Volume 3 Chapter 1 – Part 3
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan tanpa adanya
insiden dan pergi menuju ke Beirun sembari berkemah. Mereka harus mengambil
jalan memutari hutan yang mengelilingi Dataran Hantu, tidak hanya pedagang
seperti Nack saja, tetapi karavan berskala besar juga melakukan hal yang sama.
Dengan begitu, tidak banyak monster yang datang mendekati mereka sejak awal.
Alasannya adalah itu, sudah banyak mangsa yang berada di dalam hutan. Dan
sehari sebelum mereka tiba di Beirun, Shin dan yang lainnya bertemu dengan
alasan mereka di pekerjakan untuk mengawal karavan.
“Pedagang yang malang. Jika kau tidak ingin mati, serahkan
semua uang dan barang-barangmu.”
Mereka adalah bandit.
Meskipun semuanya sesuai berdasarkan informasi yang Shin dan
Tiera dapatkan dari Gaien dan Tsubaki, para bandit seharusnya jarang muncul;
mereka sepertinya kurang beruntung. Itu tak perlu di katakan lagi ‘luck’ siapa
sebenarnya penyebabnya.
(TL : Sepertinya LUCK pada stat milik Shin mempengaruhi event yang terjadi, luck shin adalah 35.)
(TL : Sepertinya LUCK pada stat milik Shin mempengaruhi event yang terjadi, luck shin adalah 35.)
Mereka bukanlah jumlah yang besar, tetapi mereka lumayan
bersenjata lengkap dengan armor kulit dan memegang longsword juga, yang
sepertinya alat penghasil uang mereka. Meskipun tak ada seorang pun yang ingin
tahu bagaimana cara mereka mendapatkannya.
“Jadi bagaimana? Aku tidak tahu kalau aku cukup percaya diri
untuk menyergap 6 orang secara langsung sendirian, apa yang harus aku lakukan?”
Shin melihat kembali ke arah Gaien dan Tsubaki.
“Itu tidak akan mengubah apapun. Jika kita menyerang, mereka
kemungkinan akan membalikkan keadaan.”
“Seseorang seharusnya membiarkanku menghabisi seseorang yang
meremehkanku.”
Mengabaikan kata-kata Tsubaki, karena mereka tidak
mengetahui apakah dia sedang bercanda atau tidak, ketiga orang itu bergerak.
Strateginya telah di tentukan. Mereka membentuk formasi
dasar dengan tiga orang, di mana Shin, Gaien, dan Tsubaki melangkah maju,
sementara Tiera meng-cover mereka. Yuzuha di tinggalkan di dalam karavan untuk
berjaga-jaga jika ada lawan yang tidak mereka ketahui.
Level musuh rata-rata adalah 150, meskipun pria yang pertama
kali berbicara tak di sangka memiliki level yang tinggi yaitu 163. Shin sedikit
terkejut karena hal itu. Mereka bisa bekerja sebagai petualang biasa, tetapi
dia berfikir kalau mereka mungkin memiliki beberapa alasan yang menyebabkan
mereka tetap melakukan hal ini. Tak peduli sebanyak apapun dia memikirkannya,
itu tidak akan mengubah apapun.
Nack juga kali ini, memegang sebuah kapak untuk pertahanan
diri.
Hanya masalah waktu saja sebelum pertempuran di mulai.
Sementara atmosfirnya meningkat, Tiera menahan nafasnya di dalam kanopi, dan
mengingat kembali apa yang di katakana oleh Gaien.
‘Shin, Tiera. Apa kalian pernah membunuh seseorang
sebelumnya?’
Ketika perjalanan pertama kali di mulai, itu adalah
pertanyaan pertama yang ditanyakan oleh Gaien kepada kedua orang itu. Meskipun
itu adalah dinding pertama yang selalu diincar oleh para petualang, itulah
mengapa request untuk mengawal adalah untuk rank E request. Oleh karena itu,
kemungkinan musuh yang terkait dengan request ini akan muncul. Moralitinya
terbagi kepada masing-masing rank dari para petualang; high rank request adalah
untuk rank B ke atas yang memiliki tingkat moralitas yang lebih tinggi.
