The New Gate Volume 2 Chapter 4 Part 3 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Jumat, 04 Agustus 2017

The New Gate Volume 2 Chapter 4 Part 3





Volume 2 Chapter 4 – Part 3 (Side Story)

Dengan di rasakannya cahaya pagi yang hangat menyinari dadanya, Schnee terbangun.


(Di sini…)

Dia mengingat kejadian kemarin dengan samar di kepalanya. Mengenai Shin yang telah kembali. Situasi di mana Wilhelm dan Rashia sangat terkejut. Saat di mana mereka duduk bersama di meja makan di dalam Tsuki no Hokora.

“Kalau aku tidak salah, aku sangat yakin menaruh Tiera di ranjangku…Eh!!?”

Ketika dia menggumamkan itu, dia menyadari kalau seseorang berada di sampingnya. Dia juga sedang memeluk lengan seseorang.

Rambut hitam ikal. Dengan mata hitam yang gelap di balik kelopak matanya yang tertutup, dia adalah orang yang sangat di kenalinya.

Orang itu adalah Shin, master dari Tsuki no Hokora.

“Hah!?”

Keadaan tubuh mereka saling dekat satu sama lain dan sensasi dari kulit mereka yang saling bersentuhan, membuat wajah Schnee berubah menjadi merah. Meskipun dia sendiri sadar kalau telinganya sudah berubah menjadi merah terang. Dia sadar kalau dia mabuk semalam.

Akan tetapi, dia tidak pernah berfikir kalau dia akan melakukan hal seperti naik ke atas ranjang Shin dengan gelagat yang biasa saja sembari mabuk.

“Be-Benar-benar kekeliruan yang parah…”

Sementara wajahnya merona merah, dia mendekatkan kembali dirinya, karena dia sebenarnya tidak pernah memiliki niat untuk melepaskan lengan Shin.

Ketika dia turun dari ranjang tanpa membangunkan Shin, dia menghembuskan nafas kecil. Alasannya adalah dia tidak tahu kapan Shin akan terbangun. Jika Shin terbangun sekarang, dia pasti sama sekali tidak bisa memberikan alasan apapun.

Entah bagaimana dia berhasil menahan keinginannya untuk melihat wajah tidur Shin, dan dia pergi meninggalkan kamar.

Setelah mengganti pakaiannya di kamarnya sendiri, dia membasuh wajahnya dan membersihkan kesadarannya. Dia merasa segar karena air yang dingin, dan pantulan air itu sudah tidak menunjukkan wajahnya yang merah merona lagi seperti sebelumnya.

“Pertama-tama, aku akan menyiapkan sarapan.”

Pada saat ini, waktu menunjukkan pukul 5:30 lewat sedikit. Karena dia selalu selesai mempersiapkan sampai pukul 7:00, ini kurang lebih adalah kegiatannya sehari-hari.

Schnee pergi ke dapur, dan dia melihat ke isi dalam kulkas untuk memutuskan menunya, Tiera datang.

“Ah, Master, selamat pagi.”

“Selamat pagi, kau cukup mabuk semalam, apa kau baik-baik saja?”

“Uhh…Aku merepotkan semalam. Untuk saat ini, aku tidak akan minum lagi.”

Tiera nampaknya mengingatnya, dan meminta maaf sembari menurunkan bahunya.

“Kalau begitu, tolong bantu aku menyiapkan sarapan. Karena sepertinya kita harus mempersiapkan porsi untuk 4 orang.”

“Baik…hah? Untuk 4 orang?”

“Yah, hanya untuk jaga-jaga.”

“Ah, aku mengerti.”

Tiera nampaknya sedikit memiliki keraguan mengenai bagian 4 orang, tetapi dia menurut dan memakai apron dan mulai membantu. Schnee juga memakai apron kesukaannya. Warna apron Schnee adalah biru muda, dan Tiera adalah hijau muda.

“Menu apa yang akan kita buat pagi ini?”

“Mari kita buat sarapan bergaya Jepang. Untuk bahan-bahan selain sup miso, keluarkan ikan yang di simpan.”

“Hah!? Master, jangan bilang, apa menggunakan ITU?”

