The New Gate Volume 4 Chapter 3 Part 2 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Senin, 23 Oktober 2017

The New Gate Volume 4 Chapter 3 Part 2



Volume 4 Chapter - Part 2

Kembali ke saat Shin dan Rionne diteleport ke Tempat Suci Kalkia.


 “Jadi gimana?”

 “Aku berhasil menghubungi dan memberi pesan ke teman ku. Mereka akan bertemu dengan kita di Balmel dan akan menghubungiku jika ada sesuatu yang terjadi. Aku meminta mereka untuk memberitahu raja bahwa tuan puteri aman untuk sekarang, tapi tolong jangan berharap terlalu banyak.”

Shin memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya sambil memberitahu Rionne; walaupun itu cukup berbeda dari perbincangan sebenarnya dengan Schnee.

Walaupun dia ingin menelusuri Tempat Suci, sudah pasti akan menjadi buruk jika dia membawa Rionne bersamanya, jadi dia memutuskan untuk keluar sebagai prioritas utama dan penelusuran sebagai bonus.

Meskipun Rionne adalah Chosen One kelas atas, Jika rumor tentang informasi monster disini benar, maka dia dalam bahaya jika Shin tidak menjaga nya.

 “Rionne-sama, apa kau tahu sesuatu tentang Tempat Suci?”

 “Tidak, ini pertama kalinya aku ke Tempat Suci, tapi aku pernah mendengar tentang monster yang ada di Tempat Suci, dan itu mampu membuat beberapa Chosen One kelas atas untuk mengerahkan segalanya untuk melawan mereka.”

 “Informasi itu sama seperti yang aku ketahui. Bagaimanapun caranya, aku akan membutuhkan senjata kan?”

 “Tentu saja, akan mustahil jika tidak menggunakan senjata. Apa senjata ku memiliki berkah tersembunyi?”

Rionne berkata seperti itu dan mengeluarkan Muspelmnya dari peti yang dia pegang.

Apa itu karena Rionne memiliki senjata yang dapat menahan semua kekuatanya? Meski dia diteleport ke tempat berbahaya, tidak ada ekspresi takut diwajahnya.

Karena peti yang dia bawa sudah menjadi tidak berguna dalam situasi seperti ini, dia memutuskan untuk meninggalkannya. Karena Muspelm saat ini terbungkus dengan sarung pedang buatan, dia tidak perlu membawa petinya.

 “Aku baik-baik saja, bagaimana dengan mu Shin? Mungkin tidak ada senjata tergeletak disini...”

Rionne yang sedang menggunakan Muspelm, berbicara saat dia melihat Shin.

Namun, Shin sama sekali tidak panik. Jika yang dia butuhkan adalah senjata, dia memiliki lebih dari yang dia bisa gunakan dan memiliki penjelasan mengapa senjata-senjata itu sudah dipersiapkan.

 “Tidak apa-apa, karena aku memiliki ini.”

Shin berbicara dan mengeluarkan sebuah kartu dari saku di dadanya dan mengaktifkannya.

 “Itu...?!”

 “Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Aku memiliki satu atau dua kartu truf tersembunyi.”

Shin tertawa sedikit bangga kepada Rionne yang sedang terkejut.

Apa yang Shin pegang sesuatu yang dapat disalah artikan sebagai senjata lemah, berbentuk bulat panjang yang diratakan. Katana yang bagian pinggirnya ditebalkan, yang bagaimana penjelasan terbaik untuk menggambarkan bentuknya.

Panjangnya sekitar satu setengah mel dan memiliki warna penuh hitam. Desainnya seperti karakter Sansekerta yang digambar merah di bagian ratanya. Meski tampak seperti pedang, karena senjata itu termasuk kelas berat seperti mace ataupun staf panjang, yang kegunaannya untuk menghancurkan, bukan memotong, saat bertarung.

Senjata ini, yang sepertinya memiliki atribut yang sepenuhnya berlawanan denganMuspelm, adalah senjata kelas  Mythology bernama Kakura. Alasan kenapa memiliki penampilan berwarna hita karena hampir semuanya terbuat dari adamantine. Ada sedikit Orichalcum di intinya, dan mithril digunakan sebagai karakter Sansekerta; Hasilnya, ini bisa mengatasi serangan sihir dan fisik lawan.

 “Meskipun aku berpikir kamu bukanlah orang biasa, saat kau menyembunyikan hal semacam itu...”

 “Aku melewati banyak kesulitan untuk mendapatkan ini, jadi tolong rahasian ini jika bisa.”

Shin memastikan indera nya dengan cara mengayunkan Kakura yang dibungkus oleh aura merah.

Berbeda dengan penampilannya, karena terbuat dari adamantine, beratnya seberat Muspelmmilik Rionne. Hembusan angin yang menyatakan betapa beratnya satu ayunan itu.

 “Aku hanya ingin menanyakan satu hal, dimana tim pemeriksa Tempat Suci masuk? Aku punya perasaan bahwa mereka keluar dari sana.”

 “Diantara gerbang-gerbang ada empat gerbang arah utama, mereka masuk melalui gerbang selatan ; tentu saja, itu tidak akan mudah untuk dilalui.”

 “Apa susah untuk memanjat dinding disekitarnya?”

 “Ah, dulu ada orang yang pernah mencobanya. Itu baik-baik saja jika melakukannya dari luar, tapi saat kamu mecobaya dari dalam, sangat sulit menghindar kalau monster menyerangmu”

Dari tempat dimana Shin dan Rionne berada, dinding-dinding yang mengelilingi Kalkia bisa terlihat.

Walaupun seseorang memanjat dinding yang lebih tinggi dari dinding di Bayreuth, dan melalukannya tanpa ada halangan mungkin masih membutuhkan waktu yang cukup lama.

Akan lebih lama lagi jika ada halangan dari monster.

 (Tapi jika aku serius, aku bisa melakukanya...)

Meski Shin dapat melakukannya, kemampuannya mungkin akan diketahui oleh Rionne, dan ini adalah masalah kecil untuk keluar dari sini bagi kedua orang itu.

Tehnik gabungan dari bela diri dan skill magis untuk berlari di dinding adalah tehnik yang cukup populer dalam pertarungan antar player. Jika dia memaksa menggunakan tehnik itu sedikit demi sedikit, dia mugki bisa melakukannya hanya dengan salah satu skill saja. Namun, menurut apa yang dia dengar dari Rionne, tehnik itu seharusnya sudah hilang juga.

 “Kalau begitu, Shin, ayo kita bergerak dengan hati-hati.”

 “Ya.”

Kedua orang itu bergerak menuju gerbang selatan sambil mengamati keberadaan yang ada disekitar mereka.

Karena Kalkia adalah kota dari era game, Shin pikir dia bisa memperbaik petanya ; Namun, tidak seperti yang dia harapkan, saat dia mecobanya tidak ada perubahan berarti. Meski begitu, petanya sepertinya telah di gambar dari nol lagi.

Sambil melihat keberadaan dari monster, mereka bergerak dan melompat ke atap dan Shin merasa pandanganya berubah.

 “Apa?”

Shin menemukan dirinya berdiri di tanah sebelum dia mengetahuinya.

Dia berniat untuk lompat ke atap atas, tapi sensasi yang diberikan ke kakinya adalah sensasi dari tanah.

 “Shin, kau merasakan hal yang sama juga?”

Saat Shin berbalik, Rionne berdiri degan ekspresi bingung.

 “Tunggu sebentar. Biarkan aku mencobanya sekali lagi.”

Setelah megatakan itu, Schin melompat sedikit lebih kuat.

Seperti biasa, dia hanya menaruh kekuatan secukupnya jadi dia dapat lompat ke atap bangunan. Namun, itu tidak terjadi.

 “Apa ini titik transisi?”

Mungkin untuk seseorang bisa melompat sampai batas tertetu. Namun, saat seseorang itu sampai di atas ketinggian tertentu, tubuhnya yang seharusya melompat akan langsung mendarat di tanah.

 “Rionne-sama, bagaimana aku terlihat dimatamu?”

Untuk memastikan, Shin bertanya kepada Rionne.

 “Tidak diragukan lagi kau benar-benar melompat. Namun, saat kau mencapai ketinggian hanya diatas atap lantai 1, tubuh mu, yang seharusnya ada diatas, menghilang, lalu muncul diatas tanah.”

Sambil Rionne menunjuk atap bangunan tertentu di depan Shin, dia menjelaskan bagaimana dia melihatnya.

 “Jadi seperti itu... Jika kita asumsikan, itu akan terjadi tiap kali kita mencoba naik di atas ketinggian tertentu, artinya diblokir.”

Shin menyimpulkan seperti itu.

 “Pertama kalinya aku melihat fenomena semacam ini. Shin, apa kau tahu sesuatu?”

 “Kupikir aku tahu apa yang sedang terjadi. Bisakah kita melanjutkan perjalanan kita di jalan untuk memastikan hipotesa ku?”

 “Tidak masalah, akan kuserahkan kepadamu.”

Shin bergerak melalui jalan utama.

Di pertengahan jalan, mereka akhirnya berhenti di depan gang sempit yang hampir tidak bisa memuat dua orang.

 “Rionne-sama, aku akan masuk ke gang ini, tolong tunggu sebentar disini.”

 “Oke.”

Setelah mengatakan beberapa kata ke Rionne, Shin mulai berjalan masuk ke dalam gang.

Pada saat berikutnya, saat seluruh tubuh Shin memasuki gang, pandangannya berubah, dan pemandangan gang yang berbeda datang kedalam pandangannya.

Dimata Rionne, persus seperti apa yang terjadi dengan Shin beberapa saat lalu, Shin terlihat kembali dari gang dengan tak wajar.

 “Sebenarnya apa ini...?”

Rionne melihat ke Shin dengan keheranan.

Walaupun itu terjadi di depan matanya, dia sepertinya tidak bisa memahaminya.

 “Yang ini juga, huh?”

 “Shin, bisa kau jelaskan apa yang sedang terjadi? Sesuatu yang aneh dengan kejadian hari ini.”

Rionne bertanya kepada Shin yang terlihat memahami apa yang sedang terjadi.

 “Maaf, aku hanya ingin memastikan untuk yang terakhir kalinya, karena aku pikir aku bisa yakin setelah yang satu ini, bisa kau menunggu sebentar lagi?”

 “Muu! Jika kau memang yakin, ya sudahlah. Terus, apa yang ingin kau pastikan?”

Tanya Rionne sambil menekan kepada Shin.

 “Saat kita sampai di jalan ini, seharusnya ada bola cahaya yang mengambang. Karena kau tidak bergerak maju jika kau keluar dari jalan, tolong perhatikan itu.”

Shin memberitahu Rionne rinciannya dan mulai berjalan.

Rionne juga mengikutinya sambil melihat-lihat sekililing.

 “Rionne-sama, aku melihat nya. Disana.”

 “...Benar, seperti yang kau katakan, sebuah bola cahaya.”

Di depan, ditengah-tengah jalan, ada bola yang mengambang di udara dengan diameter sekitar 30 cemels, dan mengeluarkan cahaya putih.

Tingkat terangnya tidaklah tinggi; orang tidak akan buta walaupun dia melihatnya secara langsung.

 “Aku pikir ini tidak salah lagi. Entah kenapa, seluruh kota ini sepertinya sudah berubah menjadi dungeon.”

 “EH, APA KATAMU?!”

Rionne terkejut karena mendengar penjelasan Shin.

Meskipun fitur untuk kota hilang karena monster-monster yang berkeliaran, dulu tempat itu dikenal penuh dengan kemakmuran. Saat dia mendengar bahwa kota itu telah menjadi dungeon, dia tidak bisa menghentikan keterkejutannya.

 “Tapi, apa yang harus kita lakukan? Aku belum pernah mendengar sebuah kota menjadi dungeon sebelumnya.”

 “Meskipun aku bilang ‘dungeon’, tolong jangan cemas, karena ini berbeda dengan dungeon yang sebenarnya.”

Shin berbicara dengan tenang ke Rionne yang sedang mengerutkan alisnya dan merenung.

Shin sebenarnya mengetahui dungeon ini sepenuhnya yang membuatnya semakin baik-baik saja.

 “Tolong jelaskan padaku Shin.”

 “Tentu. Apa yang ku katakan adalah, dalam situasi saat ini, kita hanya bisa mencapai pintu keluar jika kita pergi melalui rute tertentu.”

 “Rute tertentu? Jadi, alasan kenapa kita tidak bisa bergerak diatas atap dan lorong....”

 “Ya, itu karena keluar dari rute yang telah ditentukan. Jika kau mencoba untuk mengambil jalan pintas yang benar-benar keluar dari rute, maka kau akan kembali ke tempat awalmu. Untuk bisa keluar dari sini, kita harus mengikuti bola sinar itu sebagai penanda.”

Shin tiba-tiba mengingat setelah update besar-besar an, lomba batasan waktu yang menggunakan seluruh kota sebagai tempat lomba berlangsung.

Di kota yang baru muncul dalan update, tidak ada toko milik player, tempat guild dan sebagainya. Jadi, jika ada event menggunakan seluruh kota yang kita-kira ga mungkin,  maka akan dilaksanakan di kota ini; sebuah lomba dengan batasan waktu/ time-attack race.

Dengan pusat kota sebagai pintu masuk, player bersaing dalam waktu untuk keluar dari sana. Player dan party yang memiliki waktu tercepat mendapatkan item langka terbatas dari event; oleh karena itu, Shin pernah melihat bola itu sebelumnya.

 “Aku tidak ingat mendaftar lomba ini padahal.”

Shin lanjut berbicara dengan nada kecil yang tidak bisa di dengar oleh Rionne.

 “Karena tidak ada perangkap di rute, jika kita bisa menemukan bola saat membunuh monster, maka kita bisa keluar tanpa ada kesulitan.”

Monster akan muncul dan akan mencocokan stat nya dengan player.

Limit tidak bisa dilepaskan selama event, dan stat yang telah dikurangi akan digunakan. Selain itu, perjalanan akan menjadi lebih panjang jika stat nya tinggi ; itu adalah gambaran dari lomba batasan waktu yang Shin ketahui.

Karena perlombaan mempertimbangkan stat dan tehnik yang telah dipelajari, maka perlombaan ditentukan pada rute keluar yang dibuat acak dan panjang yang berbeda.

 (Masih bisa melepas Limit sekarang, tapi apa ini akan berbeda dengan event dalam game? Tidak.... ada kemungkinan aku tidak bisa ikut campur dengan stat karena game sudah menjadi kenyataan kan?)

Karena dunia ini sendiri masih misterius, Shin tidak bisa yakin, dan tidak semuanya harus bertindak sesuai skenario game.

 “Jadi begitu, apa ada batas waktu? Saat menelusuri reruntuhan kuno dan dungeon, aku dengar akan semacam hal itu juga.”

 “Tidak, seharusnya tidak ada batas waktu.”

Ini adalah event yang dapat diselesaikan oleh satu orang walaupun sesorang bersantai.

Tujuannya adalah bersaing untuk waktu tercepat keluar. Menurut pengetahuan Shin, tidak ada hukuman khusus jika lama.

 “Shin, meskipun mungkin terlihat buruk saat aku mengatakannya, aku merasa beruntung bisa diteleport bersama mu. Terima kasih, aku tidak perlu bersusah payah untuk mengatasi teka-teki ini.”

Rionne berbicara sambil tersenyum.

Jika Rionne sendirian, sudah pasti bahwa dia akan menghabiskan waktu yang banyak sampai dia memahami situasinya.

 “Kalau gitu, Shin, ayo kita cari bola cahaya itu. Katakan padaku jika ada tempat yang berbeda dari apa yang kau tahu. Ini adalah Tempat Suci, aku tidak tau apa yang akan terjadi.”

 “Baiklah. Untuk bola ini, ini menjadi tempat transisi ke rute selanjutnya. Pertama, aku akan di teleport terlebih dahulu. Aku akan kembali secepatnya jika tidak ada sesuatu, Jadi tolong tunggu sebentar.”

 “Oke.”

Mendengar pertanyaan Rionne, Shin pun menyentuh bola.

Pemandangan disekitarnya tiba-tiba berubah, dan Shin sedang berada di tempat yang berbeda. Saat dia melihat peta, jarak antara dia dan Rionne tidak terlalu jauh. Sebuah jarak yang bisa ditempuh kurang dari 5 menit jika berjalan normal.

 “Ini adalah bagian dari perlombaan dimana hal itu akan menjengkelkan.”

Shin menghela karena dia mengingat perlombaan yang pernah dia ikuti sebelumnya. Dia kembali ke tempat dimana Rionne berada.

 “Ini aman. Kalau begitu, ayo.”

 “Maaf telah membiarkanmu di posisi yang berbahaya.”

 “Aku tidak akan membiarkan Tuan Puteri berada di posisi ku. Selain itu, ada sekumpulan monster di depan setelah teleport. Jika itu hanya aku, aku hanya bisa lari.”

Sebenarnya, Shin dapat dengan mudah menghancurkan musuh yang ada di depan.

Jika dia sedang berada di posisi dimana dia tidak bisa dilihat, Shin akan langsung membunuh monster apapun tanpa pandang balu.

 “Tidak perlu untuk bersikap formal disini. Kita berdua harus bertahan dan pergi meninggalkan tempat ini bersama-sama.”

 “Tentu saja.”

Untuk membalas perkataan Rionne yang penuh dengan tekad, Shin membalas dengan anggukan.

◆◆◆◆

Dengan Shin sebagai pemimpin, kedua orang itu berjalan menyusuri jalan.

Selama perlombaan batasan waktu, pada dasarnya mustahil untuk bergerak lurus kecuali melewati jalan utama. Ada pengecualian seperti jalan rahasia, tapi itu tergantung dengan keberuntungan apakah mereka dapat menemukannya atau tidak.

Kecuali mereka sedang dalam situasi putus asa dan bertujuan untuk putar balik, itu akan memakan waktu untuk mencari hal semacam itu.  Rionne juga mencari-cari gang seperti itu awalnya, tapi karena saran Shin, dia akhirnya pergi menggunakan jalan utama.

Saat mereka mendekat persimpangan, Shin melihat kebelakang ke Rionne.

 “Rionne-sama, kita akan berjalan lurus dari sini.”

 “Apa kau menemukan sesuatu?”

 “Ada tiga monster dikiri, satu di kanan. Karena didepan tidak ada monster, kita harus kesana terlebih dahulu. Jika itu salah, kita akan ke kanan. Bahkan jika kiri adalah jalan yang benar, akan ada rangkaian pertarungan. Aku pikir kita harus menjauhi pertarungan sebisa mungkin.”

Dalam jarak penglihatan Shin, ada beberapa kehadiran monster.

Karena dia bisa memperkecil jarak untuk akurasi, dia dapat melihat nama dan level mereka.

Dibagian kiri, ada monster bertipe serigala dengan level 602 “Blue-Mist Hound”, monster tipe kalajengking dengan level 544 “Spoerk” , dan  monster tipe Slime dengan level 588, “Gilslay”.

Dia bisa tau bahwa itu adalah pertempuran 3 arah dari pergerakan tanda di peta. Mungkin akan sulit untuk Rionne masuk kesana.

Di arah lain, yaitu jalan kanan, ada monster tipe hantu dengan level 531, Ghillie Wiza.

Itu, monster yang menyusahkan karena dapat menggunakan beberapa skill sihir tingkat lanjut, tapi dengan  Kakura milik Shin dan Muspelm milik Rionne, mereka sudah lebih dari cukup untuk menghasilkan damage kepadanya. Bahkan dengan kemampuan bertarung milik Rionne, itu akan menjadi pertarungan yang mudah. Tidak ada masalah bahkan jika dia terkena serangan skill sihir jika Shin menjadi tameng nya.

 “Benar, disini hanya ada kita berdua. Kita harus menghindari pertarungan yang akan merugikan kita.”

Rionne sepertinya mempercayai perkataan Shin, dan berjalan kedepan.

Akan tetapi, pandangan kedua orang tersebut berubah setelah berjalan sekitar lima menit. Itu tidak dapat dimengerti karena mereka sedang di tengah jalan utama, dan toko yang ada di kiri dan kanan berubah.

 “Sepertinya ini tidak bagus.”

 “Ya sepertinya begitu. Tak ada pilihan selain kembali.”

Karena mereka tidak bisa maju lagi, seperti yang mereka setujukan sebelumnya, mereka kembali dan berbelok ke kiri.

Shin menangkap keberadaan monster di penglihatannya setelah berjalan untuk sementara waktu.

 “Ini dia. Masih 1 monster, dan tidak ada keberdaan monster lain disekitarnya.”

Di depan kedua orang itu ada sesosok mumi, yang menggunakan jubah hitam seperti kabut, dan memiliki staff yang melengkung.

Hanya kepala dan tangan yang menunjukkan sosok mumi, baik kaki maupun tubuh bagian atas tidak ada disana. Itu monster yang tubuhnya berubah menjadi kabut. Namanya Ghillie Wize.

Sebenarnya, dengan melihat saja, mumi tersebut rupanya tidak memiliki fisik untuk kepala dan tangannya. Senjata biasa tidak bisa memberika kerusakan yang sebenarnya ; itu adalah monster tipe mage yang dapat menahan serangan fisik.

 “Apa... itu?!”

 “Monster tipe hantu, Ghillie Wize. Dia bisa menggunakan sihir tanah dan angin. Meskipun dia memegang staff, karena staff nya mengambang, gerakannya tidak beraturan. Berhati-hati lah.”

 “Terima kasih atas sarannya!”

Shin memberikan informasi penting kepada Rionne saat berlari.

Jika seseorang melihat mahluk ini untuk pertama kalinya, mereka mungkin berpikir kalau monster itu memegang staff. Dan mereka akan menerima serangan dari tongkat terbang, seakan tidak akan bisa melihat serangan dari monster.

 “Suuuooooooooooooonyyyyyyyyyyyyyy!!!”

Suaranya bergerma, dan tak tau darimana suara berasal.

Ini adalah pelafalan sihir oleh Ghillie Wiza.

 “Sesuatu datang!”

Shin berteriak hampir bersamaan dengan Ghillie Wize yang selesai melafalkan sihirnya.

Apa yang dikeluar adalah Skill sihir angin, Air Barret dan Air Cutter. Peluru yang berasa dari angin yang di padatkan dan pedang tajam dari angin menyerang Rionne dan Shin. Meski kedua sihir itu berada di level dasar, jumlah serangnya lebih kuat dibanding mage biasa.

 “Tingkat ini!!!”

Rionne memperkecil jarak sambil menghindar serangan dari Ghillie Wize.

Tanpa perlu memperlihatkan kemampuan memperkuat fisik oleh skill dukungan Spirit Manipulation • Katsusen, dia terus menghindari sihir angin yang seharusnya sulit di lihat.

Shin juga, memperkecil jarak seperti yang Rionne lakukan, mendekat ke Ghillie Wize. Namun, jika seseorang melihatnya dengan dekat, Sihir yang ditembakkan sebenarnya menghilang saat mereka mendekati Shin. Dengan ketahanan sihir dari kelainan yang dimiliki High Human, sihir tidak bisa mempertahankan wujudnya.  Dilihat dari tipe mage seperti Ghillie Wize, keberadaan Shin memiliki kompabilitas yang sangat buruk.

 “Ziiii!!?”

Suara kaget tadi berasal dari Ghillie Wize.

Rupanya dia menyadari bahwa sihir disekitar Shin telah menghilang.

Sambil bergerak dengan kecepatan yang menyaingi kecepatan Rionne, Shin tersenyum dan tertawa yang hanya bisa dilihat oleh Ghillie Wize.

 “Uhh!!?”

Kata yang keluar, apa maksudnya  “Sial!!?” jika dikatakan oleh human?

Mungkin dia sudah menyadari bahwa sihir tidak bekerja. Wajah mumi yang seharusnya tidak memiliki ekspresi, terlihat berkedut.

Sosok Shin yang mendekat, yang berada sedikit dibelakang Rionne, pasti terlihat sebagai iblis dimata Ghillie Wize. Dia menjadi lebih berhati-hati terhadap Shin dibanding Rionne yang memegang pedang suci yang seharusnya menjadi kelemahannya.

 “BeeeeJaaaaaaaaaa!!”

Dengan teriakan, kekuatan sihir dengan jumlah besar berkembang disekitar Ghillie Wize.

Dia sedang mengisi skill sihir angin Storm Blast dan skill sihir tanah Dragoon Bite. Dengan tornado yang melebihi tinggi Ghillie Wize, dan Rahang yang memiliki bentuk naga, skill Air Barretterbang dengan liar, mendorong kedua penyerang tersebut.

 “Sial! Apakah ini adalah kekuatan dari monster di Tempat Suci?”

Bahkan Rionne khawatir dengan ini.

Menaruh kekuatan kedalam Muspelm, dia ingin mengaktifkan beberapa macam skill. Namun, Shin menyela nya.

 “Serahkan padaku! Rionne-sama, tolong tangani monster itu saja!”

 “Okay, kau bisa memcayakannya padaku!”

Rionne menggagalkan Skill yang ingin dia keluarkan, dan mengumpulkan kekuatan lebih ke dalam tangannya.

Meskipun akan berbahaya jika Shin gagal, Rionne tidak yakin kalau Shin akan membuat kesalahan. Walaupun dia hanya mengetahui sedikit dari kemampuan Shin, dia sama sekali tidak meragukan kartu truf milik Shin, Kakura.

Shin melangkah maju dengan kuat sementara sepasang sihir tingkat lanjut mendekat. Skill sihir itu dikeluarkan dengan seluruh kekuatan yang dimiliki Ghillie Wize. Namun, sihir tersebut sudah kehilangan kekuatannya karena ketahanan sihir milik Shin; Sebenarnya; sihir yang ditembakkan ke Shin hampir menghilang.

 “Ini dia~!!”

Shin mengayunkan senjatanya kesamping menuju sihir musuh, yang akan menghilang jika hancur berantakan.

Berbandingan terbalik dengan wujudnya, di depan acungan Kakura , yang membawa  banyak massa, dapat menghapus sihir yang mendekati kedua orang itu dengan mudah yang pada dasarnya mengecewakan. Ghillie Wize juga, tidak bisa membayangkan bahwa itu dapat dihancurkan dengan mudah.

Melihat Shin dan Rionne mendekat tanpa luka, pergerakan Ghillie Wize benar-benar terhenti. Rionne, yang tidak pernah mengabaikan kesempatan semacam itu dengan cepat mengambil keuntungan.

 “Kena kau!!”

Rionne dengan kuat melompat dari belakang Shin dan berputar sekali di udara.

Melepaskan kekuatan yang telah dikumpulkannya, dia mengeluarkan tehnik Full Moon Edge. Dengan gaya sentrifugal yang ditambah oleh berat dari Muspelm, dia menyerang dengan pedang yang bersinar putih ke Ghillie Wize.

 “Dyyyyyyyyyyyyyyーー!!”

Serangan yang menembus jubah secara diagonal dan menebas sepertiga bagian dari Ghillie Wize, dan memotong tangan yang memegang staff.

Tangan yang telah dipotong menghilang di udara. Walaupun dia tidak memiliki jiwa, dia tidak bisa menghindari kerusakan jika ada begitu banyak tubuh yang meledak. Semua itu benar karena serangan tersebut memiliki atribut cahaya yang merupakan kelemahannya.

Staff yang seharusnya melayang sekarang terjatuh ditanah. Ghillie Wize berteriak atas kerusakan besar yang diterimanya, tapi kesakitan itu belumlah berakhir. Itu karena, Shin sedang menuju Ghillie Wize yang mundur karena kerusakan yang telah dia terima.

Shin tersenyum dan tertawa lagi.

Tidak perlu dikatakan lagi, Ghillie Wize melihat Shin yang memiliki senyum kejam seperti iblis.

 “Hiiiii!?”

Apa dia memiliki kecerdasan? Ghillie Wize dengan putus asa membuat jarak tidak lama setelah dia mengatakan “Hiiii!?”.

Akan tetapi, tidak mungkin untuk lepas dari kejaran Shin.

 “Waktunya untuk mengakhiri ini kawan!!”

Shin melompat dan mengayunkan pedangnya kebawah ke Ghillie Wize yang terjatuh.

Ini adalah Skill palu Fission yang membungkus Kakura.  Karena hanya sedikit skill yang dapat mengakibatkan kerusakan kepada monster yang tidak memiliki tubuh, Kakura yang sudah kuat bertambah kuat lagi.

 “orz…”

Diucapkan Ghillie Wize di detik akhir saat serangan tunggal datang dari langit; Meskipun, apa yang digumamkan tidak diketahui artinya.

 “Tak disangka kalau ini kemenangan yang mudah.”

Rionne sepertinya merasa puas untuk pertarungan yang berakhir setelah beberapa menit.

 “Mungkin itu dikarenakan Muspelm diberkati oleh atribut cahaya yang merupakan kelemahannya. Ditambah kualitas tinggi, entah mengapa bahkan hanya kita berdua, Chosen One kelas atas, bisa mengalahkannya. Biasanya tidak mudah seperti ini.”

Karena Shin khawatir agak aneh untuk berpikir optimis, dia memberi pengingat yang kuat.

Mungkin, jika senjatanya adalah gagang besi atau pedang yang dipinjam dari reruntuhan, semua itu tidak akan berakhir seperti ini. Meski Ghillie Wize dikalahkan dengan sangat mudah, jika musuhnya tentara biasa,  yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan kira-kira kerajaan kecil dengan kekuatannya. Itu akan menjadi pertarungan yang buruk.

 “Baiklah aku mengerti. Omong-omong, level ku tidak naik bahkan saat aku mengalahkan skull Face unik, tapi kali ini levelku naik. Meskipun memang benar kalau pertarungan itu mudah, aku tidak pernah menduga bahwa dia itu lemah.”

Rupanya, Rionne telah naik level.

Musuhnya hampir medekati peringkatnya kali ini. Oleh karena itu, dia mendapatkan cukup banyak exp untuk naik level.

 “Selain itu, aku mendapatkan semacam title.”

 “Title?”

 ‘Title didapat melalui pertarungan dan naik level’, Pikir Shin saat dia mengingat hal yang sesuai dengan pertempuran semacam ini.

 “Ya,  tertulis ‘Musuh Alami dari Pengguna Sihir’.

 ‘Musuh Alami dari Pengguna Sihir’ adalah title yang didapatkan dari mengalahkan monster tanpa menggunakan sihir,  dan tanpa menerima kerusakan saat bertarung melawan musuh yang menggunakan skill sihir level lanjut. Title tersebut memiliki efek mengurangi kerusakan skill sihir 2 persen.

 “Ooh, begitu ya.... tapi apa tidak apa-apa untuk memberitahu ku? hal semacam ini seharusnya disimpan sebagai rahasia kan?”

 “berkat kamu aku mendapatkan ini, Shin. Selain itu, kau tidak akan menyebarkan hal semacam itu kan?”

 “Itu benar, tapi...”

Sebelum Shin menyadarinya, sepertinya kepercayaan Rionne terhadap Shin sudah meningkat.

Apa itu karena mereka bertarung bersama?

 “Tapi, dilihat dari penampilanmu, sepertinya kau mengetahui efek tentang title ya Shin.”

 “Yaaa, apa yang anda maksud?”

 “Tadi, kau bilang “Begitu ya”, iya kan?”

Dia sepertinya telah ketahuan karena jawabannya.

Karena dia memiliki firasat bahwa itu akan buruk jika dia tahu rinciannya, dia tidak menjawab dengan jelas. Untuk hal barusan, Shin ingat bahwa ‘title lebih langka dari pada skill’.

 “...Aku tidak mengingatnya.”

 “Apa kau seorang bangsawan?...”

Rionne memberikan sedikit perasaan jijik; bangsawan di dunia ini sepertinya juga mengatakan hal yang serupa.

Saat berhubungan dengan politik, jenis pembincaraan ini sepertinya umum dimana saja.

 “Fufu, tapi aku sedikit tertarik denganmu tiba-tiba. Namun, sekarang keadaan darurat. Aku akan menanyakan iti nanti. Kalau begitu, aku akan duluan.”

Apa ada sesuatu yang menarik hati Rionne? Dia mulai berlari dengan tawa kecil.

Matanya seperti pemburu yang menemukan mangsanya.

 “...Baiklah.”

 ‘Aku akan lebih berterima kasih jika kau melupakannya,’ pikir Shin sambil mengikuti Rionne

Saat dia keluar dari Tempat Suci, Shin merasa pertanda bahwa hal yang merepotkan semacam ini akan muncul lagi saat dia kembali.

◆◆◆◆



6 komentar:

  1. berhati-hatilah kau shin ,,harem mu mungkin bertambah (ngarep harem) wkwkwk

    BalasHapus
  2. Berharap novel ini updatenya stabil 👍

    BalasHapus
  3. mau nanya kalo yang cerita dikomiknya itu dinovelnya sampe mana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Vol 3 chapter 3 part 3 klo gk salah kak...

      Hapus