Terlepas dari para monster, banyak dari mereka yang terbunuh oleh orang. Itulah
rank E.
(Tidak masalah. Aku akan mengalahkan mereka.)
Haya Tiera yang belum pernah membunuh seseorang sebelumnya
di antara mereka. Kekhawatiran Shin tersirat dalam ekspresinya, tetapi Tiera
mengatakan kalau dia baik-baik saja. Dia harus melakukannya. Jika dia tidak
bisa melakukannya, bahaya yang akan menimpa ke tiga orang yang maju ke depan
akan meningkat.
“Oioi, apa kalian bermaksud ingin bertarung hanya dengan
tiga orang? Masih ada waktu sekarang?”
“Bisakah kalian juga meninggalkan gadis muda itu? Aku bisa
menghiburnya dalam berbagai hal!”
Kalimat yang tajam dari para bandit di dengar oleh ketiga
orang itu. Tentu saja, itu adalah hal yang alami.
“Shin…”
Sembari melihat ke arah tiga orang itu, nama Shin lah yang
keluar dari mulut Tiera. Sensitivitas Tiera cukup kuat bahkan di antara para
Elf. Itulah mengapa dia memahaminya. Baru saja setelah para bandit mengatakan
untuk meninggalkan Tsubaki, aura dari Shin berubah sedikit.
Itu tidak berubah menjadi amarah. Tetapi auranya menjadi
tajam dan gelap. Sosok yang tenang itu yang di kenali oleh Tiera musnah, seolah
dia merasakan perasaan jahat yang keluar dari Shin. Dari sudut pandang Tiera,
itu sudah menjadi sosok orang lain. Apa Tiera tidak cukup peka? Tidak Gaien maupun
Tsubaki menyadarinya. Entah itu keberuntungan atau tidak, hanya Tiera sajalah
yang merasakan perubahan pada Shin saat ini.
(Aku tidak bisa membiarkan Shin seperti itu lebih jauh lagi.
Shin yang seperti itu tidak bagus!)
Tangan yang menggenggam busur itu di penuhi dengan kekuatan.
Sebelum dia mengetahuinya, pikiran Tiera mengenai membunuh
tanpa ragu, menghilang dari kepalanya. Lawannya adalah para bandit, dan sebagai
tambahan, itu sudah jelas kalau mereka adalah cara hidup para kriminal. Menjadi
seorang bandit berulang-ulang di dunia ini sama dengan memiliki hidup yang tak
bernilai. Tak ada tujuan lain selain eksekusi jika tertangkap. Untuk lawan
seperti itu, jika dibandingkan dengan rasa khawatir Tiera kepada Shin,
kehadiran mereka lebih rendah.
Panahnya sudah di pasang di senar busur, yang kemudian di
tarik sampai batas maksimalnya. Dia mengincar bandit yang bersembunyi di
semak-semak terdekat. Orang itu mungkin bermaksud untuk bersembunyi, tetapi itu
tidak ada bedanya dengan berjalan-jalan biasa bagi sang Elf Tiera. Sementara
mengeker, dia menunggu sinyal dari Gaien.
“Aku tidak suka pembunuhan yang sia-sia. Aku akan berhenti
jika kalian mundur, tetapi aku akan membunuh jika kalian tidak melakukannya.”
“Oioi, apa kau bisa melihat situasinya? Aku tahu kalau yang
satu sana itu hanyalah rank E.”
“Tak peduli seberapa kuatnya kau yang rank A, bukankah kau
harus bertarung sambil melindungi anggota yang lainnya? Sebaiknya kau pura-pura
tak melihat kami saja, tanpa membuat masalah di bandingkan menunjukkan aura yang
aneh itu, bagaimana?”
Dari mana mereka mendapatkan informasi tersebut? Para bandit
mengetahui kalau mereka semua memiliki rank yang rendah dengan pengecualian
untuk Gaien. Bahkan jumlah dari bandit yang bersembunyi dan yang terlihat
mengincar Nack sama sekali tidak di ketahui, sudah jelas ini bukanlah pertemuan
yang kebetulan.