Tiera tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya mendengar perkataan Schnee. Bahan-bahan dengan kualitas super itu di katakan setara dengan sejumlah besar koin emas putih Jul. nama dari bahannya adalah ‘Diamond Horse Mackerel’. Makanan spesial yang di jemur di bawah matahari, dan saat ini adalah waktu yang terbaik untuk menggunakannya. Dengan kata lain, sarapan di Tsuki no Hokora hari ini adalah horse mackerel kering, bersama dengan sup miso yang pastinya merupakan makanan khas Jepang.

Dan untuk Diamond Horse Mackerel, itu adalah monster tipe ikan, seperti halnya horse mackerel, dan memiliki sisik yang mengkilap seperti halnya berlian. Akan tetapi, terlepas dari penampilannya, ikan itu memiliki level yang sangat tinggi yaitu sekitar level 450 – 600. Mereka biasanya di temukan dalam kawanan. Itu adalah monster yang memakan seekor kraken level rendah dan seekor moster tipe hiu yang melebihi level 500 ketimbang memakan umpan biasa. . hanya beberapa yang tertangkap, ketika mereka di lemahkan dan pisahkan dari kawanannya, dan biasanya akan berakhir di pasar.

Diantara bahan-bahan makanan dari laut, ikan ini di kenali sebagai bahan makanan berkelas tinggi dengan harga yang mengerikan. Apa yang akan terjadi jika seekor Diamond Horse Mackerel jika diolah oleh kemampuan memasak Schnee? Itu sudah tak perlu di katakan lagi.

“Meskipun mackerel memiliki penampilan dari ikan kering, entah mengapa dia tetap berkilau.”

Dengan indera yang tajam dari seorang Elf, Tiera nampaknya berhasil melihat kekuatan kehidupan di dalam horse mackerel. (TL: aku kurang paham bagaimana caranya mengartikan ‘Life Force’ yang baik… jika ada yang memiliki terjemahan yang lebih baik silahkan di comment di bawah.)

“Nah sekarang, aku akan menyiapkan sup misonya terlebih dahulu. Tiera, tolong masak nasi.”

“Ah, baik.”

Ikan tersebut, yang mengeluarkan kilauan berlian, pertama-tama di taruh di atas piring, dan Schnee mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat sup miso. Bahan-bahannya adalah pasta miso, rumput laut wakame, dan tiga jenis tahu goreng. Itu di katakan merupakan gaya makanan klasik dengan Dashi serta bonito kering dan kelp. (TL : Silahkan google sendiri bahan masakannya.)

“Master, nasinya sudah siap.”

Tiera yang lebih cepat selesai menyiapkan memanggil masternya. Karena sudah jelas kalau dia memasak makanannya sendiri ketika Schnee keluar, Tiera juga bisa menyiapkan masakan-masakan dasar. Dia tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan persiapan untuk memasak nasi juga. Panggangan sihir di nyalakan, dan persiapannya selesai. Dalam beberapa menit, aroma dari bahan-bahan sup yang mendidih dari miso mulai memenuhi ruangan. Untuk Schnee, itu adalah aroma yang sangat di kenalnya belakangan ini.

Sudah lewat pukul 6:00 saat ini. Tidak lama lagi adalah waktunya untuk sarapan.

Tiba-tiba Tiera membuka mulutnya.

“Master, bolehkah aku keluar sebentar?”

“Karena mackerel-nya sudah hampir matang, usahakan jangan terlalu lama.”

“Baik…Aku akan kembali dalam 10 menit.”

Tiera berpamitan kepada Schnee dan pergi menuju pintu keluar dari toko. Apa yang ingin di lakukan oleh Tiera? Schnee mengetahuinya dan menyemangatinya. Ini karena Tiera harus mengalahkan sendiri pertahanan terakhir dengan kekuatannya sendiri.

Tiera membuka pintu dan pergi keluar. Kemudian, cahaya mentari pagi menyinari Tiera dengan lembut.

“Kali ini, hanya agak sedikit dingin saja.”

Apakah itu karena sisa-sisa dari malam? Dia merasakan udara masih dingin dengan pakaiannya yang tipis. Tiera kemudian perlahan berjalan menuju ke perbatasan magic barrier yang di keluarkan oleh Tsuki no Hokora.

“Tidak apa… tidak apa…”

Dengan mendekatnya dia ke perbatasan, Tiera merasakan jantungnya berdentum berulang-ulang. Shin sedang bersama dengannya ketika dia pergi keluar untuk pertama kalinya. Dan dia sudah bisa pergi berkeliling sendirian untuk yang kedua kalinya.

Tetap saja, rasa takut yang berlangsung selama 100 tahun tidak akan menghilang dengan mudah. Dia mungkin akan di serang lagi oleh monster jika dia pergi keluar. Terlebih lagi, seseorang mungkin bisa jadi korban akibat hal itu, sekali lagi. Pemikiran semacam itu terus menempel padanya.

Schnee memang menyadarinya, karena itulah dia menyemangati Tiera agar tetap melakukannya.

Sembari memulihkan nafasnya, Tiera terus maju selangkah demi selangkah. Dia memang tahu kalau tak ada apapun di depan sana. Jika dia memiliki pengalaman, Tiera pasti bisa melangkah maju lebih dari itu.

Dia mengingat kembali tangan yang di ulurkan oleh Shin. Agar bisa menjangkau tangan tersebut, Tiera melangkah keluar dari perbatasan.

“…….”

Dia tetap berdiam diri di sana selama lebih dari 1 menit, dan memastikan kalau tidak ada perubahan di sekelilingnya. Sementara memang benar dia saat ini berada di luar perbatasan, tak ada apapun yang muncul tiba-tiba ataupun hal yang aneh. Tetapi, dia masih merasakan kalau udara yang mengelilinginya terasa sangat aneh

“…Fiuh. Bagaimanapun juga, aku masih tetap gugup.”

Bersamaan dengan suaranya, dia memasuki barrier kembali. Dan sekali lagi, ini sudah jelas dilakukan hanya untuk agar dia bisa terbiasa berada di luar.

“Nah baiklah kalau begitu, ayo kita lakukan ini dengan cepat.”

Menargetkan ke arah pepohonan yang mengelilingi Tsuki no Hokora, Tiera mulai berjalan. Dia bergerak terus sampai menemukan rerumputan yang tumbuh dengan lebat yang tingginya sekitar tinggi pinggul Tiera, dan berjalan di sampingnya.

Sebuah bunga yang mekar dengan penampilan yang mirip dengan bunga Cosmos, berada di jarak pandang Tiera. Hanya bentuknya saja yang sangat mirip, kelopak bunganya sangat bervariasi, seperti, merah, biru, hijau, dan ungu.

Nama dari bunga itu adalah ‘Repika’. Berdasarkan kepercayaan bangsa Elf, arti dari bunga tersebut adalah Rasa terima kasih dan ketulusan hati. Ketika dia masih belum bisa pergi keluar dari barrier, Tiera mengetahuinya kalau bunga itu akan mekar di tempat ini pada saat musin seperti ini. Dia menjaga toko bukan cuman untuk pajangan saja. Dari jendela toko, dia selalu melihat mekarnya bunga Repika.

Meskipun dia bisa melihatnya dan tak bisa menyentuhnya, semua hal itu kini hanya masa lalu saja. Dia memetik beberapa bunga untuk menghias meja makan, dan kembali ke dalam toko.

“Vas bunga, di mana vas bunga~”

“Apa kau sudah mulai sedikit terbiasa?”

Schnee memanggil Tiera yang sedang mencari vas bunga berukuran sedang.

“Kurang lebih begitu, meskipun hanya sedikit sih.”

Tiera menjawabnya dengan wajah yang tenang, dan Schnee menyinggungkan senyuman lembut di wajahnya. Dari kata-katanya, tak ada sama sekali kalimat yang menyatakan hal yang berlebihan.

“…Sarapannya akan segera siap. Tolong pergi bangunkan Shin.”

“Baik.”

Senyuman Schnee sedikit lebih mendalam ketika dia pergi menyuruh Tiera. Sosok Tiera menghilang ke dalam koridor dan setelah beberapa saat, sesuatu seperti benda yang terjatuh terdengar oleh Schnee.

Tidak lama kemudian, sosok Tiera dan Shin muncul, dan kemudian sosok dari gadis muda dengan telinga rubah dan rambut perak.

Meskipun Schnee sangat malu ketika dia mengingat kalau mereka tidur bersama semalam, entah bagaimana dia berhasil menenangkan diri. Dia hanya berharap agar Shin tidak mengatakan apapun. Di sudut meja, di tengah situasi yang ramai itu, sebuah bunga Repika memperhatikan pemandangan tersebut.

~Volume 2 Selesai~




Tidak ada komentar:

Posting Komentar