The New Gate Volume 6 Chapter 1 Part 4 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Sabtu, 14 Juli 2018

The New Gate Volume 6 Chapter 1 Part 4

vol6covernew




Volume 6 Chapter 1 Part 4


Eline menghindari serangan berulang kali.

Wilhelm adalah seorang Chosen One kelas atas. Ini terlihat tidak mungkin, tapi ini terlihat seperti Eline tau gerakan Wilhelm selanjutnya. Wajah Eline tetap tenang dan santai.
 

“Aku yakin tombak mu berada di kelas Legend, tidak mungkin ada di kelasMythology. Aku jadi ingin membuatnya menjadi koleksi ku.”

“Tutup mulutmu!!”

Serangan Wilhelm semakin kuat. Dia tidak kehilangan kecepatan meskipun melancarkan serangan berulang-rulang. Seseorang akan berpikir bahwa satu serangannya dapat menghancurleburkan Skull Face kelas King.

Namun itu masih bukan tandingan Exvainemilik Eline, ataupun Eline sendiri. Orang dan senjata yang Wilhelm hadapi adalah sesuatu yang lebih kuat darinya.

“Kau sehebat apa yang aku dengar. Aku harap aku bisa memiliki sedikit lebih banyak kecepatan. Sayangnya ini adalah salah satu kelemahan saat menggunakan Exvaine.”

“Kenapa, kau....!!”

Ini benar-benar membuat Wilhelm frustasi melihat bagaimana Eline tidak sepenuhnya bersungguh-sungguh dalam bertempur.

Wilhelm harus merubah taktik. Dibanding kehabisan tenaga karena serangan bertubi-tubi, dia memilih untuk melakukan satu serangan kuat. Dia melangkah mundur untuk menaruh kekuatan yang lebih banyak ke tangannya yang sedang memegang Venom. Tapi, itu malah membuatnya tidak bergerak sementara.

Eline pun tidak mensia-siakan kesempatan itu.

Dia berubah dari mode bertahan menjadi mode menyerang, dan menusuk Wilhelm menggunakan Exvainenya.

“Gah!!”

Wilhelm menaruh Venomdi depannya untuk menahan Exvaine.

Massa yang besar membuat Wilhelm terkejut. Dia tidak mengantisipasi berat pedang tersebut setelah melihat Eline mengangkatnya dengan mudah. Terlepas dari apa yang Eline katakan mengenai kecepatannya sendiri, dia lebih cepat dan lebih lincah dibanding Wilhelm.

Wilhelm menerima beberapa luka.

Dia terlempar kebelakang dan membentur dinding. Saat menjerit kesakitan, dia dapat merasakan udara yang ada di paru-parunya di paksa keluar.

Venomtelah menyelamatkan Wilhelm dengan mencegat serangan musuhnya. Tapi tetap saja, serangannya masih cukup untuk membuat Wilhelm melepaskan Venomnya.

Venomtergeletak dengan retakan di bagian tengahnya setelah berbentrokan dengan Exvaine.

“Oh ya ampun. Setelah menyelidiki hal mengenai dirimu, aku pikir aku akhirnya menemukan sesuatu yang aku suka. Sekarang barangnya rusak. Seharusnya aku mengetahuinya  dengan lawan yang kuat sepertimu.”

Eline melihat kebawa ke arah Venomdan menggelengkan kepalanya setelah mengeluh berat.

Mungkin dia terlalu asyik dengan senjata yang dia inginkan, sampai-sampai dia tidak mempedulikan Wilhelm yang sedang membersihkan puing-puing yang ada pada dirinya.

“Grr.”

“Oh. Sepertinya kau baik-baik saja. Tombak ini tidak bagus untuk ku.”

“Kenapa...Kenapa kau ada disini?”

“Klienku sedang mencari seseorang.”

“Mencari...?”

“Ya benar. Tapi kami sudah menemukan anak tersebut. Oh, apa ini merupakan pernyataan? Ah salahku. Biarlah, lagian peranku disini sudah selesai.”

Eline menjawab Wilhelm dengan riang.

Wilhelm bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan orang yang ada di depannya.

“Aku harus pergi sekarang, jika tidak aku akan dapat masalah. Omong-omong, aku akan senang jika kau bisa memperbaiki tombakmu lagi.”

“Kenapa kau tidak memberitahuku saja kemana kau akan pergi.”

“Baiklah. Kami akan pergi menuju pusat gereja. Silahkan datang kapanpun. Namaku Eline Sperizer. Kau harus mengingatnya.”

Kemudian Eline berbalik dan pergi.

Tidak ada satu orangpun yang dapat melupakan seringai jahatnya.


◆◆◆◆ 


“F-Fuck!”

Eline menghilang, dan Wilhelm mengerang ketika dia mencengkeram perut kirinya yang terluka.

Dia tau bahwa beberapa tulang rusuknya telah retak. Ditambah lagi, pertarungan telah membawa banyak kerugian bagi tubuhnya.

Wilhelm sudah menjumpai beberapa pertempuran sampai saat ini, dan saat ini dia terkejut. Dia hanya menerima satu serangan dan dia sangat menderita.

Mungkin Eline adalah seorang petarung yang hebat, atau senjatanya yang hebat. Apapun itu, senjatanya tidaklah normal.

“Rashia...”

Dia memaksakan dirinya untuk melangkah.

Thoria seharusnya tidak ada disini. Kalau begitu hanya Rashia yang berhadapan dengan Eline.

“!?”

Dia dapat mencium bau darah. Itu adalah perasaan yang menakutkan karena bau itu ada di dalam rumah tuhan.

Wilhelm memandang dengan panik, kemudian dia melihat Rashia tergeletak di lantai dengan punggung yang dipenuhi dengan darah.

Ini sudah cukup untuk membuatnya melupakan bahwa dia sedang terluka.

“Rashia!! TIdak, Rashia!! Bagunlah!!”

“Wi...”

Rashia hampir tidak sadarkan diri ketika memanggil nama Wilhelm.

“Tolong! Terima ini!!”

Dia mengambil sebuah kartu dari Item Box nya.

Itu adalah ramuan kelas 5 – Antidot kelas tertinggi yang Wilhelm pernah miliki. Ini harusnya bekerja, bahkan untuk luka seperti miliknya.

“Tidak! Kenapa! Kenapa?!”

Dia sudah memberikan ramuan kepada Rashia. Tapi, lukanya tidak kunjung sembuh.

Wilhelm tidak tau kalau ada batasan tiap kelas ramuan. Ramuan kelas 5 hanya seefektif kemampuan penyembuhan orang yang membutuhkan penyembuhan. Hanya ramuan kelas 4 dan di atasnya yang bisa menyembuhkan luka dan meningkatkan daya hidup seseorang.

Ramuan dengan kelas setinggi itu tidak tersedia di pasaran. Bahkan sangat jarang untuk bisa melihat ramuan kelas 5; ramuan yang Wilhelm miliki.

“Sial!!”

Wilhelm bisa melihat bahwa itu tidak berguna. Kemudian dengan segera dia mengambil message card yang ada di Item Box nya. Tidak ada waktu lagi –  bahkan untuk menulis permintaan bantuan kepada orang lain.

Dia menulis bahwa Rashia tertusuk.

Dia hanya memiliki sedikit waktu yang tersisa di dunia ini.

Wilhelm tidak bisa menolongnya. Semua yang bisa dia lakukan hanyalah berdoa kepada tuhan bahwa dia akan mendapat respon dan mencoba untuk menghentikan pendarahan.

“Wil...”

“Aku sudah meminta bantuan kepada Shin. Tolong bertahanlah sedikit lebih lama lagi.”

Rashia tidak merespon. Dia hanya meremas tangan Wilhelm dan hampir tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

“Maaf...kan..aku..”

“Kenapa.”

“Aku...Tidak..bisa..menolong..Mil..lie”

Maaafkan aku. Aku tidak bisa menolong Millie.

Dia kehilangan kesadaran setelah dia mengulangi kata itu berulang kali.

Wilhelm menggigit bibirnya.

Dia seharusnya tidak kehilangan ketenangannya. Dia harus tetap fokus. Dia tau apa yang sedang dia hadapi saat ini. Itu tidak akan membantu jika kepalanya tidak bisa tenang.

Dan dia bahkan tidak lebih berdaya sekarang.

“!”

Sebuah pesan muncul di hadapan Wilhelm. Apa yang tertulis disitu hanyalah “Pakai ini” dan beberapa item kartu yang terlampir di dalamnya.

Setiap kartu memiliki gambar yang sama. Wilhelm pun mengambil satu.

Sebuah botol kaca tipis dan panjang muncul dengan cairan emas bening di dalamnya.

Wilhelm tidak tau apa itu, tapi sudah tidak ada waktu lagi. Dia mempercayai Shin, dan memberikannya kepada Rashia.

“Mm...ah...”

Hasilnya sangat mengejutkan.

Pendarahan telah berhenti dan lukanya menutup dengan sendirinya. Kulitnya yang pucat kembali menjadi normal. Wajah yang tadinya menunjukan wajah penderitaan, sekarang telah berubah menjadi tenang.

Tidak akan ada seorangpun yang percaya bahwa dia telah sekarat beberapa detik yang lalu. Satu-satunya bukti hanyalah pakainnya yang robek dan genangan darah yang mengering.

“Eh? Apaa...Aku...”

“Apa kau baik-baik saja?”

Rashia pulih sepenuhnya. Dia terlihat kebingungan saat dia melihat ke sekitar.

“Bagaimana aku bisa...! Oh Wil! Dimana Millie!? Dimana dia!”

Dengan panik dia bertanya pada Wilhelm. Meskipun luka tusukan sudah menghilang, bukan berarti stamina nya telah pulih. Dia tidak bisa mengumpulkan kekuatan sedikitpun dalam dirinya.

“Dia sudah tidak ada saat aku datang.”

Rashia kehilangan akalnya, dan Wilhelm hanya bisa mengatakan yang sebenarnya.

Dia mengenali semua aura keberadaan setiap anak di panti asuhan. Dan dia tidak bisa merasakan keberadaan Millie di sekitar gereja.

“Tidak...Millie...”

“Berhenti menangis dan katakan apa yang sebenarnya terjadi.”

Wilhelm kehilangan kesabarannya, dan Rashia mendongak ke atas ke arah Wilhelm.

“Dia tidak akan mati. Kita harus mendapatkannya kembali! Katakan padaku!”

“...Maaf....Dia akan baik-baik saja bukan?”

“Tentu saja, mereka mengatakan bahwa mereka kembali ke pusat. Aku ragu mereka mendapat hak untuk membunuh. Aku juga sudah memberitahu Shin.”

Rashia mengangguk saat air jatuh di pipinya.

Millie telah di culik. Tapi apa yang Wilhelm katakan memang benar. Millie masih hidup.

Baik Rashia maupun Wilhelm tidak tau motif apa yang Pastor Bulk miliki. Tapi itu bukanlah masalah.

Millie adalah seorang teman. Dan juga keluarga.

Jika dia membutuhkan bantuan, mereka akan membantunya.

“Wilhelm!”

Sebuah seruan terdengar dari dalam gereja.

Wilhelm sedang membantu Rashia untuk duduk di kursi. Lalu dia berbalik ke arah sumber suara.

“Maaf lama.”

Itu adalah Shin. Dia menaruh Yuzuha di atas bahunya, dilanjutkan dengan Schnee dan Tiera yang mengikutinya dari belakang.

Shin juga sedang memegang Venomdi tangannya.

“Aku membaca pesan mu dan mengirim mu beberapa item. Apa Rashia... Darah apa itu?”

Shin bingung dengan bintik merah gelap besar yang ada di sana. Setidaknya bintik itu memiliki diamater sebesar 1 mel.

Shin hanya membaca kata ‘tertusuk’. Dia tidak mengetahui akan ada banyak darah yang telah hilang dari pesan singkat tersebut.

“Kau membuatnya terdengar seperti dia hanya sedikit terluka. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?”

Shin melihat ke arah Rashia yang sudah baikan. Lalu bertanya kepada Wilhelm.

“Kau harus bertanya kepadanya untuk lebih detailnya. Semua yang aku ketahui hanyalah ini.”

“Apa?”

“Millie diculik dan Rashia ditusuk oleh seorang Chosen One kelas atas. Dia juga memiliki senjata yang tidak biasa.”

“Jadi Itu alasan mengapaVenombisa menjadi seperti ini?”

Shin mengangkat Venomdengan sebuah chip di dalamnya. Ketahanan item telah berkurang sepertiga dari keadaan semula.

“Itu hanya satu serangan.”

“Satu serangan?”

“Ini adalah akibat dari satu serangan miliknya.”

“...Aku mengerti. Berarti ini bukanlah penculikan biasa.”

Shin berpikir. Senjata yang digunakan untuk melawan Wilhelm setidaknya memiliki kelas Mythology. Bisa juga senjatanya memiliki kelas Ancient. Jika tidak, Venomtidak mungkin bisa menjadi seperti ini.

“Wil. Apa kau bertempur dengan orang berambut pirang yang membawa pedang merah?”

Rashia mendengar percakapan antara Shin dan Wilhelm.

“Benar. Aku tau kamu baru saja bangun, tapi tolong katakan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi.”

“Baik.”

Rashia mencoba sebisanya untuk menceritakan apa yang terjadi tanpa menjadi emosional.

“Aku mengerti. Kalau begitu Millie seharusnya tidak berada dalam bahaya. Dari awal Pastor Bulk memang tidak peduli dengan gereja ini. Selama ini dia hanya mengejar Millie.”

“Mereka pasti mengincar kemampuan Millie.”

Mereka setuju.

Millie adalah seorang ‘Hoshiyomi’. Dia dapat melihat masa depan.

“Aku tau kau sudah membicarakan hal ini. Orang yang bernama ‘Eline’... Apa kau yakin dia menyebut senjatanya Exvaine, dan apa kau yakin dia mengatakan itu adalah senjata milik ‘High Human’?”

Shin lebih peduli dengan hal ini dibanding Millie setelah mendengar apa yang Rashia katakan.

“Aku yakin. Gelang yang aku terima dari mu menahannya sampai dia menggunakan pedang merah kepadaku dan gelang itu hancur. Sedangkan Item milik Millie hanya memiliki retakan, tapi...”

“... ... ...”

Shin mengulangi kata-kata itu di dalam pikirannya. Jika firasatnya benar, maka Item milik Rashia tidak bisa menahannya dari awal.

Bahkan item milik Millie pada akhirnya juga akan hancur.

“Ada apa?”

“Tidak, tidak ada apa-apa. Tak usah khawatir mengenai Millie. Rashia, kau butuh istirahat sekarang.”

Shin menghiraukan pertanyaan Rashia, tapi Rashia tau bahwa ada sesuatu yang salah.

Rashia tidak mungkin bisa memahaminya, karena dia tidak tau bahwa Shin adalah seorang High Human.

Rashia tampak kesal, tapi Wilhelm mencoba meyakinkannya.

“Mulai sekarang, kamilah yang akan menanganinya. Kau punya anak-anak lain yang harus kau lindungi. Beritau juga Thoria untuk berhati-hati.”

“... Baik.”

“Ini bukanlah salahmu. Kau menghadapi sesuatu yang menakutkan. Bagaimana mungkin kau bisa melawan musuh yang bahkan tidak bisa aku tangani?”

Level Rashia memang sudah meningkat, tapi dia bukanlah seorang Chosen One kelas atas. Bahkan jika dia bertarung biasa, dia tidak akan menjadi ancaman untuk musuh-musuh nya.

Mungkin ada beberapa anugerah karena dia naik level. Berkat itu, darah yang hilang karena luka tusukan telah diminimalisir. Tidak semuanya sia-sia.

Jika Rashia mati, Millie pasti akan gila.

“Kau harus menjadi lebih baik. Untuk Millie.”

Shin yang juga bergabung untuk membujuk Rashia entah bagaimana berhasil membuat Rashia kembali ke panti asuhan.



◆◆◆◆












6 komentar:

  1. Mantap min di tunggu lanjutannya

    BalasHapus
  2. Makasih bang, meski anda baru banyak kegiatan tapi tetep update,...
    Terimakasih banyak,...

    BalasHapus
  3. Makasih bang, meski anda baru banyak kegiatan tapi tetep update,...
    Terimakasih banyak,...

    BalasHapus