“Sepertinya sudah tidak ada yang perlu di dengar.”
“Sisakan jadi dua orang.”
Shin dan Tsubaki membuat kontak mata. Negosiasinya batal.
Memang tak ada seorangpun yang akan menyangka kalau akan berakhir sebaliknya.
Mereka hanya menginginkan waktu untuk bersiap untuk mengurangi kerugian sembari
menyelidiki pihak lawan.
Gaien mengganggukan sedikit kepalanya, menjawab tanda dari
Shin dan Tsubaki. Itu adalah signal di mulainya serangan.
Sesaat kemudian, sebuah panah yang di tembakkan oleh Tiera
meluncur keluar dari dalam kanopi, dan tenggelam di dalam semak-semak di mana
bandit itu bersembunyi.
“――!!?”
Tak ada teriakan. Tetapi, suara tumpul dari sesuatu yang
menghantam tanah bisa terdengar.
Satu tanda merah yang ada di dalam map milik Shin
menghilang. Apa itu mengenai kepala atau jantungnya? Mungkin serangan itu
mengenai salah satunya. HP bar nya habis dalam sekali serang. Itu adalah
kematian yang seketika.
“Cih, dasar orang gagal. Hei kalian, lakukan sesuatu!!”
Sang pemimpin bandit terlihat mengutuk, jauh dari meratapi
kematian dari temannya. Para bandit menerobos untuk menyerang setelah mereka
menerima instruksi mereka.
“Kalau begitu, dua bandit per orang. Biarkan saja satu orang
jika kau tidak bisa melakukannya. Kau sudah mendengar strateginya.”
“Tanpa luka?”
“Kau harus mendengar ke arah sana, lakukan seperti yang
lainnya, aku tidak peduli.”
Gaien dan Tsubaki dengan tenang saling bertukar kalimat
mengejek. Itu seolah mereka sudah terbiasa dengan hal itu. Meskipun ada
perbedaan level yang besar antara lawan dan Tsubaki, dia sama sekali tidak
bersemangat sama sekali.
Gaien tetap berada di tempatnya, kemudian Shin dan Tsubaku
menyebar ke kanan dan kiri, menarik perhatian para bandit.
Tiga bandit mengincar Gaien, satu untuk Tsubaki, dan dua
untuk Shin. Apa ada pemilik skill 【Analyze】 diantara mereka? Yang level rendah melawan Tsubaki
ketimbang melawan Gaien.
“Apa kau meremehkanku?”
Amarah bercampur dalam kata-kata Tsubaki. Bandit yang di
hadapi oleh Tsubaki memang lebih kuat dariya jika hanya melihat dari level
mereka. Tetap saja, hanya karena bandit itu lebih kuat bukan berarti mereka
dapat mengalahkannya dengan mudah.
Rasa menggigil mengalir di tengkuk Tsubaki, di tempat di
mana dia memikirkan bandit itu menyembunyikan tangannya. Dia langsung
memperpendek jarak, menangkap dan menarik pedang bandit itu dengan gauntlet
miliknya.
“Heh, kau memiliki intuisi yang bagus, ya ‘kan?”
Pria itu melihat ke arahnya, seolah dia meremehkan Tsubaki.
Aura merah di lepaskan dari pedang yang di pegang di tangan kanannya.
Dia mengalihkan pandangannya dan melihat keadaan di
sekitarnya. Semua bandit, meskipun warnanya berbeda, memiliki senjata yang
mengeluarkan aura seperti pria yang ada di hadapan Tsubaki. Apa semua
anggotanya memiliki magic sowrd, mereka terlihat mempunyai senjata yang
memiliki karakteristik yang sama.
Sepertinya, telepas dari level mereka, ada juga kemungkinan
keberhasilan yang tinggi karena pengaruh perlengkapan mereka.
“Jangan terlalu banyak melawan. Aku tidak bisa menikmatinya
jika aku membunuhu, kukuku.”
Bandit itu menyadari kalau gauntlet milik Tsubaki hanyalah
item biasa yang di produksi masal. Tidak mungkin bisa bertahan melawan Magic
Sword. Oleh karena itulah, bandit itu sangat percaya diri.
“Jika kau melihatku seperti itu karena aku kcil, kau akan
merasakan sakit karena meremehkanku.”
“Ha, katakan itu setelah kau mengalahkanku.”
Bandit itu menerjang ke arahnya sembari berbicara. Apa
serangan itu di dukung oleh pedangnya? Sangat jelas tingkat kecepatannya lebih
cepat dari yang sebelumnya. Tetapi, Tsubaki tidak kalah. Dia di selimuti oleh
aura putih dan berlari sebelum bandit itu tiba di posisinya. Wujud sebenarnya
dari aura itu adalah 【Spirit
Manipulation • Katsusen】
Seperti namanya, itu adalah seni bela diri yang memperkuat
tubuh, meskipun versi lebih rendahya. Dengan ‘Katsusen’ yang menyelimutinya,
terlepas dari penguatan tubuh, aura itu terindikasi lebih ahli di dalam
peningkatan kecepatan.
Tsubaki meninggalkan bayangan putih dan melompat ke arah
dada bandit itu, dan menarik tinjunya. Meskipun bandit itu terkejut karena
gerakan Tsubaki lebih cepat darinya, dia memutuskan kalau tidak akan bisa
menangkisnya dengan senjata, dan memutuskan untuk menahannya dengan tangannya
yang tidak memegang pedang.
Tetapi Tsubaki tidak bertujuan untuk memberikan damage. Dia
mengincar tangan yang memegang pedang. Reaksi bandit itu sangat bagus, tetapi
dia tidak bisa membaca apa yang diincar oleh Tsubaki sampai itu terjadi. Tinju
yang di tutupi oleh gauntlet miliknya tepat mengenai tangan kanan bandit itu,
menghancurkan semua kelima jari-jarinya. Tulang keluar dari jari-jari bandit
itu, dengan membengkok ke arah yang salah.
“Meskipun kau memiliki senjata yang bagus, tapi kau tidak
terlatih.”
Tak peduli jika senjatanya adalah Magic Sword atau bukan,
kemampuan penggunanya tidak akan berubah. Bandit itu, yang berteriak dengan
keras, tidak bisa bertahan karena rasa sakit yang berlebihan. Di hadapan musuh
yang terlihat tidak memiliki pertahanan itu, Tsubaki mengumpulkan kekuatan
dalam sekejap.
“――Fly!”
Tinjunya di lepaskan bersamaan dengan kalimat itu. Di saat
yang bersamaan, suara tumpul terdengar yang seharusnya tidak bisa di hasilkan
oleh tubuh. Bandit itu di buat terbang ke langit sembari memuntahkan darah.
Sampai pada saat itu, terdapat sosok yang mengepung Gaien.
“Gahaa!!”
Tanpa ada waktu untuk bereaksi, bandit yang di terbangkan
menabrak salah satu dari temannya, dan menghilang ke dalam semak-semak. Karena
suara dari kepala yang saling bertabrakan terdengar, orang yang di terbangkan
itu kemungkinan tidak akan bisa bergerak untuk sesaat.
Bandit yang di pukul sampai dadanya menjadi kawah, jadi
bukannya organ dalamnya, sudah jelas kalau jantungnya meledak, itu adalah
kematian seketika seperti halnya yang menerima panah dari Tiera.
“A-Apa-apaan itu….”
Salah satu bandit, yang temannya di buat tiba-tiba terbang,
melihat ke arah semak belukar dengan kebingungan.
Ketika berada di hadapan musuh, itu adalah kesalahan yang
fatal.
“Idiot! Jangan mengalihkan pandanganmu dari mereka!!”
Itu sudah terlambat ketika sang pemimpin bandit berteriak.
“Swish!”
Gaein mendekati bandit yang menunjukkan celah dan
mengayunkan katana miliknya.
Bandit itu hampir tidak berhasil bereaksi menedengar suara
dari pemimpinnya dan menghancurkan keseimbangannya, dengan begitu dia jadi
tidak bisa bertahan melawan satu serangan dari Gaien yang di penuhi dengan
kekuatan. Katana itu mengeluarkan suara yang keras ketika bersilangan dengan
Magic Sword. Magic Sowrd itu terhempas, dan dari satu serangan dari katana itu,
terlempar bersamaan dengan tubuhnya. Ajaibnya, Magic Sword itu nampaknya
bertindak sebagai pengganti armor, melindungi bandit itu dari katana. Tapi
sayangnya, meskipun Magic Sword itu memberi kesan melindungi nyawa bandit itu
dengan mengurangi hampir semua momentum dari katana, sayangnya tidak cukup kuat
dan hancur sesaat kemudian. Alhasil, tubuh bandit itu, yang di lindungi oleh
Magic Sword, masih utuh.
“Ap….Apa…”
Melihat anak buahnya dari pinggir, suara yang sombong dari
sang pemimpin keluar. Tak terpikirkan Magic Sword bisa di kalahkan dan di
potong menjadi dua, bahkan untuk petualang rank A. Matanya terbuka lebar ketika
dia melihat Gaien seolah dia melihat sesuatu yang tak terbayangkan.
“Meskipun kalian adalah pengguna Magic Sword, sayangnya,
mereka itu tidak ada tandingannya untuk Magic Katana milikku.”
Situasi pertempuran yang mereka kira sesuai dengan harapan
mereka di putar balikkan dalam sekejap.
Kejadian yang terjadi di hadapannya tak terbayangkan oleh
sang pemimpin bandit. Informasi yang di terimanya adalah mereka semua merupakan
petualang rank E, dengan pengecualian Gaien. Seharusnya mereka hanya akan
kehilangan setengah dari anggota mereka jika terjadi yang terburuknya. Untuk
salah seorang yang melawan Tsubaki, padahal merupakan pengguna Magic Sword
dengan rank C, dia adalah anak buah yang seharusnya cukup bisa di jadikan
sebagai lawan Tsubaki.
Pemimpin yang kebingungan itu bergantung pada harapan kecil
agar anak buahnya menyelamatkannya, dia bahkan berbalik ke arah ajudannya, dan
kemudian, apa yang di saksikannya selanjutnya adalah, sekali lagi pemandangan
yang tak terbayangkan.
◆◆◆◆
Langsung setelah pertarungan di mulai, dua bandit menghadapi
Shin. Salah satu dari mereka memiliki rambut pirang dan yang satu lagi memiliki
rambut cokelat. Yang berambut cokelat memiliki level 151, dan yang berambut
pirang memiliki level 153. Jika seseorang mengatakannya dalam rank petualang,
mereka berada di rank C. Melihat hasilnya, Tsubaki telah mengalahkan lawan
tunggalnya dengan cepat, Gaien menahan empat orang, dan dua orang sisanya di
sini, kemungkinan berusaha mengincar Nack, yang sudah lebih dulu di prediksi
oleh Shin. Salah seorang yang bersembunyi di semak-semak memiliki level
terendah di antara anggota para bandit sementara si pria pirang memiliki level
tertinggi setelah sang pemimpin. Pada level itu, dia mungkin bisa mengatasi
panah yang terbang ke arahnya. Aura yang di berikannya benar-benar sangat
berbeda.
“Yah, hal yang sudah terjadi tak bisa di kembalikan.”
Dia bergumam, dan menutup rute kabur mereka berdua.
Untuk memaksa Shin agar tidak ikut campur, pria dengan
rambut cokelat lebih dulu mengeluarkan pedangnya. Aura yang terlihat pada Magic
Sword miliknya adalah warna kuning. Tetapi, katana yang di pegang oleh Shin
sangat berbeda secara garis besar. Bagi Magic Sowrd di dunia ini, definisinya
sangat berbeda jika di bandingkan dengan Magic Sword dari era game.
Meskipun tempat di mana aura pedangnya keluar identik,
pedangnya itu sendiri aslinya di klasifikasikan sebagai 《Legend》 grade, bukan sebuah Magic Sword. Pedang yang di miliki oleh
para bandit bukanlah Magic Sword dalam artian yang sebenarnya.
Pedang yang di miliki oleh bandit mengeluarkan aura yang
seperti uap, tetapi aura putih yang di keluarkan oleh katana milik Shin
memapatkan bentuknya ke bentuk pedang agar bisa pas di bilah katana. Tekanan
udara dari aura, di lepaskan dari Magic Sword milik Shin dan menunjukkan
kualitasnya. Aura yang sama sekali tidak menyebar, dan sebaliknya malah
menyelimuti bilah pedang dan di katakan sebagai kualitas tingkat tinggi.
Oleh karena itu, hasil alami dari kedua orang yang saling
bersilangan pedang itu terlihat.
Setelah kedua pedang beradu dengan sedikit persaingan,
akhirnya selesai ketika suara yang jelas terdengar dan pedang bandit itu
hancur. Kedua item itu bisa di sebut sebagai Magic Sword tetapi salah satunya
adalah imitasi dari Magic Sword. Tetapi, katana yang di pegang oleh Shin memiki
kemampuan beberapa kali lipat, dan mampu memberikan serangan fatal. Pedang yang
menyia-nyiakan auranya sangat berbeda dari standar milik Shin sehingga dia
memanggilnya imitasi.
Pria berambut cokelat itu melihat ke arah pedangnya yang
bahkan bisa memberikan luka kepada seekor Horn Dragon tetapi malah hancur
dengan satu serangan. Dan kemudian, melanjutkan dari celah itu, dengan serangan
yang sama, Shin menebas pria berambut cokelat itu.
“Waa!? hancu――r !?”
Suara keras yang di penuhi dengan rasa terkejut karena
tertebas, dan bandit dengan rambut cokelat itupun tumbang.
Seperti halnya kilatan cahaya. Sama sekali tak ada keraguan
pada gerakan itu.
Bagi Shin untuk membunuh seseorang, bukan berarti dia sudah
terbiasa akan hal itu. Tetapi dia sudah melampaui titik keraguan, cemas, dan
berbagai hal lain sejak lama. Selama game kematian, tak ada seorangpun yang
akan mengakrabkan diri dengan seseorang yang bertempur di garis depan.
Di samping itu, lawannya adalah bandit yang menggunakan
pedang dengan maksud jahat. Ketika dia melihat darah yang terciprat dari korban
sebelumnya pada armornya, sudah mustahil baginya untuk pedangnya bisa tumpul.
Dia tidak pernah manganggap remeh nyaawa seseorang. Akan
tetapi, dia seharusnya tidak terlalu serius juga.
“Baiklah kalau begitu, apa yang akan kau lakukan?”
Shin tidak melihat ke arah pria berambut cokelat yang
tumbang, sebaliknya dia melangkah ke depan pria berambut pirang.
Shin mengatakannya dengan nada yang ringan. Mengatakannya
seolah dia menanyakan deskripsi makanan, memberikan tekanan kepada pria
berambut pirang itu.
Pria berambut pirang itu, yang sangat terkejut, membuat
wajah yang sangat buruk. Dia melihat ke arah pedang dari pria berambut cokelat
yang hancur, kemungkinan, untuk yang pertama kalinya. Kemudian tatapannya itu
berganti membandingkan katana yang ada di tangan Shin dengan pedang miliknya.
“Ngomong-ngomong, pedang itu mengganggu.”
Shin dengan biasa melangkah ke maju, dan mengayunkan katana
miliknya. Dengan itu saja, Magic Sword pria berambut pirang itu di hancurkan
berkeping-keping.
“Wa!? I-Itu tidak masuk akal… Magic Sword milikku…”
Pria berambut pirang itu bergumam kebingungan setelah
melihat Magic Sword miliknya yang kini hanya tinggal gagangnya saja. Dia tidak
bisa melihat serangan yang di lancarkan oleh Shin dari jarak di mana seharusnya
dia bisa melihatnya. Shin sama sekali tidak menggunakan skill apapun. Hanya
dengan stat dan kemampuannya, dia memperpendek jarak beberapa mel dalam
sekejap.
“Selanjutnya, agar tidak bisa bergerak.”
Dengan kalimat itu, sosok Shin menghilang. Setelah itu, rasa
sakit yang sangat perih mengalir di seluruh anggota tubuh pira berambut pirang
itu.
Tubuh itu, yang sudah tidak di topang lagi oleh tangan dan
kakinya, tumbang ke tanah. Di depannya, Shin menaruh kembali katana miliknya ke
sarung pedangnya. Dia menghancurkan tulang-tulangnya hanya dengan memukulnya
denga menggunakan punngung pedangnya.
“Apa di sana juga sudah selesai?”
“Yeah, Shin menyiksanya.”
“Dia hanya bermain-main dengannya!”
Sementara mereka saling melempar candaan, sang pemimpin,
yang merupakan lawan Gaien, melihat ke arah Shin. Si pria berambut pirang itu
sama bingungnya dengan situasi saat ini. Tak peduli sebanyak apa dia berusaha
memikirkannya, itu sama sekali bukanlah kekuatan tempur dari rank E.
“Baiklah kalau begitu, mari kita membicarakan mengenai orang
yang memberikan informasi kepadamu.”
Situasinya di jelaskan kepada Nack, jadi aka nada waktu di
mana mereka akan menginterogasi sang pemimpin bandit.
Ketika Nack memahami kalau dia mungkin dengan sengaja di incar, dia menyetujuinya.
Ketika Nack memahami kalau dia mungkin dengan sengaja di incar, dia menyetujuinya.
Interogasinya di lakukan oleh Gaien dan Nack, dengan mereka
yang memasuki semak belukar dan Shin serta Tsubaki kembali ke karavan.
Tiera memiliki wajah yang cemas melihat kedua orang itu,
terutama ketika dia mendekati Shin――――
“Kerja bagus, untuk saat ini――muguu!?”
――――Dan dia tiba-tiba memegang kepala Shin, dan memeluknya
di dadanya.
Tsubaki menatapnya dengan terkejut melihat tindakan yang
tiba-tiba itu, dan Shin, yang kalimatnya terpotong, sangat kebingungan. Jaket
Tiera sedang terbuka, menunjukkan dadanya, dan wajah Shin di tahan di sana.
Meskipun ada pakaian dalam, kain itu tidaklah cukup tebal. Oleh karena itu, sensasinya cukup jelas menyelimuti wajah Shin.
Meskipun ada pakaian dalam, kain itu tidaklah cukup tebal. Oleh karena itu, sensasinya cukup jelas menyelimuti wajah Shin.
Meskipun sama sekali tidak ada ruang untuk menikmati situasi
itu, sebagai orangnya sendiri, tindakan Tiera, sangat terlalu mendadak.
“Um, apa yang kau lakukan?”
“Jangan bergerak…sedikit lagi…tahanlah sedikit lagi… oke…”
Nampaknya Tiera memiliki semacam maksud tertentu untuk saat
ini. Tsubaki, yang terpaksa meyakinkan dirinya untuk melihat perkembangan itu
dengan penuh perhatian juga bisa memahaminya. Situasi saat ini sangat tidak
bisa di mengerti untuk bisa ikut campur. Terutama, karena ekspresi Tiera yang
sangat serius.
Ketika dia mendengar kalimat Tiera yang anehnya sangat
mempesona, Shin akhirnya menurut juga. Keadaan itu di pertahankan untuk
beberapa saat dan ketika Shin baru saja mulai bisa menikmati sensasi lembut
yang menyelimuti wajahnya, Tiera melepaskan kepala Shin.
Tetapi, kedua tangannya dengan erat memegang kepala Shin.
“Umm…Tiera? Ada apa…?”
Tiera, yang sama sekali tidak mengatakan apapun, menatap ke
arah mata Shin dengan wajah yang serius. Shin merasa kalau itu sangatlah lama,
meskipun itu hanya beberapa detik saja.
“…Yosh.”
Akhirnya, setelah menggangguk sedikit, Tiera melepaskan
kepala Shin, dan keluar dari karavan untuk mengawasi sekeliling.
“Apa-apaan itu… barusan…”
“Siapa yang tahu?”
Meskipun dia bertanya kepada Tsubaki, dia juga sepertinya
tidak mengerti hal itu juga. Shin melayangkan tanda tanya di atas kepalanya
juga.
◆◆◆◆
Sembari menjaga jarak dari Shin dan Tsubaki, Tiera mencari
sosok Shin. Meskipun itu hanyalah jarak yang cukup dekat dari Shin dan yang
lainnya, itu masihlah hal yang wajar bagi petualang dengan rank G.
Rasa lega menyebar ke seluruh dadanya dengan diam-diam dia
bergerak di belakang karavan. Sampai beberapa saat yang lalu, Shin yang kembali
dengan Tsubaki, masih tetap memakai sosok yang biasa di permukaannya. Aura yang
gelap, tajam, dan sensasi yang tidak mengenakkan itu membuatnya ingin melarikan
diri secara refleks.
Meskipun hanya untuk sesaat, ketika mengingat kembali apa
yang di lakukannya sebelumnya, itu adalah tindakan yang sangat serius di
pikirkannya, tetapi di saat yang bersamaan wajahnya menjadi hampir semerah
apel.
Pada awalnya, ketika Tiera belum datang ke Tsuki no Hokora,
Tiera benar-benar sangat ketakutan, dan di peluk oleh Schnee. Kecemasannya di
redakan hanya dengan tindakan itu saja.
Itulah mengapa, dia berfikir kalau sosok itu akan menghilang
jika dia melakukan hal yang sama. Bagi Tiera, yang jarang melakukan kontak
dengan orang lain, berfikir kalau itu adalah cara yang paling efektif.
Ngomong-ngomong, hasilnya sukses. Jika ada hal lain, itu
adalah dia agak sedikit panik ketika dia kembali sadar, tetapi karena tujuannya
sudah tercapai, dia menganggapnya hal yang baik.
(Apa hanya aku yang menyadarinya? Atau aku yang aneh?)
Dia merasakan amarah yang sama ketika dia di usir dari
desanya. Dia masih muda secara mental pada saat itu, tetapi dia hanya merasakan
rasa takut. Di sisi lain, ketika Shin melawan para bandit, dia menyadari
perubaha sikap karena aura haus darahnya. Tidak, itu mungkin hal yang bagus dia
menyadarinya.
Tiera sendiri sebenarnya juga tidak memahaminya, tetapi itu
karena dia merasakan kerisis yang akan datang yang semakin menguat. Impuls yang
tak bisa dia mengerti. Meskipun itu tidak bisa di anggap sebagai manipulasi
hati ataupun pikiran, anehnya sama sekali tak ada rasa tidak nyaman. Jadi dia
merasa kalau itu sama sekali bukan bahaya; itu adalah dorongan yang sangat
aneh.
Ketika dia menenangkan dirinya setelah beberapa saat, secara
logika, sudah jelas apa yang akan di lakukan oleh Tiera selanjutnya.
(Setelah ini, wajah seperti apa yang harus ku buat untuk
menghadapi Shin…?)
Kemana perginya keseriusan, ketika memeluk erat kepala Shin
menghilang? Penampilan yang kebingungan yang mengatakan “Au au”, ketika di
lihat oleh orang yang mengenal sikap Tiera yang biasanya, akan berfikir kalau
dia itu sangat imut.
Meskipun dia bermaksud untuk bersembunyi dan pergi, Shin dan
Tsubaki sudah dengan sempurna menyaksikan kelakuannya, adalah fakta yang tidak
di ketahui oleh Tiera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar