Volume
3 Chapter 1 – Part 2
Mereka berjalan selama beberapa
menit, tetapi gereja masih belum buka dan Rashia serta Thoria masih sedang
membersihkan area sekitar. Ketika Shin dan Tiera memasuki halaman gereja, Rashia,
yang menyadarinya, berlari ke arah kedua orang itu.
“Ternyata Shin-san! Apa yang kau
lakukan hari ini?”
“Aku datang untuk memeriksa situasi.
Bagaimana mengenai masalahnya?”
“Baiklah kalau begitu, silahkan
masuk ke panti asuhan. Um, orang ini?”
“Ah, namaku adalah Tiera. Senang
bertemu denganmu.”
“Maafkan aku tidak memberitahumu
lebih awal. Aku adalah sister di gereja ini, dan namaku adalah Rashia.”
Kepada Tiera, yang memperkenalkan
dirinya dengan agak sedikit gugup, Rashia menjawab dengan ekspresi yang tenang.
Apa ada kemajuan dari pembahasannya? Ketenangan yang di tunjukkannya tidak bisa
di bayangkan beberapa hari yang lalu.
Meskipun Rashia terkejut mengenai
Tiera yang merupakan pegawai dari Tsuki no Hokora, karena itu adalah
kenyataannya, itu tidak masalah untuk mengajaknya ke panti asuhan.
Shin mengira kalau tugas dari gereja
mungkin akan tertunda, tetapi sepertinya gereja sedang di tutup hari ini.
Ketika mereka tiba di ruang resepsionis di panti asuhan, entah mengapa Millie
sedang duduk di sofa.
“Shin-nii!”
Ketika dia menyadari kalau itu
adalah Shin yang masuk setelah Rashia dan Tiera, dia melompat dengan antusias.
Melihat keadaan gadis yang menempel dengannya sembari tersenyum, Shin merasa
kalau masalah pewarisannya telah di selesaikan.
“Yo, kau terlihat sangat senang.”
“Panti asuhan tidak hilang! Berkat
bantuan Shin. Terima kasih!”
Dia sepertinya sedang berada dalam
mood yang sangat bagus sebagaimana dengan perasaannya, yang terlihat, dan
tercermin oleh ekspresinya. Bagi Millie, kemungkinan hilangnya panti asuhan
adalah masalah besar.
Shin menunggu Millie untuk tenang
dan kemudian duduk di sofa, karena dia telah memutuskan untuk mendengarkan
seluruh cerita setelah Tiera selesai memperkenalkan dirinya.
“Berkat Shin sudah di putuskan kalau
aku akan mewarisi gereja sebagai pendeta selanjutnya tanpa ada masalah.
Pengumuman resminya masih belum di keluarkan, tetapi aku berfikir semuanya akan
baik-baik saja kecuali hal yang sangat ekstrim terjadi.”
Pendeta, yang tinggal di distrik
bagian atas di mana para bangsawan tinggial, datang ke panti asuhan beberapa
saat yang lalu; dia datang untuk memastikan apakah diperolehnya skill Rashia
benar atau tidak.
Ketika dia di tanya bagaimana dia
mendapatkan skill tersebut, dia menjawab kalau itu adalah hasil dari latihan.
Kenyataannya, Karena pendeta itu sepertinya mengingat kalau memang bisa
mempelajari skill melalui latihan, dia nampaknya tidak di ragukan untuk saat
ini.
“Anak-anak juga sangat senang, pula.
Sungguh, bagaimana aku bisa berterima kasih?”
“Karena aku sudah mendapatkan hadiah
yang di janjikan, tolong tidak usah terlalu meimikirkannya. Ah, ini adalah
sebuah hadiah.”
Karena Shin khawatir kalau Rashia
akan terlalu mengkhawatirkan hal tersebut, dia mengubah topik dengan memberikan
hadiah kepada Thoria. Ketika sedang berbelanja, mereka membelinya dari seorang
pedagang karena kulitasnya yang tak perlu di tanyakan lagi, meskipun pedagang
itu terkejut karena Shin membeli hadiah itu dengan jumlah yang sangat besar.
“Apa tidak masalah sebanyak ini?”
“Karena aku sudah terlanjur
membelinya, aku malah akan sedikit bermasalah kalau ini tidak di terima. Lihat,
Millie sudah mengambil satu.”
Thoria yang sedikit ragu-ragu, telah
berhasil di bujuk, sementara Millie, yang sedang duduk dan mendekap Yuzuha di
dadanya, membuka salah satu kantung yang penuh berisi permen. Ketika Millie
mengeluarkan permen berwarna oranye dari sana, dia manaruhnya ke dalam mulutnya
tanpa ragu.
“Manis!”
“Aku senang kau menyukainya.”
Senyuman Millie membuat semua orang
di sekitarnya menjadi tersenyum.
Ketika ruang resepsionis tersebut
menjadi tenang, suara dari pintu yang terbuka bisa terdengar.
“Sensei, benarkah Onii-chan sudah
datang?”
Salah seorang yang muncul dari balik
pintu adalah gadis yang berusaha mendekap Yuzuha ketika Shin datang sebelumnya.
“Saat ini tidak bagus, Melka. Karena
aku sedang sibuk saat ini.”
“Ehh, tapi aku ingin bermain dengan
onii-chan~”
“Maaf. Aku sedang ada pembicaraan
penting saat ini. Aku akan bermain bersamamu lain kali.”
“Muuuu, kalau begitu apa onee-chan
bisa main?”
“Eh, aku?”
Gadis bernama Melka langsung
mengubah targetnya ke Tiera ketika dia di tolak oleh Shin. Apa itu karena dia
datang Bersama Shin, ataukah itu intuisi wanita? Untuk gadis kecil itu,
sepertinya Tiera dianggap sebagai orang yang tidak perlu di waspadainya. Dia
sudah menggapai lengan baju Tiera.
“Um, karena ini adalah pertama
kalinya aku datang hari ini, aku tidak terlalu mengerti mengenai permainan…”
“Main?”
“Kuu…”
Melihat Melka yang menatap ke arah
Tiera, Shin, sembari terenyum kecut, berfikir “Tak bisa menolaknya”. Dengan
suara yang memelas, dan mata yang memohon, kombo dari geadis kecil ini di
butuhkan kekuatan yang sangat besar sekali untuk menolaknya. Dia mungkin
sedikit licik tergantung pada orangnya, tetapi Tiera, yang sangat jarang
bertemu dengan anak-anak, tidak akan mungkin bisa menolaknya.
“Millie, ayo ikut main juga.”
“S-Shin…”
“Maaf, itu mustahil.”
“Pe-Penghianat~”
Tiera meminta bantuan kepada Shin,
tetapi dia di Tarik oleh Melka Bersama dengan Millie.
Apa mungkin dia juga sudah tidak bisa menyaksikannya saja? Thoria juga mengikuti mereka untuk menyelamatkannya.
Apa mungkin dia juga sudah tidak bisa menyaksikannya saja? Thoria juga mengikuti mereka untuk menyelamatkannya.
“Umm, apa itu tidak akan masalah?”
“Yah, mungkin.”
Rashia menjawabnya seolah kalau hal
itu tidak perlu untuk di hentikan. Meskipun itu adalah masalah lain kalau itu
adalah hal yang baik atau buruk bagi Tiera, Shin berfikir kalau itu akan
menjadi pengalaman yang bagus baginya dengan bermain dengan anak-anak.
“Ngomong-ngomong, Di mana Wilhelm…?”
“Seperti biasa, dia pergi untuk
menyelidiki bishop tersebut. Tidak mungkin dia akan membiarkan semuanya begitu
saja.”
“Seperti yang di duga, dia sangat
mengerti hal itu.”
Sebagai seorang petualang yang
datang dari panti asuhan, Wilhelm nampaknya mengumpulkan informasi dengan
bekerja sama dengan sesama teman-teman petualang. Dengan cara ini, Shin
berfikir kalau itu adalah hal yang mustahil bisa mengendalikan orang-orang ini
dengan patuh satu per satu.
“Apa Shin juga befikir hal yang sama
dengan Wilhelm?”
“Tentu saja. Meskipun aku tidak tahu
kalau bishop berfikir untuk mengambil alih gereja ini, sejauh yang aku ketahui
setelah mendengar ceritanya, aku tidak berfikir kalau pria itu akan menyerah
dengan mudah.”
“Tapi akan lebih baik jika tidak ada
yang terjadi.”
“Benar sekali. Tolong berikan ini kepada
Thoria dan Millie untuk jaga-jaga.”
Shin mengeluarkan 2 aksesoris kecil
dari Item Box dan menyerahkannya kepada Rashia. Salah satunya mirip dengan
gelang yang di berikannya kepada Rashia sebelumnya, dan yang satu lagi
terpasang pada tali berwarna hijau muda dan merupakan semacam kalung kayu biasa
yang memiliki bentuk berlian. Jika seseorang berusaha mengatakannya untuk
memuji, kalung itu memiliki nuansa buatan tangan, dan jika seseorang ingin
meledeknya, maka itu akan terlihat sangat jelek.
“Apa ini?”
“Benda itu memberikan berbagai macam
jenis skill magic. Hanya untuk jaga-jaga.”
Dia kemudian menjelaskan jenis sihir
macam apa yang di miliki oleh item tersebut untuk menjawab pertanyaan Rashia.
Karena dia sudah di beritahu mengenai efek damage reduction pada gelang miliknya sebelumnya. Kalung tersebut mendapat penjelasan yang lebih utama. Meskipun penampilannya sangat polos, ketika Rashia mendengar material apa kalung dan kayunya terbuat, pikirannya benar-benar menjadi kosong untuk beberapa saat. Salah satu alasan mengapa Shin memilih material ini adalah karena itu tidak akan terlalu mencolok diantara anak-anak di panti asuhan jika di bandingkan dengan kalung dari besi.
Karena dia sudah di beritahu mengenai efek damage reduction pada gelang miliknya sebelumnya. Kalung tersebut mendapat penjelasan yang lebih utama. Meskipun penampilannya sangat polos, ketika Rashia mendengar material apa kalung dan kayunya terbuat, pikirannya benar-benar menjadi kosong untuk beberapa saat. Salah satu alasan mengapa Shin memilih material ini adalah karena itu tidak akan terlalu mencolok diantara anak-anak di panti asuhan jika di bandingkan dengan kalung dari besi.
“Apa yang bisa ku katakan. Ini
sungguh luar biasa!”
“Mengenai kalung Millie, kalung
tersebut memiliki kemampuan untuk menahan kemampuannya. Bagaimana dengan gelang
yang ku berikan sebelumnya?”
“Aku masih menggunakannya. Aku tidak
berfikir kalau itu adalah ide yang bagus dengan terus meminjamnya, tetapi Will
memberitahuku untuk terus menggunakannya. Meskipun aku bermaksud untuk
mengembalikannya dalam waktu dekat.”
“Tidak, aku tidak masalah dengan
tetap seperti itu. Karena keamanan gereja masih belum di pastikan, masih ada
kemungkinan Rashia juga mungkin akan menjadi target. Tingkat bahayanya akan
bisa di minimalisir jika kau tetap menggunakannya.”
Di bandingkan dengan masalah yang
berkelanjutan di dalam panti asuha, kemungkinan Rashia untuk di incar sangatlah
tinggi. Oleh karena itu, disamping dari aksesoris milik Millie, gelang untuk Rashia
dan Thoria memiliki kemampuan yang cukup besar pula. Mereka bahkan bisa
bertahan melawan seorang chosen one sampai pada batas waktu tertentu.
“Terima kasih banyak untuk
semuanya.”
“Kau tidak perlu merendahkan diri
sampai seperti itu.”
Meskipun Rashia hanya setengah puas
dengan cara dia menunjukkan rasa terima kasihnya, kata-kata itu tersimpan di
hatinya.
“Tolong ikutlah makan siang dengan
kami setidaknya. Kau masih memiliki waktu, ‘kan?”
“Itu benar. Kalau begitu ayo kita
makan?”
Rashia kemungkinan ingin membalasnya
dengan rasa terima kasihnya, bahkan meskipun hanya sedikit. Dia mengangguk
kepada Rashia mengenai makan siang, dan mereka lanjut ke alun-alun di mana
anak-anak berada.
Tiera sedang di kelilingi oleh
beberapa gadis kecil, mungkin sedang bermain dengan boneka, karena beberapa
boneka cantik buatan tangan di taruh di sekelilingnya. Yuzuha, yang di kerumuni
sebelumnya, sedang mengungsi di atas kepala Tiera. Yuzuha nampaknya telah
belajar kalau takkan ada yang bisa menyentuhnya ketika dia berada di tempat
itu.
Sangat kontras dengan gadis-gadis
kecil itu, yang sangat senang dan bahagia, entah mengapa, para bocah laki-laki
melihat kelompok Tiera dari jauh. Meskipun para bocah laki-laki sedang
menendang bola yang terlihat seperti bola sepak, mereka menatap ke arah
gadis-gadis terlalu banyak, khususnya ke arah Tiera.
“Para anak laki-laki sangat tenang,
ya?”
“Tidak tidak, itu adalah reaksi yang
normal.”
Shin mengatakan itu sembari menahan
tawanya, sementara Rashia terlihat kebingungan. Dia sepertinya tidak mengetahui
mengapa para anak laki-laki tidak mendekati para anak-anak gadis.
“Apa maksudmu?”
Meskipun terdapat anak laki-laki
yang ikut tercampur dengan anak-anak gadis, ketika Shin melihatnya, anak
laki-laki tersebut nampaknya berada pada umur anak-anak yang baru saja masuk
TK. Para anak laki-laki yang melihat dari jauh, seumuran dengan anak-anak yang
mendekati masa pubertas. Ketika seorang anak mencapai umur tersebut, akan
menjadi sulit untuk berbicara dengan onee-san yang sangat cantik dan lebih tua.
Itu tidak berarti kalau semuanya akan menunjukkan kelakuan yang sama, tetapi
Shin, yang dulu memiliki pengalaman yang sama, mengerti keinginan mereka untuk
berbicara tetapi terlalu malu untuk melakukannya.
“Tiera-san memang sangat cantik,
bahkan dari sudut pandang sebagai perempuan, tetapi aku tidak berfikir kalau
sesulit itu untuk berbicara dengannya.”
“Yah, aku bisa mengerti hal itu,
karena aku juga pernah mengalami hal yang sama dengan para anak laki-laki,
tetapi itu bukanlah hal yang aneh walaupun kau tidak mengetahuinya, Rashia.”
Berbicara dengan pola yang sama, ada
juga anak-anak yang berada di TK yang jatuh cinta dengan guru mereka, dan anak
SD yang tertarik dengan tipe onee-san.
Shin menyinggungkan senyuman masam
ketika dia mengingat kembali kenangan manisnya sebagai orang dewasa. Dunianya
sangat berbeda, tetapi sepertinya hal yang sama terjadi di manapun. Dia
memberitahu Rashia yang berwajah masam agar tak perlu memikirkan hal itu, dan
memanggil Tiera yang memberi isyarat kepadanya.
“Shi~n~, teganya kau
menelantarkanku?”
“Tidak, tunggu dulu, aku hanya
berfikir kalau tidak mungkin bisa menolak mereka.”
“Itu… memang, itu sangat mustahil
untuk menolak. *Hah* aku rasa hal itu tak bisa di apa-apakan, ya.”
“Kita kesampingkan saja hal itu,
karena aku akan meneraktirmu makan siang, aku ingin mengeluarkan beberapa
bahan-bahan makanan. Bagaimana menurutmu?”
“Itu ide yang bagus. Yah, karena aku
sudah berjanji untuk membuatkan Yuzuha-chan inarizushi, bagaimana kalau aku
membuatkan untuk anak-anak di panti asuhan juga? Bolehkah aku meminjam
dapurnya?”
Meskipun matahari sudah tinggi di
atas langit, masih ada waktu yang cukup. Tak ada masalah jika mereka tinggal
sedikit lebih lama.
Tiera juga memiliki 【Cooking】 skill karena dia juga di ajari oleh Schnee. Mata dari
anak-anak tertancap pada inarizushi yang sebentar lagi akan di hidangkan di
atas piring.
“Maafkan aku. Malah berakhir menjadi
kau yang membuatnya, padahal aku yang menyarankannya.”
“Jangan khawatir soal itu, karena
aku sendiri yang ingin melakukannya. Meskipun aku mengatakan banyak hal, sangat
menyenangkan bermain dengan anak-anak.”
Gereja sepertinya adalah tempat
untuk menenangkan hati, karena ada anak-anak yang akan mendekat tanpa
malu-malu. Bahkan dari sudut pandang Shin, dia merasa kalau ekspresi Tiera
menjadi lebih lembut dari sebelumnya.
Makan siang telah berakhir dan Shin
beserta Tiera ingin membantu beres-beres, tetapi kata-kata Rashia, “Aku tidak
bisa membiarkan kalian melakukan itu” membuat mereka pamit diri.
Mereka pergi meninggalkan gereja dan
kembali ke guild. Karena sudah lewat dari siang hari saat itu, kartu guild
Tiera seharusnya sudah selesai.
Bar di dalam guild sangat ramai oleh
para petualang yang sedang makan. Mereka langsung menuju ke meja resepsionis
utnuk menghindari keramaian, dan memanggil Celica. Apa ada beberapa petualang
yang mengambil request pada saat itu? Mereka bisa berbicara tanpa perlu
menunggu.
“Ini adalah kartu guild milik
Tiera-sama. Silahkan di periksa.”
“Nampaknya tidak ada masalah. Terima
kasih banyak.”
Tiera memastikan kartu itu berfungsi
tanpa ada masalah. Shin juga akhirnya mengeluarkaan kartu guildnya.
“Sekalian, bisakah kau mendaftarkan
kami sebagai party?”
“Baiklah. Mengenai anggotanya, hanya
dua orang, ‘kan?”
“Ya, itu benar.”
Mengenai masalah party yang resmi,
nampaknya guild membutuhkan sebuah nama party, tapi mereka memutuskan untuk
tidak menggunakannya saat ini.
Mereka di antar pergi oleh Celica
dan Els dan pergi meniggalkan guild. Tujuan mereka adalah daerah perbelanjaan lagi.
Kali ini, mereka membeli makanan
yang di awetkan karena rekan yang akan berpetualang Bersama mereka dalam
perjalanan. Karena mereka akan Bersama orang lain selama dalam perjalanan, Item
Box tidak bisa di gunakan dengan mudah. Akan tetapi, karena ransumnya di buat
menjadi kartu dan di bawa, itu tidak mengubah jumlahnya di bandingkan dengan
persiapan perjalanan biasa.
Di samping itu, mungkin bahkan tidak
perlu karena ada catatan di dalam request di mana makan di tanggung, tetapi itu
di tujukan untuk keadaan darurat. ‘Sedia panyung sebelum hujan’ itulah yang di
pikirkannya, dan mereka terus berbelanja.
“Saatnya berangkat sekarang.”
Sembari mereka mengatur item-iten
penting yang akan mereka bawa, Shin memanggil Tiera.
“Eh, tapi saat ini masih belum waktunya.”
“Tidak, aku akan membawa Tsuki no
Hokora Bersama kita.”
Shin tidak bisa meninggalkan Tsuki
no Hokora begitu saja, sebelum berangkat.
“Aku benar-benar melupakan hal itu.”
“Itu tidak bagus, melupakannya,
terutama.”
“Aku biasanya tidak akan melupakan
sebuah 『Rumah』, tahu’!”
Itu cukup wajar. Itu sangat gila
jika memikirkan kalau sebuah 『Rumah』 bisa di anggap sebagai barang property.
“Ma-Maaf. Begini, bukannya aku
adalah pemilik dari Tsuki no Hokora? Jadi itu hal yang wajar kalau rumah itu
bisa di bawa.”
“Lagi pula para generasi lama memang
aneh. Atau Shin memang dari sananya sudah aneh?”
“Itu jahat sekali!?”
Tiera mempertanyakannya tanpa
segan-segan dengan nada yang menyinggung. Sementara menerima serangan mental, Shin
mengeluarkan sebuah kristal berwarna biru muda dari Item Box.
“Ini adalah 『Crystal Stone』. Apa kau pernah melihatnya sebelumnya?”
“Apa itu adalah Crystal Stone? Yang
satu ini sangat besar dan benar-benar terlihat, ini adalah sesuatu yang pertama
kali ku lihat.”
“Item ini di berkahi dengan sihir 『Metastasis』. Aku bisa berpindah ke titik yang terdaftar dalam sekejap
jika aku menggunakannya. Ini sekali pakai, tapi dengan ini kita bisa berpindah
ke Tsuki no Hokora tanpa perlu banyak usaha.”
“…Itu benar. Semua hal yang Shin
keluarkan semuanya sangat unik.”
“Itu kasar sekali.”
Apa Tiera melebihi batas kekaguman,
dan sampai pada titik menerima apa adanya? ‘Shin mengatakan dengan jelas kalau
mereka bisa berpindah tempat dalam sekejap dengan kristal metastisis.’
Sangat banyak penyihir yang mencoba
untuk menciptakan ulang sihir tersebut sampai sekarang, tetapi mereka bahkan
sama sekali tidak bisa bahkan untuk mendapatkan pengetahuan dasarnya saja.
Misteri ini, berada di antara para
generasi lama, yang diasumsikan telah menghilang.
Takkan ada orang yang bisa menerima
sesuatu yang keluar begitu saja dari sebuah kantung ajaib (Item Box) dengan
suara pop. (TL : ShinEmon *Pintu Kemana saja* XD)
“Shin aku ingin memastikan sesuatu.”
“Ah, ok, apa itu?”
“Mungkin, hanya kemungkinan… apa
bisa memproduksi item ini?”
Tiera memiliki mata yang berkilau.
Itu benar-benar berbeda dari moodnya beberapa saat yang lalu, dan Shin tidak
bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
Tetap saja, Shin memahami kalau item
yang di keluarkannya nampaknya adalah barang-barang yang memutar balikkan
logika, lagi.
“Tolong beritahu padaku, sebelum aku
menjawab pertanyaanmu, tetapi apa yang akan orang lain pikirkan dengan sebuah
Crystal Stone dengan kemampuan metastisis?”
“…Metastisis itu sendiri, di kenali
sebagai sihir yang hilang.”
“Begitu ya.”
Shin mengerti dengan kata-kata itu.
Jika itu masalahnya, dia bisa melihat mengapa Tiera akan terkejut. Bahkan dari
pengalaman Shin selama ini, Crystal Stone di anggap sangat berharga.
Tetapi dia baru saja menemukan
bagian yang ‘hilang’ dari kalimat Tiera yang saulit di percaya. Dia yakin kalau
itu akan tersebar ke khalayak umum, tetapi sepertinya hal seperti itu telah di
sembunyikan. Itu tidak akan mengejutkan, bahkan jika negera dan organisasi
dengan diam-diam menutupinya.
“Kalau begitu aku juga akan
menjawab, ya, memang bisa memproduksinya. Jika, dan hanya jika kau memiliki
material yang memungkinkan.”
“…Hah. Sudah kuduga begitu. Untuk
salah seorang dari Rokuten, sebuah Crystal Stone sangat mudah di buat, ya?”
Dengan dia menyelesaikannya dengaan
hembusan nafas berat, Tiera juga, nampaknya mulai mengerti orang seperti apa
anggota dari guild Rokuten.
“Ahh, meskipun sangat tidak bagus
kalau kau jadi tidak bersemangat, apa bisa aku mentransfer kita sekarang?”
“Ya, silahkan.”
Dia membawa Tiera yang ogah-ogahan
ke tempat terbuka yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan sama sekali.
Bersama dengan Schnee, dia sudah memastikannya kalau menggunakannya tidak akan
ada masalah. Dia bisa menggunakannya bahkan ketika baru saja terbangun di dunia
ini, tetapi Shin lebih berfikir untuk lebih baik tidak mengambil resiko. Tidak
seperti alat lainnya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika gagal,
jadi dia tidak berani untuk menggunakannya.
Ketika Shin membiarkan kekuatan
sihir mengalir ke Crystal Stone untuk bertindak sebagai detonator, sihir yang
tersimpan di dalam kristal aktif secara otomatis. Pandangan mereka mengabur,
dan rak-rak yang berjajar dengan barang-barang terlihat di pandangan mereka setelah
beberapa saat.
“Ra-Rasanya agak sedikit aneh. Dan,
bagaimana caramu untuk membawa tempat ini?”
“Ayo kita keluar sebentar. Lalu kita
bisa memulai percakapannya.”
Shin pergi menuju ke pintu sembari
dia bersenandung kecil. Karena Shin memalingkan tubuhnya, Tiera tidak tahu
kalau mulut Shin terus bergerak.
Pemandangan itu adalah pepohonan
yang sangat familiar di luar toko ketika mereka keluar. Shin melirik sembari
memperhatikan area sekitar.
Di sana terdapat tanda hijau yang
tidak ada di sana sebelumnya ketika dia datang ke Tsuki no Hokora, bersinar di
layar map.
“Ada apa?”
“Ada tikus. Aku rasa ini saatnya
untuk mengerjai mereka sedikit.”
Shin mengatakan itu sembari melihat
ke arah pepohonan atau tikus? Tiera memiliki tanda tanya yang melayang di atas
kepalanya. Meskipun dia ingin menyela kalau Shin mungkin salah tempat kalau mau
mencari tikus, lawannya adalah Shin. Logika tidak akan bekerja padanya, jadi
Tiera berhenti mempertanyakannya.
Shin selesai melakukan persiapan,
berhenti berbicara sendiri, dan mengangkat tangannya mengarah ke Tsuki no
Hokora.
“『Simpan』!”
Bersamaan dengan perkataannya, Tsuki
no Hokora mulai bersinar redup. Cahayanya menyebar dan menyelimuti seluruh
toko, dan sesaat kemudian, cahaya itu menyusut menjadi satu titik.
Cahaya itu tetap melayang di udara
untuk beberapa saat dan kemudian perlahan terbang dan turun di tangan Shin
setelah itu. Ketika cahaya itu hilang, sebuah kalung dengan bentuk bulan sabit
di genggamnya di tangannya. Kalung itu memancarkan cahaya perak dan terlihat
sangat berharga di bandingkan desainnya yang kurang bagus. Kilauan transparan
membuktikan kalau kalung itu bukanlah perak ukiran biasa.
“Apa ini?”
“Ya, ini adalah Tsuki no Hokora,
mode portabel.”
“Kau benar-benar bisa membawanya!
Seperti yang di duga.”
Keraguan Tiera terjawab sembari Shin
menaruh kalung itu ke dalam Item Box.
Apa Tiera sudah lelah terkejut? Atau
dia sudah mulai terbiasa? Kata-kata Tiera murni berisi kekaguman.
Tak ada alasan untuk tetap tinggal
terus di tempat yang sudah hilang, meskipun Tiera melihat ke tempat di mana
Tsuki no Hokora berada beberapa saat yang lalu, jadi mereka memutuskan untuk
pergi menuju ke tempat pemberangkatan dari request mereka. Waktunya sangat pas.
Shin mengetahui ini karena waktu yang di tunjukkan pada layar menu. Terlebih
lagi, itu karena dia sedang memakai item yang terlihat seperti jam tangan.
Kedua pelamar request lainnya sudah
duluan tiba. Karena hal itu, Shin berencana untuk ngobrol sebentar. Mereka akan
berpartisipasi di dalam request yang sama untuk beberapa saat, jadi tidak ada
salahnya untuk memperdalam persahabatan mereka.
Ketika mereka memasuki kota dari
arah gerbang timur dari lokasi Tsuki no Hokora, di sudut plaza sebelum gerbang
timur di mana titik keberangkatan berlokasi, gerbong karavan yang sudah terisi
barang-barang sudah tiba. Sebuah kelompok beranggotakan dua orang yang
merupakan seorang ras Dragnil dan ras Lord sedang berdiri di samping.
“Permisi, apa benar ini karavan
milik Nack?”
“Hmm? Itu benar… Oh, kalian berdua
adalah petualang yang akan bergabung dengan kami, ‘kan?”
Sang Dragnil lah yang menjawab.
Kemungkinan karena dia memikirkan kata-kata yang mirip dengan bergabung lebih
dulu, mereka bertugas untuk memastikan dan kemudian Shin di panggil olehnya.
Sisik berwarna biru yang menutupi seluruh tubuhnya memberikan kesan yang sangat
kuat. Berdasarkan dari suaranya yang berat, kemungkinan dia adalah laki-laki.
Longsword yang ada di pinggangnya dan pelindung dada yang terbuat dari semacam
kulit yang mencolok. Jika dia tidak terlalu banyak memakai armor pelindung,
kemungkinan dia adalah orang yang bermain di bidang kecepatan. Atau mungkin,
dia tidak terlalu membutuhkannya karena sisiknya yang sudah cukup keras?
“Ya, kita akan berangkat Bersama,
meskipun ini mendadak. Ngomong-ngomong, namaku adalah Shin. Dia adalah Tiera
yang membuat party denganku.”
“Aku Tiera. Semoga kita bisa akrab.”
“Yea, namaku adalah Gaien. Senang
bersamamu dalam perjalanan kali ini. Dan yang satu ini――”
“Tsubaki, salam kenal.”
Yang memperkenalkan dirinya hanya
dengan beberapa kalimat adalah seorang gadis dengan rambut krimson yang
panjangnya sampai di punggungnya dengan mata yang merah. Mata merahnya, yang
transparan dan sangat kontras dengan rambutnya yang lebih gelap, sedang
memperhatikan Shin dan Tiera.
Tingginya bisa di katakan pendek.
Setidaknya satu kepalan dari Tiera. Kemungkinan sekitar 150 cemel. Meskipun
pernampilannya seperti itu, tidak akan aneh jika seseorang mengatakan kalau dia
adalah anak SMA hanya dari penampilannya. Akan tetapi, Shin memiiki pengalaman
yang menyakitkan karena menilai seseorang dari penampilannya di dalam THE NEW
GATE.
Karena dia bisa bekerja sebagai
seorang petualang, Shin menilai kalau mereka tidak akan ada masalah. Shin
sangat yakin kalau gadis itu setidaknya memliki kemampuan petualang rank E.
Level Gaien adalah 187, dan Tsubaki
level 133. Jika seseorang hanya menilanya dari level saja, Gaien kemungkinan
adalah petualang dengan rank A. pedang yang ada di pinggangnya bukan cuman
untuk dekorasi semata.
Dan untuk Tsubaki, levelnya sudah
melampaui rank E.
“Oh! Apa wajah tambahan sudah
datang? Aku adalah Nack sang pedagang. Aku berharap kita bisa akrab sampai tiba
di Beirun!”
Ketika mereka memperkenalkan diri
satu sama lain, seorang dwarf muncul dari bayangan karavan dan mulai berbicara.
Nampaknya, orang ini adalah klien dari requestnya. Tubuhnya yang berotot yang
membedakannya dari dwarf biasa, di tutupi oleh pakaian yang di jahit dengan
baik, yang memberikan perasaan kalau ada sesuatu yang salah. Mereka dengan baik
saling memberi salam, dan langsung menaiki gerbong karavan.
“Semuanya ayo naik. Ini sedikit
lebih awal, tapi ayo kita berangkat!”
Suara Nack sangat senang sementara
hentakan pecutan terdengar dari kursi pengemudi, dan karavan mulai bergerak
dengan pelan.
Dengan karavan yang berisi 5 orang
yang melewati gerbang timur, karavan itu bergerak maju menuju ke arah utara,
menuju Beirun.
Setelah itu, berita hilangnya Tsuki
no Hokora membuat pihak atas di Kerajaan Bayreuth sampai pada titik
kebingungan. Itu akan menjadi sebuah cerita di masa depan sebelum Shin dan yang
lainnya mengetahuinya.
~~
Menghilangnya Tsuki no Hokora.
Informasi tersebut tidak hanya di
ketahui oleh para petinggi eselon dari Kerajaan Bayreuth, tetapi bahkan
tersebar pula ke negeri lain, yang mengawasi Tsuki no Hokora, yang terjadi
dalam sekejap.
Mulanya, semua orang memastikan
kalau itu bukanlah kesalahan. Selama lebih dari 500 tahun, sebelum Dusk of
Majesty, bangunan yang tak tergoyahkan itu sudah ada tanpa pernah berubah.
Orang-orang tidak pernah berhasil menginvasinya tak peduli seberapa kuatnya
mereka, juga tidak mengijinkan monster tingkat tinggi untuk menyusup pula,
bahkan tidak selangkah pun. Itu adalah toko rahasia yang di buat dengan
teknologi yang hilang, itulah Tsuki no Hokora. Ketika di katakan kalau bangunan
itu menghilang, sangat mustahil untuk mempercayainya dengan mudah.
Akan tetapi, setelah memastikannya
beberapa kali, satu-satunya jawaban adalah: “Tidak di ragukan lagi”. Pihak yang
menerima laporan itu masih baik-baik saja. Di tempat kejadian, syok dari
orang-orang yang melihat menghilangnya Tsuki no Hokora di depan mata mereka,
juga secara tidak langsung mempengaruhi pihak atasan yang mendengar berita itu
dari jauh. Jika seperti ini terus, situasi yang aneh akan terjadi, di mana para
mata-mata yang mengawasi Tsuki no Hokora menunjukkan diri mereka di siang hari,
dan saling memastikan satu sama lain apakah yang mereka lihat itu sungghan
terjadi.
“Apa sebenarnya yang terjadi!?”
Itu adalah atasan mereka yang
berteriak.
Sangat bising di dalam ruangan
sebuah kastil.
Mereka semua telah berkumpul di
ruang rapat, mendiskusikan mengenai permasalahan penting saat ini. Meskipun
mereka bangun dari tidur sebelum matahari pertama muncul di cakrawala, tak ada
wajah kurang tidur yang terlihat di wajah mereka. Sejak awal, tak ada ukuran
untuk hal seperti itu, kecuali satu bagian.
“Baiklah kalau begitu, tak ada
kekeliruan dalam laporan itu sama sekali?”
“Ya, tidak ada kekeliruan sama
sekali mengenai hal itu.”
Seseorang yang bertanya dari tempat
itu, di mana kursi dari kepala meja berada, adalah sang Raja Kerajaan Bayreuth,
Jeon Courtade Bayreuth. Dengan rambut pirang, mata biru, dan tinggi 2 mel yang
di tutupi oleh otot; orang ini memiliki tubuh dari seorang prajurit.
Dengan segala hormat, itu adalah
sang raja yang luar biasa yang menutupi dirinya sendiri dengan kemegahan
sebagai pengendali dari tubuhnya, tetapi hari ini tidak terlalu berjalan
lancar. Ekspresi yang menderita di wajah Jeon bahkan membuat Perdana Menteri
mengkhawatirkan apakah mereka harus tetap melanjutkan menjawab pertanyaannya
atau tidak. Kali ini, ini bukan hanya masalah untuk Kerajaan Bayreuth.
Kesampingkan saja dulu negara tetangga, penyelidikan pasti akan di kirim dari
Kekaisaran dan Imperial jika mereka melakukan pekerjaan yang buruk.
“Tsuki no Hokora… menghilang…ya?”
Semua orang yang hadir memiliki
ekspresi yang gelap dan rumit.
Seseorang yang, kurang lebih, sama
sekali tidak terpengaruh adalah putri pertama, sang royal magician. Jeon
melihat laporan itu semetara mengetahui kalau laporan itu tidak akan berubah
tak peduli berapa kalipun dia membacanya. Ini dia isinya.
-Laporan Mengenai Menghilangnya
Tsuki no Hokora-
Bulan Ke-empat, hari ke-dua.
Pada saat suara bell ke-12, di
indikasi pada saat siang, secara tiba-tiba Tsuki no Hokora mulai memancarkan
cahaya.
Setelah beberapa saat, ketika cahaya
menghilang, Tsuki no Hokora sudah menghilang.
Mata-mata dari seluruh negeri
kebingungan dengan kejadian yang tiba-tiba itu pula.
Ini menyebabkan situasi di mana kami
saling menghubungi satu sama lain.
Tak ada reaksi dari skill
pendeteksi, meskipun kami sudah menyelidiki lubang tanda yang tertinggal di
tanah.
Orang yang bertugas mengawasi di
pagi hari mencatat rincian apa yang mereka lihat di dalam laporan. Itu sudah di
tuliskan dengan sedetail mungkin, meskipun jumlah kalimatnya hanya beberapa.
Tapi sudah tidak memungkinkan untuk memberikan laporan lebih jauh lagi, karena
mereka juga tidak terlalu banyak memiliki informasi.
Para mata-mata dari negara lain di
area sekitar yang merupakan orang yang saling mereka tukarkan informasi dan
orang yang seharusnya mereka waspadai, memahami keadaan yang kacau ini sangat
baik. Segitu gilanya lah keadaanya.
Akan tetapi, mereka tidak ingin
kembali tanpa memahami apapun. Meskipun Tsuki no Hokora bukan merupakan milik
Kerajaan Bayreuth, tetapi lokasinya hampir berada di samping mereka. Mereka
sedikit merasa lebih bangga kalau mereka lebih memiliki hubungan yang dekat
dengan toko tersebut di bandingkan negara manapun.
“Apa kalian tahu apa yang terjadi
dengan Raizar-dono?”
“Tidak, akan tetapi sang putri
kedua, Rionne-sama telah melaporkan kalau dia datang menemuinya di Dataran
Hantu. Karena jarak yang cukup jauh, hanya itulah satu-satunya tempat yang
terpikirkan ketika Tsuki no Hokora menghilang.”
“Begitu ya. Tidak akan ada
kekeliruan lagi jika Rionne mengatakan itu, tetapi… selama Raizar-dono tidak
memiliki masalah sama sekali, dia setidaknya akan muncul untuk mendistribusikan
hasil rampasan perang dalam beberapa hari kedepan, karena jika Raizar-dono
sehat-sehat saja, itu pasti akan menyebar ke seluruh negeri.”
Bahkan jika Tsuki no Hokora
menghilang, jika Schnee Raizar masih hidup dan baik-baik saja, itu tidak akan
menjadi masalah yang serius. Yang terpenting bukanlah bangunannya, tetapi orang
yang hidup di sana.
“Beritahukan kepada Rionne ketika
Raizar-dono muncul, dia harus melaporkannya dengan Mind Chat sesegera mungkin.
Itu adalah perintah!”
“Siap!”
Dia menyampaikan perintah tersebut
kepada salah seorang prajurit yang sedang berdiri menjaga, dan pergi. Masih ada
beberapa dari generasi lama yang melayani sang raja, dan masing-masing dari
mereka sedang berada di tengah-tengah usaha mengumpulkan informasi melalui Mind
Chat. Jeon harus mengubah rencananya, karena sudah tidak ada cara lain lagi,
meskipun dia harus memberikan tekanan pada jaringan informasinya.
Dan kemudian, karena menghilangnya
Tsuki no Hokora belum pernah terjadi sebelumnya, dia memerintahkan sebuah
investigasi.
~~
Mari kita mundur beberapa hari
sebelumnya.
Sementara Shin dan yang lainnya yang
pergi meninggalkan Kerajaan sedang tersentak di atas karavan, mereka saling
memastikan satu sama lain. Mereka memastikan apa yang bisa mereka lakukan dan
apa yang tidak, karena itu mungkin akan menyebabkan lambatnya pengambilan
keputusan di saat genting. Pada dasarnya hanya memastikan level dan job rank
masing-masing, dan juga apakah memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir atau
tidak. Level dan cara bertempur bisa di pahami secara kasar dengan ini. Karena
ada kemugnkinan bahaya terungkapnya level dan kartu truf ketika pertama kali
bertemu, mungkin bisa di sembunyikan entah bagaimana caranya.
“Seperti yang kau lihat, aku adalah
seorang samurai. Rank petualang adalah A. aku bisa menggunakan charm sampai
pada tingkat tertentu, tetapi aku tidak ingin terlalu bergantung pada hal itu.”
(TL : Gaien menggunakan “Sessha” untuk merujuk dirinya)
Gaien lah yang memberikan informasi
mengenai dirinya pertama kali. Sepertinya dia memang adalah seorang petualang
Rank A. Equipmentnya sendiri tidak ada hubungannya dengan jobnya sama sekali.
Jadi ketika dia mengatakan “Seperti yang bisa kau lihat” dengan keadaannya saat
ini yang tidak memakai kimono, takkan ada seorangpun yang bisa mengetahuinya
jika tidak menggunakan 【Analyze】. Samurai adalah job garis depan,
hal yang normal kalau dia tidak terlalu banyak menggunakan sihir karena mereka
tidak mendapatkan bonus tambahan dari situ. Seperti yang di harapkan dari
serangan sihir yang baik, job dari garis belakang yang mendapatkan bonus
tambahan (di dalam INT/WIS) pada umumnya menggunakan itu.
(TL : bagi yang nggak paham soal stat di dalam game, INT = Intelegence yang memberikan jumlah kapasitas MP/Mana Point serta menentukan jumlah besarnya damage magic yang di berikan kepada lawan, WIS sama dengan INT. WIS = Wisdom.)
(TL : bagi yang nggak paham soal stat di dalam game, INT = Intelegence yang memberikan jumlah kapasitas MP/Mana Point serta menentukan jumlah besarnya damage magic yang di berikan kepada lawan, WIS sama dengan INT. WIS = Wisdom.)
“Aku adalah seorang fist fighter.
Rank E. aku bisa sedikit menggunakan support magic untuk meningkatkan agility.”
(TL : agility = AGI, adalah stat yang menentukan movement speed dan attack speed/kecepatan pergerakan dan kecepatan serangan)
(TL : agility = AGI, adalah stat yang menentukan movement speed dan attack speed/kecepatan pergerakan dan kecepatan serangan)
Yang selanjutnya membuka mulutnya
adalah Tsubaki. Levelnya terlihat lebih cocok untuk rank D, tetapi nampaknya
dia baru saja bergabung di dalam guild. Kebetulan, dia memberitahu kalau dia
akan segera naik ke rank D dalam waktu dekat ini.
“Aku kurang lebih adalah seorang
alchemist, tetapi aku bisa menggunakan busur dan dagger…jika aku harus
mengatakannya…aku baru saja mendaftar untuk menjadi petualang, jadi rank
milikku adalah G. aku bisa menggunakan wind magic dan water magic arts dan
menciptakan obat recovery, jika di perlukan, silahkan panggil saja aku…”
(TL : Seperti di bahas sebelumnya, arts dan skill memiliki perbedaan dalam kekuatan.)
(TL : Seperti di bahas sebelumnya, arts dan skill memiliki perbedaan dalam kekuatan.)
Tiera, yang hampir saja berbicara
dengan nada yang formal, melakukan itu karena ini adalah pertemuan mereka yang
pertama. Meskipun itu sangat berbeda ketika dia bertemu dengan Shin di Tsuki no
Hokora untuk pertama kalinya.
Gaien lah yang menganjurkan untuk
berbicara dengan santai, jadi mereka tidak perlu memperhatikan perkataan
mereka. Karena mereka harus mempercayakan nyawa mereka satu sama lain, dan
tidak ada keluhan sama sekali, yang mengantarkan sampai pada saat sekarang ini.
Meskipun dia khawatir karena
memiliki level dan rank yang rendah, obat recovery miliknya sangat meyakinkan,
Gaien dan Tsubaki menyemangati Tiera yang merasa sedikit kecil.
Di realita, sangat sulit mengonsumsi
sebuah potion selama pertempuran. Meskipun ceritanya beda lagi ketika ada
banyak orang, ada banyak situasi di mana hanya ada sedikit waktu saja ketika
memburu monster berbahaya. Untuk beberapa petualang yang sering bertempur,
memiliki teman yang bisa memberikan recovery magic akan memberikan perbedaan
yang besar di dalam bertahan hidup.
“Aku sama dengan Gaien, seorang
samurai. Rank E. Aku bisa menggunakan sedikit sihir fire dan lightning. Dan ini
adalah Yuzuha. Meskipun dia terlihat seperti ini, dia adalah monster yang
hebat.”
Shin memberitahukan kepada mereka
mengenai dirinya dan Yuzuha. Termasuk Tiera, dia tidak lupa memberitahukan
kalau mereka melakukan pekerjaan mengawal untuk pertama kalinya. Ini karena
pengalaman bisa menjadi faktor yang akan memberikan perbedaan antara hidup dan
mati. Dia tidak di tanyakan mengenai levelnya kali ini, tetapi jika dia di
tanya, dia akan berpura-pura kalau levelnya rendah. Karena dia tidak akan tahu
keterkejutan apa yang akan di sebabkannya, jika dia ceroboh mengatakan kalau
levelnya lebih dari 200. Ketika seseorang memikirkan umur Shin, tentu saja itu
benar-benar tidak normal.
Untuk jaga-jaga, dia sudah mengatur
sebelumnya untuk memberitahu cerita yang sama kepada Tiera. Tentu saja, dia
sudah melarang Celica, yang mengetahui keadaan, agar tidak mengatakannya juga.
Untuk Yuzuha, dia memberitahukan
kalau dia menjalin kontrak dengannya menggunakan kontrak Tamer, dan
memberitahukan mereka kalau sama sekali tidak berbahaya.
“Oh, kau bisa menggunakan sihir
padahal seorang samurai, ya? Aku tidak mendengarnya secara detail, tapi
sepertinya itu membutuhkan latihan khusus. Dan juga tidak biasa bahkan bisa
menjinakkan seekor monster.”
“Yah, begitulah. Aku akan kesulitan
kalau kau menyangka aku berada pada tingkat magician. Aku menggunakannya hanya
untuk pengalihan dan serangan kejutan sampai pada tingkat tertentu.
Ngomong-ngomong, Yuzuha, juga sangat kuat loh, benar ‘kan?”
“Kuu!”
Meskipun pengalihan yang di
katakannya itu adalah serangan mematikan dengan instant kill yang bisa di
ciptakannya jika dia sedang serius, sepertinya itu adalah hal yang umum bagi
para petualang rank E.
Karena sebgai garis depan penggunaan
sihir hanya secukupnya, Gaien dan Tsubaki seharusnya tidak memiliki harapan
yang tinggi, seperti sampai pada tingkat magician juga.
“Apa kalian datang dari Hinomoto?”
“Kami tidak berasal dari sana, tapi
mengapa kau berfikir demikian?”
“Hampir semua orang yang datang dari
Hinomoto adalah samurai. Ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan samurai
selain Gaien.”
Shin terlihat bingung dengan
pertanyaan Tsubaki, tetapi mengerti setelah mendengar alasannya. Meskipun
begitu Shin juga sudah mengumpulkan informasi via 【Analyze】 dan 【Listening】 skill, menemukan seseorang yang memiliki job samurai hampir
hal yang mustahil. Itulah mengapa Tsubaki mengatakan kalau hal itu adalah
sesuatu yang tidak biasa. Tapi, itu bukan berarti kalau Shin tidak pernah
melihatnya sekalipun. Ketika dia sedang berjalan menuju ke guild untuk pertama
kalinya, seorang Dragnil yang dilihatnya membawa sebuah longsword di
pinggangnya sebenarnya adalah Gaien.
“Biasanya adalah seorang warrior
atau knight yang terlihat di negeri ini. Dan ada juga job specialization.
Kebanyakan orang yang ingin menjadi samurai adalah orang yang keras kepala.”
“Keras kepala!? Itu aneh… karena itu
adalah job yang sangat luar biasa dalam melakukan raid…”
Dalam strategi dasar, itu adalah job
yang melakukan trik hit and run (pukul dan lari) untuk memberikan pukulan telak
sembari terus bergerak dengan cepat, tetapi samurai juga bisa menjadi tank jika
di equip dengan warrior armor. (TL : Dalam MMORPG peran tank adalah peran yang
bertugas menerima dan menahan serangan musuh agar damager mereka bisa dengan bebas
memberikan damage kepada lawan. Perannya lebih seperti tembok berjalan.)
Job itu sangat popular ketika masih
di era game tetapi sepetinya generasi di dunia ini sangat berbeda.
“Itu kemungkinan karena syaratnya
adalah di butuhkannya untuk menguasai kedua job knight dan berserker.”
“Ah… begitu ya.”
Shin setuju setelah mendengar alasan
Gaien.
Pada game spesifikasi, seseorang
membutuhkan dua job, knight dan berserker, untuk bisa menjadi samurai.
Syaratnya sepertinya sama di dunia ini juga.
Di satu sisi, seorang knight lebih
menekankan pada pertahanan, dan di sisi lain, seorang berserker menekankan pada
serangan. Menguasai dua job yang saling berlawanan adalah alasan mengapa
samurai di kenal sebagai petarung serba bisa. Itu adalah alasan seorang samurai
sangat mudah di gunakan. Meskipun ada kompensasi yang besar, Tsubaki nampaknya
kesulitan untuk memahami hal tersebut.
“Aku mengerti, tapi kalau boleh
jujur, apa job itu sangat kuat?”
“Aku setuju pada poin tersebut, tapi
itu memang sangat aneh.”
Kemudian Gaien menyela percakapan
antara Tsubaki dan Shin.
“Namun, itu berbeda dalam setiap
kebudayaan. Hinomoto adalah negara kepulauan yang tercipta karena bencana alam.
Terdapat beberapa markas guild di mana orang-orang dengan job seperti samurai
dan shinobi berkumpul di saat yang bersamaan. Orang-orang itu berperan sebagai
pemeran kunci sehingga memungkinkan negara terbentuk. Untuk alasan itulah,
orang-orang yang menggunakan tubuh mereka untuk bertempur demi Hinomoto
memiliki kesan yang mendalam kepada samurai. Negeri itu cukup misterius,
meskipun cukup kecil jika di bandingkan dengan negara-negara di benua, jadi
hanya ada beberapa orang yang datang di dekatnya. Aku, secara pribadi,
terkadang sering merasa kebingungan ketika aku pergi meninggalkan pulau.”
Guild yang Gaien bicarakan nampaknya
berbeda dengan guild petualang saat ini.
Mendengar ceritanya tersebut, sepertinya itu adalah guild yang mirip dengan guild ketika di era game.
Mendengar ceritanya tersebut, sepertinya itu adalah guild yang mirip dengan guild ketika di era game.
Shin merasa kalau itu terlalu bagus
untuk jadi kenyataan ketika dia mendengar sebuah negeri kepulauan yang di
penuhi dengan samurai.
“Ngomong-ngomong, apa nama dari
guild yang mendirikan negeri itu?”
“Hmm, salah satu yang paling
terkenal adalah ‘Beuties of Nature’, ‘Majin Keppuuroku’, dan ‘Dark Miko
Shrine’.”
“H-Heh, begitu ya?”
Shin menunjukkan pemahamannya dengan
‘Begitu ya’, tanpa menambahkan kata-kata lagi.
Guild yang Gaien katakan, dengan
gaya nama Jepang, melambangkan samurai dan shinobi, di ciptakan oleh
orang-orang yang menyukai pakaian Jepang, seperti pakaian gadis kuil. Di dalam
guild itu, samurai, shinobi, dan miko (gadis kuil), memimpin berdasarkan urutan
tertinggi, yang saling bersaing kekuatan. Markas guildnya adalah kastil, tak
perlu di katakan lagi adalah kuil Shinto, dan berisi banyak player yang sangat
esentrik. Karena pasukan bersenjata yang melindungi markas guild hanya berisi
para support karakter, mereka mungkin bisa mengusir para monster bahkan jika
para player telah menghilang. Shin berfikir kalau mereka bekerja sama, mereka
harusnya memiliki kemampuan untuk bahkan memerintah sebuah negara kecil.
“Sebagai tambahan, di sana juga ada
beberapa guild kecil pula, tetapi aku tidak terlalu mengingatnya.”
“Aku sangat memahaminya, terima
kasih.”
Dia tidak tahu kalau nama negeri itu
dulunya berasa dari nama guild di masa era game. Kemungkinan, di sana mungkin
sangat banyak hal yang mengejutkan.
~~
Mereka saling bertukar informasi
sembari berguncangan di atas karavan selama beberapa hari. Party mereka
bergerak dengan lancar tanpa di serang oleh monster, dan karena itu adalah
Grimm horse, seekor demon beast, yang menarik karavan, kecepatan mereka dua
kali lebih cepat dari kecepatan normal. Ngomong-ngomong, Grimm horse adalah
salah satu yang di lihat oleh Shin di gerbang, ketika dia baru datang di Bayreuth
untuk pertama kalinya. Sang Tamer, yang di lihatnya sekilas ketika dia memasuki
gerbang, adalah Nack yang merupakan klien mereka saat ini. Seorang Merchant
dengan Sub-Job Tamer bisa menarik sebauh karavan seperti halnya yang di lakukan
oleh player di era game.
Shin dan yang lainnya memutuskan
untuk bergantian mengawasi sekeliling, dan siapapun yang bisa mengambil posisi
sebagai kusir menggantikan Nack sebagai alternative dan terus melanjutkan
perjalanan.
Itu adalah saat ketika Nack
mengambil giliran sebagai kusir ketika tanda-tanda dari musuh muncul di jarak
persepsi milik Shin.
“Ada sesuatu yang datang. Dan sangat
cepat.”
“Apa? Beritahu aku secara detail.”
“Ada 12 sosok di depan. Berdasarkan
jumlah dan kecepatannya, kemungkinan itu adalah sekelompok serigala, tapi…”
Meskipun Shin mengetahui detail
sepenuhnya, dia secara sederhana memberikan mereka beberapa spekulasi, karena
akan sangat bermasalah jika dia memberitahukan mereka terlalu detail.
“Itu saja sudah cukup. Ayo kalian!
Saatnya untuk bekerja!”
Ketika Nack mendengar situasinya
dari Shin, dia langsung menaikkan nada suaranya, sebelum Shin selesai
berbicara. Seperti yang di harapkan dari mantan petualang, keberaniannya
menggema di udara. Suaranya itu sangat keras sampai-sampai jika seseorang sedang
tidur, mereka akan melompat karena kaget. Tetapi, kata-katanya lebih terdengar
seperti bandit di bandingkan seorang pedagang.
Ketika suaranya mengeras, Gaien dan
Tsubaki sudah selesai bersiap-siap. Tiera juga sedang memegang busurnya, dan
memastikan posisi quiver miliknya. Nampaknya Gaien juga sudah melihat tanda
tersebut.
“Itu adalah sekelompok serigala
seperti yang di katakan oleh Shin. Aku mengkhawatirkan soal pergerakkan 2 hewan
yang berada di belakang, tetapi pertama-tama, ayo kita urus dulu 10 hewan yang
memimpin.”
“Aku memikirkan hal yang sama. Jika
mereka bermaksud mendekati seekor Grimm horse yang menarik karavan, maka aku
tahu kalau mereka bukanlah hewan liar biasa.”
Shin, yang mendengarkan Gaien dan
Nack yang saling bertukar pendapat, melihat ke arah detail para monster yang
muncul.
Nama para monster itu adalah Jag
Wolf. Ukurannya dua kali lebih besar dari serigala biasa, monster yang sangat
agresif. Kecepatan pergerakan mereka berada di tingkat yang berbeda jika di
bandingkan dengan serigala biasa. 10 dari mereka datang menuju ke arah Shin dan
yang lainnya. Level rata-rata mereka adalah 100, dengan salah satu dari mereka
dengan level 200. Yang satu ini kemungkinan adalah pemimpin dari kelompoknya.
Dengan dua lainnya yang tetap berada di belakang, level mereka bahkan tidak
mencapai level 10. Mereka mungkin tertinggal di belakang karena bahayanya.
3 dari 10 Jag Wolf maju terlebih
dahulu mendahului kelompoknya. Sisanya membagi menjadi dua ke kiri dan ke
kanan, menyebar ke dalam pepohonan dengan lancar, sementara tiga yang memimpin,
termasuk sang pemimpinnya, semakin mendekat.
Jalan di mana karavan saat ini
sedang berada di tengah-tengah hutan. Sepertinya mereka bermaksud untuk
melakukan serangan kejutan menggunakan hutan sebagai perlindungan. Gaien
nampaknya berhasil memahami situasi dari musuh yang mendekat, dan langsung
memberikan arahan tanpa perlu Shin menyarankannya.
“Menyebar ke kiri dan ke kanan. Aku
akan menahan yang di depan. Shin ke kanan, Tsubaki ke kiri. Tiera berikan
support dari atas karavan. Nack-dono, tetap berada di dekat kuda. Aku rasa
kudanya tidak akan menjadi liar jika tamer-nya ada di dekatnya.”
“Tak ada mundur untuk situasi saat
ini. Ayo!!”
Nack menghentikan karavan di tempat
yang cukup luas, dan masing-masing dari mereka di berikan posisi untuk di
pertahankan. Yuzuha tetap tinggal di samping Grimm horse untuk jaga-jaga.
“Ini dia!!”
Teriakan Gaien adalah sinyal dengan
ketiga serigala yang memimpin menunjukkan pergerakan. Salah satu yang berada di
tengah melompat maju dari depan dan dua sisanya meyebar ke kiri dan ke
kanannya.
Gaien, dengan longsword di tangan
kanannya dan sarung pedang di tangan kirinya, menerobos ke depan.
“Nuun!!”
Semacam cahaya aura biru muda
menyelimuti tubuh Gaien ketika Jag Wolf mendekat, menjauhkan makhluk buas itu.
Terhenti dengan jeda sesaat, kedua
Jag Wolf lainnya mendekat. Tanpa panik Gaien, menebas rahang makhluk buas di
samping kanannya dengan melepaskan ayunan lebar dan melompat ke kiri, di mana
yang satu di samping itu menerima pukulan di mulutnya dan dengan itu di
bungkam.
Jag Wolf yang tersisa, yang sudah
tersudutkan, melihat kawanannya di kalahkan dalam sekejap, dan menjadi takut.
“Mu, entah mengapa ini sangat
mudah.”
Dia menggerutu dengan kecilnya
perlawanan, tetapi Gaien tidak perlu mengeluarkan semua kemampuannya melawan
musuh yang lemah, jadi Gaien mengkonsentrasikan perhatiannya ke arah sang
pemimpin yang mendekat.
“Seperti yang di duga.
Ngomong-ngomong, ada juga yang datang ke sini.”
“Yang di sebelah kiri sangat cepat.
Apa kau bisa melihatnya dari atas?”
Mendengar peringatan dari Shin, yang
melihat Jag Wolf yang mendekat dari hutan, Tsubaki menjawab dan bertanya kepada
Tiera.
“Aku melihatnya!”
Tiera sudah mengincar salah satu
yang tercepat dan menembakkan panahnya ke dalam hutan.
Raungan kesakitan terdengar dari
titik di mana panah tersebut mendarat, dan salah satu tanda yang di tampilkan
di layar milik Shin menghilang.
“Apa kau membunuhnya?”
Dengan Tiera yang lega, Tsubaki
menyuarakan kekagumannya.
“Ya aku membunuhnya.”
Shin mengira kalau dia tidak akan
bisa membunuhnya dalam sekali tembak ketika dia memikirkan perbedaan levelnya,
tetapi Jag Wolf tersebut tidak di sangka nampaknya kehabisan tenaga.
Kemungkinan serangannya mengenai titik vital.
Apa itu karena mereka mendapatkan
serangan balasan yang tidak terduga dari sisi kiri? Para Jag Wolf kembali ke
tempat di mana sang pemimpin berada.
“Mereka mundur, ya? Tsubaki, tolong
bantu Gaien. Tiera dan aku sudah cukup untuk mempertahankan posisi ini.”
“Aku mengerti.”
Dengan Tsubaki yang bergerak sesuai
instruksi dari Shin, seekor Jag Wolf keluar dari hutan di sisi kanan. Serangan
cakar dari Jag Wolf melewati samping Shin, dan bergerak menuju tempat di mana
Nack berada. Serangan yang di arahkan ke Shin nampaknya adalah tipuan.
Tetapi, itu terlalu ceroboh kalau
berfikir itu bisa mengejutkan Shin dengan tingkat seperti itu.
Shin memiringkan tubuhnya untuk
menghindari cakar Jag Wolf dan di saat yang bersamaan, menarik Katana untuk
menangkis. Yang di Tarik keluar dari sarung pedangnya adalah yang menggantung
di pinggangnya adalah sebuah longsword katana yang dia tempa di Tsuki no Hokora
sebelumnya. Satu serangan dari pedang yang memiliki kemampuan yang sama dengan
Magic Sword tingkat menengah; serangannya meninggalkan jejak cahaya putih di
udara dan leher Jag Wolf pun tertebas.
Ketika tubuh Jag Wolf jatuh, Shin
berfikir kalau kemampuan fisiknya meningkat secara proposional karena
penglihatan kinetik miliknya, tapi dia hanya memiliki waktu untuk memperhatikan
Jag Wolf. Dan kemudian dia merasakan kalau ada sesuatu yang janggal.
Sembari memikirkan sumber dari
perasaan tidak nyamannya itu, Shin merasakan Jag Wolf lainnya mendekat. Para
Jag Wolf kemungkinan tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan kawannya, karea
taringnya sudah keluar ketika Shin mengalihkan matanya. Itu adalah jarak yang
cukup dekat untuk Shin bisa membalas serangan menggunakan pedangnya.
Dengan sebuah panah yang menusuk
dahi dari Jag Wolf sebelum dia bisa mengayunkan katana miliknya. Melihat
serigala itu mendapat luka serius, Shin menghindari dengan liukan dengan Jag
Wolf tersebut jatuh melewatinya karena pengaruh dari momentum lompatannya, dan
kemudian dia berbalik ke arah Tiera.
“Cover yang bagus!”
“Itu tidak bagus, haaah.”
Tiera, yang menembakkan panah
tersebut,menghembuskan nafas lega, dan mengambil panah selanjutnya.
Instant sniping cukup sulit untuk di
pertahankan. Tak peduli bagaimanapun seseorang melihatnya, itu bukanlah gerakan
yang di ketahui oleh petualang pemula. Schnee melatihnya bukan cuman untuk
pertunjukkan saja.
“Jika kau bisa melakukan gerakan
itu, kau tidak akan mendapat masalah di Rank E. pergilah cover sisi yang lain
dengan cepat!”
“Tsubaki juga mengatakan hal yang
sama. Baiklah, aku mengerti.”
Mereka mengalihkan perhatian mereka
kedepan dengan Gaien dan Tsubaki melawan 5 serigala, termasuk pemimpinnya. Apa
Tsubaki meningkatkan agility miliknya, seperti yang dia katakan sebelumnya?
Tubuhnya tertutupi oleh aura putih yang tipis sembari bermain-main dengan Jag
Wolf.
“Haa!!”
Salah satu dari serigala tidak bisa
mengikuti kecepatannya dan menerima pukulan telak dari tinjunya dan musnah.
Gauntlet Tsubaki yang bercahaya
redup tenggelam di tubuhnya, dan serigala itu terlempar ke pohon sembari
terbungkuk ke belakang, tanpa bergerak. Itu adalah pemandangan di mana
seseorang akan bertanya dari mana kekuatan itu berasal, dengan lengan sekecil
itu.
Level Tsubaki adalah 133. Hampir ada
lebih dari 30 perbedaan level jika di bandingkan dengan Jag Wolf, meskipun
begitu, dia memberikan perasaan kuat.
“Ini aneh. Gerakkan mereka agak
sedikit lamban.”
“Aku setuju. Rekasi mereka agak
sedikit lunak.”
Sementara Gaien menggumamkan itu dan
sembari melempar musuhnya ke tanah, Tsubaki juga setuju.
Nampaknya semua orang merasakan kalau ada yang aneh.
Nampaknya semua orang merasakan kalau ada yang aneh.
Shin ikut bergabung dan menjadi 3
lawan 3 dengan anggota kawanan tersebut, termasuk sang pemimpin. Mereka tidak
menunjukkan tanda-tanda ingin mundur sama sekali. Normalnya, mereka seharusnya
sudah mencoba untuk kabur.
“Hei, bukankah mereka agak sedikit
terlihat kurus?”
Shin mengatakan itu ketika dia
menyadarinya ketika dua orang yang lainnya membahas soal perasaan ganjil
tersebut. Para Jag Wolf itu rusuknya bisa terlihat jika di lihat dengan
seksama, bahkan sang pemimpinnya juga.
“Sepertinya demon essence
mempengaruhi monster ini juga entah bagaimana. Mereka kemungkinan mengincar
Grimm horse karena daging dan demon essence-nya. Itu menjelaskan mengapa
kurangnya perlawanan yang aku rasakan tadi.”
Gaien mengangguk ketika dia
memahaminya, tanpa menurunkan kewaspadaannya menghadapi para Jag Wolf.
Ada monster yang terlahir dari
pengaruh demon essence, dan hewan liar yang menjadi monster karena pengaruh
dari demon essence. Sebelumnya mungkin bisa terus bertahan hidup dengan demon
essence saja, tetapi selanjutnya akan berbeda. Mereka harus memakan daging dan
tidak bisa hanya menyerap demon essence untuk mempertahankan tubuh mereka.
Umumnya yang terjadi pada tipe seperti ini sering menyerang orang dan ternak,
tetapi tidak terlalu menjadi perhatian publik, karena sebelumnya mereka
memiliki demon essence yang sangat kuat. Gaien menjelaskan situasinya.
Sedangkan Shin, karena dia tidak mengingat detail bagaimana para monster muncul
selama di dalam game, dia berusaha mengingat ini untuk referensi di masa depan.
“Mereka sudah siap mati karena sudah
tidak bisa pergi kemanapun.”
Tsubaki mengatakannya dengan jujur.
Bahkan untuk para monster di dunia ini, mereka harus menjadi kuat agar bisa
terus hidup. Bahkan sebelum hukum rimba berlaku, semua makhluk hidup adalah
sama. Tak ada batas yang membedakan antara monster dan manusia di sini.
Harus diingat kalau request Shin dan
yang lainnya adalah untuk mengawal karavan. Jika para serigala itu kabur,
mereka tidak akan mengejarnya, tetapi mereka tidak bisa malakukan apapun selain
membunuhnya jika mereka kembali menyerang.
Pilihannya tersisa ada pada para Jag
Wolf apakah harus mati kelaparan atau mati bertempur.
“Kita juga di sini membahayakan
nyawa untuk ini. Shin, tak ada gunanya menahan diri.”
Tetapi, dia belum pernah bertemu
dengan musuh se putus asa ini.
(Keputusannya berbeda dengan dirinya
sebelumnya. Meskipun itu hanya perbedaan, tetapi itu tidak bisa di lakukan
begitu saja dengan mudah.)
Ini bukan soal melawan musuh yang
kuat, ataupun berburu maupun bertarung.
Ini bertarung demi bertahan hidup.
Sampai pada tingkat itu tekanan yang
di terima sangat benar-benar berbeda.
(Terlebih lagi, dua dari mereka yang
berada di belakang masih kecil.)
Kedua serigala yang mendekat
selangkah demi selangkah masihlah sangat kceil dengan ukuran anak anjing.
Apa karena dia adalah orang Jepang,
sehingga pedangnya menjadi tumpul?
“Aku akan membunuh pemimpinnya.
Tsubaki di sebelah kanan, Shin di sebelah kiri.”
“Mengerti.”
“Siap.”
“Kalau begitu… ayo!!”
Timingnya sangat tepat.
Tsubaki dan Shin adalah yang pertama
memulainya.
Tsubaki melangkah maju ke
pertempuran dengan aura yang terus menutupinya. Berdasarkan sudut pandang dari
Jag Wolf, dia merasa kalau ada kesempatan dia akan di habisi jika dia berkedip.
Menghadapi musuh, yang membeku karena refleks, Tsubaki mengayunkan tinjunya
tanpa ampun.
Jag Wolf tersebut menghantam tanah
dengan suara retak, dan kemudian mengejang beberapa kali sebelum berhenti
bergerak.
Shin juga mengambil kuda-kuda dan
mengangkat pedangnya ke atas kepala, melangkah maju dengan kecepatan yang tidak
kalah dri Tsubaki. Katana tersebut mengayun ke bawah ketika dia melangkah ke
depan. Jag Wolf tersebut tidak bergerak. Tidak, tidak bisa baginya untuk
bergerak.
Di saat yang bersamaan ketika jejak
cahaya tebasan di udara menghilang, tubuhnya terbelah diagonal. Mata dari Jag
Wolf itu berkedip beberap kali sembari berbalik ke arah Shin. Dia mungkin
bahkan tidak menyadari tebasan itu.
“Kalau begitu permisi.”
“Umu, baiklah.”
Gaien melangkah maju di antara Shin
dan Tsubaki, alasan mengapa pemimpin itu tidak menyerang Shin dan Tsubaki
karena Gaien sudah menekannya dengan kekuatan.
Sudah tidak ada lagi kesempatan
untuk menang. Tapi tetap saja, sang pemimpin Jag Wolf tidak mundur sama sekali.
Dia mengeluarkan auman pendek dan menaruh kekuatan di anggota tubuhnya.
Keinginannya untuk hidup sangat jelas. Meskipun dia merasa kalau sudah tidak
ada harapan lagi, Shin merasa hormat melihat sosok itu.
Sang pemimpin mengeluarkan
kekuatannya untuk beberapa detik. Di dalam terjangan terakhirnya, dia
menghabiskan semua tenaganya, mengincar Gaien. Kecepatannya seperti yang di
duga dari pemimpin kawanan; sangat kuat.
“Luar biasa.”
Gaien lah yang mengucapkan kalimat
pujian. Dia mempersiapkan longsword miliknya sembari menghadapi sang pemimpin
yang datang.
Bagi sang pemimpin, yang mendekat
dengan lurus, Gaien bergerak dengan tenang. Sosok dari Gaien yang tanpa
ragu-ragu, dengan langkah kesamping kakinya.
Di saat mereka bersilangan. Sesaat
kemudian, bersamaan dengan ayunan kebawah pedang Gaien, di sanalah sosok sang
pemimpin yang terbelah dua.
Sembari mengibaskan darah dari
pedangnya, Gaien mengalihkan matanya ke arah dua Jag Wolf krcil terakhir yang
ada di depan.
“Apa yang akan kita lakukan?”
Bagaimana orang di dunia ini akan
membuat keputusan di saat seperti ini. Untuk mendapatkan jawabannya atas
pertanyaannya, Shin memanggil Gaien.
“Aku akan membunuh mereka jika
mereka menyerang, tapi aku tidak akan mengejar mereka jika mereka memutuskan
untuk pergi. Tugas kita adalah mengawal, bukan berburu monster. Dalam kasus
ini, aku tidak tahu apakah dua serigala kecil itu bisa bertahan hidup sendirian
atau tidak.”
Kalau mereka bisa bertahan, mereka
mungkin akan di serang oleh orang lain. Tetapi, itu sudah beda cerita lagi.
Jika mereka muncul di luar desa di dunia ini, itu adalah pengetahuan umum untuk
mempekerjakan pengawal atau belajar pertahanan diri. Mereka mungkin akan di
serang oleh monster atau bahkan bandit dalam kesempatan lain. Meskipun mereka
membunuh anak-anak Jag Wolf tersebut itu di sini, kemungkinan orang lain
menyerang karavan, termasuk mereka juga, sama sekali tidak akan berkurang.
Anak-anak itu mungkin mengerti kalau
orang tua mereka telah mati. Mereka menghilang ke dalam hutan dan kabur.
“Entah mengapa, ini meninggalkan
rasa yang tidak enak di tenggorokan.”
“Kali ini sangat berbeda dengan
bertarung melawan monster biasa, ya.”
Shin membenarkan perkataan Tiera.
“Aku merasakan simpatimu. Aku tidak
pernah mengalami pertempuran seperti ini sebelumnya.”
Gaien setuju.
“Tapi itu bukanlah hal yang bagus
kalau terlalu memikirkannya juga.”
Apa yang di katakan oleh Tsubaki
benar; jika mereka terlalu mengkhawatirkan hal itu dan membiarkan pedang mereka
menjadi tumpul, teman mereka mungkin akan jadi korban selanjutnya. Mereka harus
lebih praktikal.
“Apa sudah selesai? Kalau begitu ayo
cepat dan berangkat.”
Nack, yang berada di dekat Grimm
horse, memanggil keepmat orang itu. Seperti yang di duga dari mantan petualang
veteran, dia berganti gigi dengan sangat cepat. Dia tidak terguncang melihat
kejadian barusan sama sekali.
“Tetap saja, mereka sampai tidak
bisa makan dan menjadi kurus, pasti ada sesuatu di dalam hutan, ‘kan?”
Gaien kemudian menjawab pertanyaan
Shin.
“Ya, tak ada yang bisa ku tambahkan.
Jag Wolf adalah monster yang cerdas. Sangat sulit memikirkan mereka bisa gagal
dalam berburu sampai berada pada kondisi seperti itu.”
“Bahkan jika suplai makanan
menipis?”
“Mereka juga memakan para goblin.
Itu hal yang tidak masuk akal kalau menganggap para goblin tersapu habis,
‘kan?”
“Aku setuju. Jika salah satu mereka
bisa di temukan, 30 dari mereka pasti akan keluar.”
Tsubaki mengatakan dengan cara
seperti mengatakan K* yang sering merayap di dalam rumah. Lagi pula, kemampuan
reproduksi para goblin sepertinya sama sekali tidak berubah, sama seperti
ketika masih di dalam game. (TL : K = Kecoa. Karena Goblin itu seperti kecoa.)
“Aku mendengar cerita kalau para
Skull Face muncul dalam jumlah besar di Dataran Hantu. Bukankah itu ada
pengaruhnya?”
Ketika Tsubaki mengatakan itu, Shin
membuka mulutnya karena dia baru saja teringat.
“Ah, iu mengingatkanku, aku
mendengar kalau semua petualang ber-rank tinggi di kirim oleh Guild, bukankah
itu adalah semacam request sekala besar?”
“Soal itu ya? Pada saat itu, aku
sedang dalam perjalanan pulang ke rumah selama beberapa hari, ke kota daerah
selatan bersama Tsubaki. Jadi aku tidak ikut berpartisipasi.”
Kemudian Tiera dengan diam-diam
berbisik ke telinga Shin.
“(Hei, Shin.)”
“(Ada apa?)”
“(Skull Face itu, adalah request
yang di jalankan oleh master, ‘kan?)”
“(Benar, mereka itu sangat kuat. Itu
mungkin adalah penyebabnya.)”
Ada kemungkinan kalau teritori
mereka di penuhi dengan para Skull Face.
“Meskipun begitu, kita tidak tahu
apa alasannya. Itu bukanlah hal yang berguna meskipun kita memikirkannya. Jadi
aku akan pergi tidur.”
Melakukan hal dengan caranya
sendiri, Tsubaki mengatakan itu dan memakai jubahnya. Itu adalah hal yang biasa
bagi seorang petualang yang bisa tidur di atas karavan yang berguncang. Karena
ada shift untuk melakukan pengawasan dan menjadi kusir, itu adalah tugas yang
penting untuk beristirahat selama kau bisa.
“Seperti yang di katakan oleh
Tsubaki. Tidak ada cukup informasi meskipun kita memikirkannya. Karena itu akan
memkana waktu yang cukup banyak.”
“Itu benar. Untuk saat ini, apa aku
harus merawat persenjataan kita ya? Tiera apa yang akan kau lakukan?”
“Karena selanjutnya adalah
giliranku, aku akan berada di kursi kusir.”
Ketika Tiera mengatakan itu, dia
kelaur dari kanopi, dan pergi ke samping Nack.
Berdasarkan Schnee, Tiera
mempelajari skill yang di butuhkan oleh seorang petualang, jadi dia bisa
mengambil alih posisi sebagai kusir tanpa ada masalah. Sebaliknya, malahan Shin
yang sama sekali tidak punya pengalaman. Karena seekor kuda bisa berjalan
sendiri tanpa dia harus mengarahkannya ketika dia mengatur tujuan ketika di
dalam game, jadi dia tidak terbiasa melakukan hal seperti itu.
“Apa? Seorang petualang tidak bisa
mengemudikan karavan? Bahkan gadis muda pun bisa melakukannya.”
“Ugh…”
Meskipun itu hanya kalimat yang
sederhana, apa yang di katakan oleh Nack membuatnya sedikit hilang semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar