Meskipun itu hanya perbedaan, tetapi itu tidak bisa di lakukan begitu saja dengan mudah.)

Ini bukan soal melawan musuh yang kuat, ataupun berburu maupun bertarung.

Ini bertarung demi bertahan hidup.

Sampai pada tingkat itu tekanan yang di terima sangat benar-benar berbeda.

(Terlebih lagi, dua dari mereka yang berada di belakang masih kecil.)

Kedua serigala yang mendekat selangkah demi selangkah masihlah sangat kceil dengan ukuran anak anjing.

Apa karena dia adalah orang Jepang, sehingga pedangnya menjadi tumpul?

“Aku akan membunuh pemimpinnya. Tsubaki di sebelah kanan, Shin di sebelah kiri.”

“Mengerti.”

“Siap.”

“Kalau begitu… ayo!!”

Timingnya sangat tepat.

Tsubaki dan Shin adalah yang pertama memulainya.

Tsubaki melangkah maju ke pertempuran dengan aura yang terus menutupinya. Berdasarkan sudut pandang dari Jag Wolf, dia merasa kalau ada kesempatan dia akan di habisi jika dia berkedip. Menghadapi musuh, yang membeku karena refleks, Tsubaki mengayunkan tinjunya tanpa ampun.

Jag Wolf tersebut menghantam tanah dengan suara retak, dan kemudian mengejang beberapa kali sebelum berhenti bergerak.

Shin juga mengambil kuda-kuda dan mengangkat pedangnya ke atas kepala, melangkah maju dengan kecepatan yang tidak kalah dri Tsubaki. Katana tersebut mengayun ke bawah ketika dia melangkah ke depan. Jag Wolf tersebut tidak bergerak. Tidak, tidak bisa baginya untuk bergerak.

Di saat yang bersamaan ketika jejak cahaya tebasan di udara menghilang, tubuhnya terbelah diagonal. Mata dari Jag Wolf itu berkedip beberap kali sembari berbalik ke arah Shin. Dia mungkin bahkan tidak menyadari tebasan itu.

“Kalau begitu permisi.”

“Umu, baiklah.”

Gaien melangkah maju di antara Shin dan Tsubaki, alasan mengapa pemimpin itu tidak menyerang Shin dan Tsubaki karena Gaien sudah menekannya dengan kekuatan.

Sudah tidak ada lagi kesempatan untuk menang. Tapi tetap saja, sang pemimpin Jag Wolf tidak mundur sama sekali. Dia mengeluarkan auman pendek dan menaruh kekuatan di anggota tubuhnya. Keinginannya untuk hidup sangat jelas. Meskipun dia merasa kalau sudah tidak ada harapan lagi, Shin merasa hormat melihat sosok itu.

Sang pemimpin mengeluarkan kekuatannya untuk beberapa detik. Di dalam terjangan terakhirnya, dia menghabiskan semua tenaganya, mengincar Gaien. Kecepatannya seperti yang di duga dari pemimpin kawanan; sangat kuat.

“Luar biasa.”

Gaien lah yang mengucapkan kalimat pujian. Dia mempersiapkan longsword miliknya sembari menghadapi sang pemimpin yang datang.

Bagi sang pemimpin, yang mendekat dengan lurus, Gaien bergerak dengan tenang. Sosok dari Gaien yang tanpa ragu-ragu, dengan langkah kesamping kakinya.

Di saat mereka bersilangan. Sesaat kemudian, bersamaan dengan ayunan kebawah pedang Gaien, di sanalah sosok sang pemimpin yang terbelah dua.

Sembari mengibaskan darah dari pedangnya, Gaien mengalihkan matanya ke arah dua Jag Wolf krcil terakhir yang ada di depan.

“Apa yang akan kita lakukan?”

Bagaimana orang di dunia ini akan membuat keputusan di saat seperti ini. Untuk mendapatkan jawabannya atas pertanyaannya, Shin memanggil Gaien.

“Aku akan membunuh mereka jika mereka menyerang, tapi aku tidak akan mengejar mereka jika mereka memutuskan untuk pergi. Tugas kita adalah mengawal, bukan berburu monster. Dalam kasus ini, aku tidak tahu apakah dua serigala kecil itu bisa bertahan hidup sendirian atau tidak.”

Kalau mereka bisa bertahan, mereka mungkin akan di serang oleh orang lain. Tetapi, itu sudah beda cerita lagi. Jika mereka muncul di luar desa di dunia ini, itu adalah pengetahuan umum untuk mempekerjakan pengawal atau belajar pertahanan diri. Mereka mungkin akan di serang oleh monster atau bahkan bandit dalam kesempatan lain. Meskipun mereka membunuh anak-anak Jag Wolf tersebut itu di sini, kemungkinan orang lain menyerang karavan, termasuk mereka juga, sama sekali tidak akan berkurang.

Anak-anak itu mungkin mengerti kalau orang tua mereka telah mati. Mereka menghilang ke dalam hutan dan kabur.

“Entah mengapa, ini meninggalkan rasa yang tidak enak di tenggorokan.”

“Kali ini sangat berbeda dengan bertarung melawan monster biasa, ya.”

Shin membenarkan perkataan Tiera.

“Aku merasakan simpatimu. Aku tidak pernah mengalami pertempuran seperti ini sebelumnya.”

Gaien setuju.

“Tapi itu bukanlah hal yang bagus kalau terlalu memikirkannya juga.”

Apa yang di katakan oleh Tsubaki benar; jika mereka terlalu mengkhawatirkan hal itu dan membiarkan pedang mereka menjadi tumpul, teman mereka mungkin akan jadi korban selanjutnya. Mereka harus lebih praktikal.

“Apa sudah selesai? Kalau begitu ayo cepat dan berangkat.”

Nack, yang berada di dekat Grimm horse, memanggil keepmat orang itu. Seperti yang di duga dari mantan petualang veteran, dia berganti gigi dengan sangat cepat. Dia tidak terguncang melihat kejadian barusan sama sekali.

“Tetap saja, mereka sampai tidak bisa makan dan menjadi kurus, pasti ada sesuatu di dalam hutan, ‘kan?”

Gaien kemudian menjawab pertanyaan Shin.

“Ya, tak ada yang bisa ku tambahkan. Jag Wolf adalah monster yang cerdas. Sangat sulit memikirkan mereka bisa gagal dalam berburu sampai berada pada kondisi seperti itu.”

“Bahkan jika suplai makanan menipis?”

“Mereka juga memakan para goblin. Itu hal yang tidak masuk akal kalau menganggap para goblin tersapu habis, ‘kan?”

“Aku setuju. Jika salah satu mereka bisa di temukan, 30 dari mereka pasti akan keluar.”

Tsubaki mengatakan dengan cara seperti mengatakan K* yang sering merayap di dalam rumah. Lagi pula, kemampuan reproduksi para goblin sepertinya sama sekali tidak berubah, sama seperti ketika masih di dalam game. (TL : K = Kecoa. Karena Goblin itu seperti kecoa.)

“Aku mendengar cerita kalau para Skull Face muncul dalam jumlah besar di Dataran Hantu. Bukankah itu ada pengaruhnya?”

Ketika Tsubaki mengatakan itu, Shin membuka mulutnya karena dia baru saja teringat.

“Ah, iu mengingatkanku, aku mendengar kalau semua petualang ber-rank tinggi di kirim oleh Guild, bukankah itu adalah semacam request sekala besar?”

“Soal itu ya? Pada saat itu, aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah selama beberapa hari, ke kota daerah selatan bersama Tsubaki. Jadi aku tidak ikut berpartisipasi.”

Kemudian Tiera dengan diam-diam berbisik ke telinga Shin.

“(Hei, Shin.)”

“(Ada apa?)”

“(Skull Face itu, adalah request yang di jalankan oleh master, ‘kan?)”

“(Benar, mereka itu sangat kuat. Itu mungkin adalah penyebabnya.)”

Ada kemungkinan kalau teritori mereka di penuhi dengan para Skull Face.

“Meskipun begitu, kita tidak tahu apa alasannya. Itu bukanlah hal yang berguna meskipun kita memikirkannya. Jadi aku akan pergi tidur.”

Melakukan hal dengan caranya sendiri, Tsubaki mengatakan itu dan memakai jubahnya. Itu adalah hal yang biasa bagi seorang petualang yang bisa tidur di atas karavan yang berguncang. Karena ada shift untuk melakukan pengawasan dan menjadi kusir, itu adalah tugas yang penting untuk beristirahat selama kau bisa.

“Seperti yang di katakan oleh Tsubaki. Tidak ada cukup informasi meskipun kita memikirkannya. Karena itu akan memkana waktu yang cukup banyak.”

“Itu benar. Untuk saat ini, apa aku harus merawat persenjataan kita ya? Tiera apa yang akan kau lakukan?”

“Karena selanjutnya adalah giliranku, aku akan berada di kursi kusir.”

Ketika Tiera mengatakan itu, dia kelaur dari kanopi, dan pergi ke samping Nack.

Berdasarkan Schnee, Tiera mempelajari skill yang di butuhkan oleh seorang petualang, jadi dia bisa mengambil alih posisi sebagai kusir tanpa ada masalah. Sebaliknya, malahan Shin yang sama sekali tidak punya pengalaman. Karena seekor kuda bisa berjalan sendiri tanpa dia harus mengarahkannya ketika dia mengatur tujuan ketika di dalam game, jadi dia tidak terbiasa melakukan hal seperti itu.

“Apa? Seorang petualang tidak bisa mengemudikan karavan? Bahkan gadis muda pun bisa melakukannya.”

“Ugh…”

Meskipun itu hanya kalimat yang sederhana, apa yang di katakan oleh Nack membuatnya sedikit hilang semangat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar